VOTEMENT PLEASE.
Jaemin membuka matanya, menetralkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, ia sadar ia berada di rumah sakit.
Dengan segera ia turun dari bangkar ketika menyadari ini adalah rumah sakit yang sering ia kunjungi dulu, di bandung.
Ia berjalan keluar dan mencari ruangan yang biasanya ia sering kunjungi untuk menjaga kesayangannya, sesampainya disana ia membuka pintu tersebut dan melihat seorang wanita terbaring lemah di bangkar rumah sakit.
"Bunda?"
Seakan di panggil, bunda membuka matanya lemah, melihat ke arah Jaemin yang sudah di samping ranjangnya.
"Bunda jangan kemana-mana"
Bunda hanya tersenyum menatap Jaemin, mengelus jari-jari Jaemin dengan lembut dan penuh kasih.
"Bunda ga bisa janji, bunda udah di jalannya, jaemin" ucap bunda yang masih mengelus tangan putranya.
"Bunda sayang Jaemin, bunda sayang kalian bertujuh, tolong ya satuin lagi rumah kalian bertujuh"
"Karena ga ada bunda yang bisa buatin kalian rumah lagi, jadi kalian yang harus buat rumah sendiri"
"Tapi kalau kalian tidak sanggup membuat yang baru, kalian masih bisa memperbaiki rumah lama"
"Iya bun, Jaemin janji."
Jaemin memejamkan matanya sembari menggenggam tangan bunda yang dingin, ia tempelkan kepalanya ke sisi ranjang, menunduk, membiarkan air matanya mengalir.
Hingga ia mendongakkan kepalanya dan tak melihat bunda di ranjangnya, di gantikan sang pemuda yang sangat ia kenal, yaitu Chanle.
Jaemin mengeratkan genggaman tangannya sembari menatap Chenle yang terbaring dengan mata yang tertutup damai.
"Ayo pulang, Chenle"
.....
Jaemin menerjapkan nertanya, dan melihat Haechan di sebelah bangkarnya yang sedang menempelkan kepalanya di sisi kasur.
Ketika Haechan mendongak, Jaemin melihatnya begitupun sebaliknya.
"Eh Jaem?"
"Gapapa Chan."
"Ya lagi lo kenapa sih bisa ga fokus gitu, ngambil ahli gue pimpin jalan" protes Haechan membuat Jaemin merotasikan matanya.
"Gatau, gue ngebayangin lo yang kecelakaan waktu itu, dan yang terjadi malah sebaliknya" ucap Jaemin.
"Lain kali lebih fokus. Oh iya, Chenle udah boleh pulang tapi harus tetap rajin kontrol, itu mereka lagi di jalan." ucap Haechan membuat Jaemin tersenyum sembari meramalkan doa di dalam hatinya.
"Gue kapan pulang?"
"Dih? lo liat kaki lo patah, minta cepat cepat pulang, waras lo?" tanya Haechan kesal.
"Cuman lo doang disini?" tanya Jaemin.
"Tadi ada bang Mark sama Jisung, tapi mereka pulang dan gantian gue" ucap Haechan di balas anggukan oleh Jaemin.
"Chan?"
"Apa?"
"Kak Haechan?"
"Apa?"
"Woy Chan?"
"Lo mau di gorok?"
"Gue mau pulang"
"Tunggu pulih"
"Udah ini"
"Belum"
"Udah"
"Pulang, gue mau ketemu Chenle"
"Nanti"
"Pulang"
"Kenapa sih?"
"Mau bicara sama Chenle"
"Nanti aja lah"
"Gue mimpiin bunda terus"
Haechan terdiam sejenak sembari menatap Jaemin aneh, setelahnya ia membuang nafasnya lelah.
"Iya pulang"
"Tapi kalo kaki lo patah lagi, gue amputasi"
"Iye"
......
Renjun dan Jeno yang sedari tadi ada di rumah, duduk di sofa menunggu kedatangan adik mereka.
Hingga suara bel rumah terdengar dan menampilkan Mark dan Jisung yang merangkul Chenle.
Renjun yang melihatnya menyuruh mereka duduk di sofa, Chenle duduk di samping Renjun sedangkan Mark dan Jisung di samping Jeno.
"Malam ini tidur sama kakak ya?"
"Iya bang, tapi dimana bang Haechan sama Jaemin?" tanya Chenle.
"Jisung, lo belum kasih tau?" tanya Jeno di balas gelengan dan cengiran Jisung.
"Jaemin kecelakaan dua hari yang lalu, pas mau pulang ke Bandung sebenarnya dia di rawat di rumah sakit yang sama kayak lo"
"Kenapa ga ngasih tau? gue mau jengukin" kesal Chenle.
"Udah lo diem dulu di rumah, nanti Jaemin juga pulang kalau udah pulih, yang penting kalian jangan kecapean" ucap Renjun di angguki mereka.
"Gue mau nanya" Ucap Mark tiba tiba membuat demua mata fokus kepadanya.
"Apa specialnya Bandung?" tanya Mark membuat Jisung tertawa lepas membiarkan semua mata tertuju padanya.
"Hahahah, lo nanya apa specialnya bandung? BANYAK." Ucap Jisung tiba tiba menghentikan tawanya dan menatap yang lain.
"Apa aja?" tanya Jeno
"Bandung itu tempat dimana Bunda ngurus gue dan yang lain penuh kasih sayang, penuh kedamaian, ngajarin tentang dunia, keadilan dan semuanya, di Bandung kita bertahan atas derita yang bunda alami."
"Saking damainya rumah kami, masalah pun enggan datang meski hanya sekedar mengetuk pintu"
"Ga semuanya bagus, karena di bandung juga kita kehilangan sosok malaikat penjaga kita ber-empat." ucap Renjun panjang lebar membuat Chenle, Mark dan Jeno terdiam.
"Terus gimana sama Jakarta?" tanya Renjun.
"Saking hancurnya rumah kami, kebaikan pun enggan datang meski hanya untuk sekedar mengetuk pintu" ucap Mark dengan senyum tipisnya.
( selesai ujian yey, doain semoga nilai author baguss ya )
VAZERA 12-MEI-2023
16.45 PM
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh Halaman || NCT DREAM
RandomSatu lembaran yang terobek dan terbagi menjadi tujuh bagian, tertiup angin melewati dua haluan. "Gue yakin kita bakal balik lagi ke bandung, tapi gue ga yakin kita bakal balik bertujuh" - Haechan "Sudah cukup usahanya, waktunya kita rehat" - 7dream...