"ARUNA!" seru Gasha dan Kiana bersamaan saat siswa tadi melayangkan pukulan ke arah Aruna.
Namun pukulan itu ditahan dengan mentah-mentah oleh Abi, ia menggenggam tangan siswa tersebut dengan sedikit rematan. Merasa masa bodo dengan apa yang terjadi dengannya nanti, orang didepannya ini gila, bisa-bisanya main fisik dengan seorang perempuan secara seenaknya seperti ini. Apakah ia pikir dirinya paling baik? Huh, orang-orang dengan otak kecil itu benar-benar buruk.
Alen menghentikan acara makannya yang sebenarnya sama sekali belum ia lakukan dan menghampiri ke-tiga orang yang menjadi pusat atensi seluruh kantin saat ini.
"Aruna, Abi, Langit, ikut saya ke BK sekarang juga," ujar Alen tegas serta dingin membuat Anggara yang baru saja tiba bersama dengan Liona, Bima serta Damar itu dibuat terheran-heran dengan apa yang terjadi.
Bisa dilihat bahwa wajah Langit memancarkan kemarahan dengan seragamnya yang kotor akibat makanan yang ditumpahkan oleh Aruna tanpa pikir panjang tadi.
Serta bisa dilihat juga rahang Abi yang mengeras dengan tatapan dingin yang dipancarkan oleh matanya yang sejak tadi--sejak kemarin memancarkan tatapan hangat atau khawatir dengan halus tersebut sekarang memancarkan tatapan dingin dan kasar yang dapat membuat siapapun merasa enggan.
Sementara Aruna malah terlihat santai dengan kakinya yang melangkah mengikuti langkah Alen sembari menyeret Abi--agar anak itu tidak melakukan kekerasan pada Langit yang sudah terlihat jelas bahwa dibencinya.
"Ini ada apaan sih?" Tanya Damar pada Gasha.
"Aruna adu skill sama Langit, lo tau tuh anak kek mana. Aruna ga sabaran deh, ditumpahin tuh makanan ke seragam Langit, dan Aruna hampir dipukul sama Langit, tapi tangan Langit ditahan sama si anak MPLS, gatau namanya. Dan berakhir Alen turun tangan," jelas Kiana padahal yang ditanyai adalah Gasha. Ia menjawab sebab Gasha malah berjalan menuju kearah tempat pertikaian tadi terjadi dan membersihkan bekas makanan yang ditumpahkan oleh Aruna. Ia masih punya otak untuk membuat sahabatnya untuk tidak berada pada masalah yang lebih besar.
Ia juga memesan 3 paket makan siang yang dibungkus, untuk Aruna, Abi serta Alen. Ia masih punya hati meskipun sikap dan omongannya terkesan nyelekit dan pedas, serta julid tersebut. Ya, meskipun dirinya lebih baik dibanding Alen yang sekali bersabda bisa membuat orang lain tertampar, terjungkal, dan kayang dibuatnya.
"Gue ga nyangka Abi se-gentle itu," ujar Anggara dengan wajah terkejutnya.
"Lo harus gitu Bim, Mar, biar bisa ngejar crush. Idamannya berat loh, se-tingkat sama aktris aktor luar negeri," ujar Kiana melirik Gasha yang bersikap tak perduli.
Gasha tahu bahwa Bima itu menyukai Aruna, tapi tidak tahu siapa yang disukai Damar. Namun anehnya Kiana seperti selalu menyudutkan Damar mengenai orang yang disukainya saat berhadapan dengan dirinya.
Sebenarnya antara perduli tidak perduli juga sih, toh bukan urusannya. Jadi ia memilih untuk tetap bersikap bodo amat dan tidak perduli.
"Bacot Na, gue doain pick lu ga debut mampus lu," sahut Damar tak terima.
Kiana dibuat melotot akibat ucapan Damar "MATA MU! PICK BOYS PLANET GUE BAGUS YE! GA DEBUT GUE GAPLOK PALA LU!" serunya memukul kepala Damar berkali-kali.
"Kalau gue gegar otak lo mau tanggung jawab, hah?!" Kesal Damar menahan tangan Kiana.
Kiana hanya menunjukkan wajah tak perdulinya "bodoamat!" Sahutnya lalu kembali fokus pada makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Im Yours.
Fanfiction"Percintaan itu memuakkan," ujar Aleena Gasha Zinantya. "Gak punya pacar tapi punya support system itu asik," ujar orang lain yang berakhir terikat dengan hubungan 'kekasih', Aruna Rumantara. "Jomblo itu asik," ujar seorang lain yang tetap menjomblo...