Tidak terasa, bahwa pagi ini sudah hari Senin.
Dengusan malas lolos dari mulut Havina sembari mendudukkan dirinya di meja makan, di hadapannya sekarang adalah Alin yang nampaknya ikut kesal.
"Lo kenapa cemberut kak?" Tanya Havina bingung.
Havina meletakkan sendoknya dengan kasar hingga terdengar bunyi nyaring yang membuat Havina merasa ngeri sendiri, "jam kakak dimajuin gara-gara guru tai yang bilang ga bisa jam pagi, jadi di tuker. Tau gak sih! SENIN PAGI TUH ENAKNYA REBAHAN ANJIR?!" Kesal kakak Havina memukul-mukul meja menggunakan sendoknya. Ia lalu melanjutkan makan dengan sendok yang berbeda sebab sendoknya yang sebelumnya sudah tidak layak, bagian bawah yang sudah penyok keatas, dan gagang yang nampak bengkok.
"Lu mending gak ada upacara, lah gue? Upacara lagi, panas-panasan," ujar Havina meratapi nasibnya.
"Lo kata kuliah enak? Kaga bego, sulitt, lebih sulit daripada aljabar," ujar Alin nampak tak terima. Baik Alin atau Havina sama-sama memiliki sifat emosian dan extrovert, jadi jika mereka berkumpul pasti suasana akan sangat ramai.
---
Aruna memakan sarapannya dengan tenang, mencoba tak memikirkan pesan semalam yang justru menghantuinya sejak bangun tidur tadi. Sialan memang.
"Bi, mama pulang kapan?" Tanya Aruna pada pembantunya.
"Gak tau non," jawab sang pembantu.
"Bi, jam sarapan. Sarapan dulu, itu dikerjain nanti aja," ujar Aruna yang merasa tak enak. "Ini cuma sama Runa, jadi kaya biasa aja bi, gak usah malu. Runa bukan orang asing," ujar Aruna bercanda. Keluarganya memang dekat dengan pembantunya. Maka dari itu mereka sering sarapan, makan siang atau makan malam bersama.
Akhirnya setelah bujukan Aruna, sang bibi mau untuk sarapan bersamanya.
Setelah selesai sarapan sang bibi membersihkan bekas makan mereka sementara Aruna mengikat rambutnya.
"Mau berangkat sendiri apa sama temennya, non?"
"Sendiri bi," jawab Aruna seadanya.
Sang bibi mengangguk paham "Kirain sama temennya lagi, non.
"Nggak bi, lagi sibuk semua," jawab Aruna sembari menyampirkan salah satu sisi tas pada bahunya dan membuka ponselnya sejenak.
Gasha.
Last seen 1 minutes ago.|Heh, cptan
|Ntar upacara blockk
|Lu dihukum gw ga mau urus
[06.38]Santai anying|
Rumah gw deket sekolah aja, santuyy. 2 menit smpe nih
[Unread-06.39]---
Perlahan Gasha melangkahkan kakinya menuju di mana sebuah suara berasal--suaranya terdengar janggal di telinganya. Ia memutuskan untuk menelusuri dari mana asal suara itu.
Suaranya semakin jelas hingga ia bisa menebak bahwa suara itu dari gudang. Siapa yang akan bermain di gudang di saat yang lain berada di kelas atau kantin untuk sarapan? Samar-samar ia mendengar suara tertawa perempuan ia mengusap kedua sisi lengannya--merasa ngeri juga dengan apa yang mungkin terjadi, bisa saja itu hantu, bukan?
Ia hampir berteriak saat tubuhnya tiba-tiba di tarik bersembunyi di sebuah celah tembok, mulutnya di tutup dengan tangan putih sosok di depannya yang nampak memperhatikan sekitar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Im Yours.
Fanfiction"Percintaan itu memuakkan," ujar Aleena Gasha Zinantya. "Gak punya pacar tapi punya support system itu asik," ujar orang lain yang berakhir terikat dengan hubungan 'kekasih', Aruna Rumantara. "Jomblo itu asik," ujar seorang lain yang tetap menjomblo...