8.

26 2 0
                                    

INFO : Chap ini khusus hubungan Kiana sama Gasha dulu yang masih belum terus terang. Kalau Aruna mah udah keliatan hubungannya.

----

Bima memberhentikan motornya di sebuah gang kecil, setelahnya ia mengajak Kiana turun dan berjalan menyusuri gang tersebut.

Jika boleh jujur, Kiana terkejut. Gang ini memang kecil namun sangat bersih dan terawat. Ia sontak menjengit kaget saat tiba-tiba tangan Bima menggandeng pergelangan tangannya.

"Na, lo bisa hilang disini," ujarnya lalu menuntun Kiana berjalan. Sesampainya di akhir gang ia bisa melihat sebuah pasar malam, memang sedikit terpencil, namun ini sungguh indah!

Lokasinya yang tak kalah luas, lingkungan sekitarnya yang bersih, dan stan-stan yang berjejer rapi, tempat sampah juga tersedia dimana-mana. Seharusnya setiap pasar malam harus memiliki kriteria penyelanggaraan seperti ini sih.

Ia terus mengikuti langkah Bima yang menuntunnya untuk memasuki area pasar malam. Bima benar-benar tak melepaskan genggamannya hingga mereka mulai memasuki area pasar malam, ia melepaskan genggaman tersebut yang justru Kiana sayangkan. Sebenarnya, menurutnya Bima itu sosok yang baik, ceria, dan mood booster untuk siapapun, namun terkadang orang-orang justru menilainya jamet atau alay, ya meskipun ia juga sempat menilainya begitu. Namun sekarang ia menarik semuanya.

Bima tidak seburuk itu.

"Lo mau jajan dulu apa main dulu?" Tanya Bima menoleh kearah Kiana, ia sempat mengerjab saat Kiana nampak membuang pandangan kearah lain, namun ia tepis saat mengikuti arah pandang Kiana. Nampaknya gadis tersebut sedang melihat sekeliling.

Akhirnya Bima hanya bisa mengekor dibelakang saat Kiana melangkahkan kakinya untuk berkeliling.

---

Gasha butuh sedikit effort hanya untuk jalan-jalan dengan Alen malam ini, alasannya karena sang ayah sedang pulang, yang mengakibatkan ia sedikit sulit untuk keluar malam. Bahkan ia sampai merayu dan menjanjikan bakmi pinggir jalan milik mang Yudi, mana sang ibunda ikut memesan bakso jualan bu Mumun, masalahnya kedua pedagang tersebut cukup jauh jaraknya, tapi sudahlah. Daripada tidak dapat izin bukan.

Dan, ia harus sedikit effort lagi untuk berjalan menuju Alen berada, karena ia beralasan akan pergi dengan temannya, tak mengatakan bahwa itu adalah seorang laki-laki, bukan perempuan.

"Sorry lo nunggu lama ya?" Tanya Gasha tak enak sembari menyugar rambutnya kebelakang, sebenarnya Gasha tipe orang yang memiliki rambut mudah disugar, dan Gasha lebih suka menyugarnya asal daripada menatanya dengan rumit.

"Belum sih, yuk," ajak Alen lalu mendirikan motornya dan menyalakannya setelah Gasha sudah duduk rapi.

Ternyata Alen mengajaknya untuk ke sebuah taman yang dihiasi banyak stan-stan di sekitarnya. Taman ini tidak ramai, namun tidak sepi, dari lingkungannya ia yakin bahwa tempat ini biasanya ramai, namun sedikit sepi karena ada pasar malam. Untuk pasar malam, ia hanya mengetahui bahwa ada saja, tak berniat untuk pergi kesana, sama sekali.

"Sorry, gue gak bisa di tempat rame, jadi gue ngajak lo kesini," ujar Alen sembari turun dari motornya dan memasuki taman bersama Gasha.

"Cantik," gumam Gasha memperhatikan sekitar. Alen langsung membuang nafas lega mendengarnya, ternyata pilihannya untuk pergi ke taman tidak buruk.

"Suka?" Tanya Alen menolehkan kepalanya, bisa ia lihat binar di mata Gasha.

"Suka kok," jawab Gasha. "Di sini bisa lihat bintang," gumamnya memperhatikan bintang-bintang yang menghiasi angkasa.

Im Yours.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang