12 [Kembali Pulang]

2.3K 265 46
                                    

votement please.

Haechan berjalan melewati beberapa perawat dengan terburu-buru, lalu ia pergi ke ruangan Chenle dengan segera.

Sampai sana, ia membuka pintu dan melihat Jaemin yang memegang tangan Chenle dengan isak tangis yang lumayan terdengar.

Haechan berjalan masuk dan menarik Jaemin ke dalam pelukannya, Jaemin hanya diam sembari terus mengontrol tangisnya.

"Kita udah tau akhirnya, jadi belajar melepaskan dari sekarang itu bukan masalah"

Haechan mengelus punggung Jaemin, lalu menatap mata Chenle yang yang tertutup damai, ia sedikit tersenyum melihatnya.

"Rumah kita belum jadi, tapi penghuninya sudah mau pergi" ucap Jaemin.

"Ga ada yang pergi, kalaupun memang harus pergi, kakak yang bakal cegah, kakak ga bakal biarin salah satu dari kita pergi"

"Gue bakal ngorbanin semuanya demi kita bertujuh" ucap Haechan yang melepas dekapannya.

Haechan berjalan mendekat ke arah Jisung yang sudah terlelap, ia dapat melihat jelas jejak air mata di sudut nata Jisung.

"Jisung, gantiin kakak jagain mereka suatu hari nanti, dimana kalau kakak sudah lelah" bisik Haechan pada Jisung yang terlelap, lalu mengecup kening sang adik.

"Jagain baik baik Chenle Jaem, abang-abang masih perlu belajar jadi kakak yang baik untuk dia" ucap Haechan di samping chenle.

"Chenle, semangat hidupnya, lo pasti bisa, kita tungguin" ucap Haechan lagi.

"Jaem, gue cabut duluan ya" ucap Haechan namun di cegat oleh Jaemin.

"Mau kemana?"

"Balik ke rumah?"

"Bohong lo"

"Hehe"

"Mau kemana?"

"Ke Bandung"

"Gila lo Haechan. Ngapain?" tanya Jaemin yang terkejut mendengar peryataan Haechan.

"Ada barang ke tinggalan, lo tau kan? arloji peninggalan bunda? gue lupa bawa itu" ucap Haechan.

"Kan bisa nanti pas kita pulang" ucap Jaemin.

"Pulang kemana Jaem? kita belum tentu balik ke Bandung, kondisi juga ga memungkinkan, gue sekalian mau ngunjungin bunda" jawab Haechan.

"Gue ikut"

"Ngapain?" tanya Haechan.

"Mau ketemu bunda" jawab Jaemin.

Haechan berfikir sebentar, ia belum izin sama Renjun jika ingin balik ke Bandung, tapi menurutnya arloji itu sangat penting, dan barang lainnya yang ketinggalan untuk keperluan pendidikan nya.

"Yaudah, bawa mobil kan lo?" tanya Haechan di angguki Jaemin.

"Sampai sana sekitar 2 atau 3 jam, lo gamau makan dulu?" tanya Haechan.

"Ga usah, sudah ayok berangkat"

Akhirnya setelah Jaemin mengelus surai Chenle dan Jisung, ia bersama Haechan segera keluar dari rumah sakit dan menuju mobil masing-masing.

"Jaem?" panggil Haechan sebelum masuk mobilnya kepada Jaemin yang hendak memasuki mobilnya sendiri.

"Kalo gua ga sampai sana, tolong ambilin arloji nya ya? simpan baik baik" ucap Haechan, Haechan yang melihat wajah Jaemin mulai bingung pun kembali bersuara.

"Jangan nethink napa dah, sapa tau gua langsung ke pemakaman bunda, nah sapa tau lo butuh istirahat kan? makanya gue bilang gitu, gapapa ngunjunginnya bunda ga sama sama"

"Malam-malam?"

"Ga ada yang salah"

"Yeu, gila lo"

Jaemin memutuskan untuk memasuki mobilnya lebih dulu, di susul Haechan yang terkekeh pelan, dan menginjak gas lebih dulu, memimpin perjalan mereka berdua.

Kak Renjun

Kak, gue ke bandung ya sama Haechan, ada barang yang ketinggalan,
ini udah di perjalanan

|Mendadak amat?
tapi hati hati ya dek.

Jaemin menatap mobil Haechan di depannya, mereka mulai memasuki jalan tol yang akan mereka lewati untuk ke Bandung.

Disisi lain, Haechan sedang tersenyum.
Membayangkan dirinya dengan sang Bunda, ralat. Maksudnya ia bercengkrama dengan sang ibunda lagi.

Menumpakahkan masalahnya di depan makam bunda, dengan angin yang sejuk di sekitarnya, melihat nama sang bunda yang tertera di depannya, membayangkan bunda nya memeluknya dan memberinya kembali kasih sayang.

"Bunda.. tungguin ya, kakak sebentar lagi bisa bicara sama bunda"

Disisi lain Jaemin juga tersenyum, ia sangat rindu kampung halaman nya, ia membayangkan banyak kenangan-kenangan yang sudah mereka lalui di sana, berharga, sungguh berharga.

"Bunda.. kakak pulang"

Jaemin kembali melihat ke arah depannya, ia melihat bulan dan bintang yang berdekatan, malam ini sungguh indah bagi mereka berdua.

Melepaskan kekhawatiran nya sementara di bawah sinar bulan yang tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

Jaemin melihat mobil Haechan yang kian melaju tambah cepat di depannya, dengan segera ia menyusulnya. Mobil mereka melaju melewati jalanan yang lumayan sepi ini.

Di sisi lain, Haechan makin melajukan mobilnya dengan tawa yang merekah, ia terlalu bersemangat. Hingga dadanya sesak.

"Jangan sekarang, jujur penyakit bunda emang sialan, tapi kenapa gue juga?" ucap Haechan yang terus memegang dadanya yang mulai sakit.

Matanya seakan tertutup oleh kabut, kecepatan mobilnya masih di atas rata rata, ia melihat kedepannya, kabut di mana mana, hingga pandangannya menjadi gelap.

Jaemin di belakangnya yang melihat mobil Haechan kian melambat, dengan segera mengganti gigi mobil dan memundurkan mobilnya dengan cepat dan gesit.

Bukan karena apa, di depannya sekarang   ada truck yang membelah jalan dengan ugal ugalan, menyeret mobil Haechan di depannya.

Apa-apaan itu tadi? batin Jaemin sangat berisik sekarang, hingga ia tersadar akan kelakson mobil di belakangnya dan di depannya.

Ia melihat seluruh orang di dalam mobil pada malam itu keluar dan membantu kecelakaan yang baru saja terjadi pada malam itu.

[ Ikutin alurnya aja, gue ga semudah itu buat alurnya di tebak seseorang, kayaknya yee ]

VAZERA 06-05-2023
15.05 PM

Tujuh Halaman || NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang