9.

25 2 0
                                    

Pagi ini Havina dan sang kakak--Alin sudah menyapa rumah Gasha. Alasannya karena anak Tante Gasha dan Alin kenal dekat--sahabat tepatnya.

Dan Havina menuju kamar Gasha, karena anak itu masih betah berdiam di kamarnya setelah mandi.

Ia langsung menghampiri sahabatnya yang rebahan cantik di atas ranjang dengan ponsel di tangan kirinya. "Mikirin apa sih?" Tanya Havina merebahkan dirinya di samping Gasha.

"Ada deh," jawab Gasha, tanpa sadar senyumnya mengembang.

"Suka sama orang ya lu," tebak Havina yang merasa aneh saat melihat Gasha yang senyum-senyum sendiri.

"Mungkin, tapi lo beneran gak lagi kasmaran?" Tanya Gasha menoleh menatap Havina yang sedang menatap lampu di kamarnya. Lampu tersebut dalam keadaan mati, dan letaknya sangat tepat untuk Havina menatapnya dari posisinya sekarang.

Havina diam, kalau dipikir-pikir sebenarnya ia ini sedang jatuh cinta juga tidak sih?

"Kenapa lo nanya gitu?" Tanya Havina balik, merasa aneh dengan Gasha yang tiba-tiba bertanya hal yang tak terduga.

"Nanya aja, lagipula kan Aruna lagi suka sama Abi, Kiana lagi deket cowok, gue juga kayanya lagi suka orang, lo yakin nggak suka siapa-siapa?" Ia bangkit mengubah posisinya menjadi duduk dan menatap Havina dengan serius. "Pas SMP kemarin. pertama kali gue suka orang juga gini kan? Kita bisa suka orang di waktu yang bersamaan," lanjutnya.

Havina menatap Gasha balik, benar juga. Namun saat itu hanya Aruna yang kisahnya berjalan lama, mereka menyukai orang pada akhir kelas delapan, namun hanya Kiana dan Aruna yang berpacaran pada saat itu. Kiana berpacaran seminggu sebelum kenaikan kelas dan putus sebulan setelahnya, sementara Aruna pada awal kelas sembilan hingga setelah ujian tengah semester awal.

"Kalau gue suka sama anos menurutlo gimana?"

"Hah? Anos?" Bingung Gasha tak jadi merebahkan tubuhnya kembali dan menatap Havina bingung.

"Anak osis," jawab Havina lalu ikut merebahkan tubuhnya kembali, ia menatap langit-langit kamar Gasha yang dihiasi beberapa bintang-bintang.

Gasha nampak diam sejenak, "anak osis?" Setahunya tidak ada anak osis yang terlihat dekat dengan perempuan kecuali Bima, lalu siapa lagi? Tidak ada kok.

Havina mengangguk, "anak osis yang ngajak gue keliling. Pas itu bareng sama MPLS, jadi mungkin banyak yang ngira gue anak MPLS, tapi pas itu gw pake rok SMA gue dulu sama cardigan, soalnya seragam atas gue kan beda," jelas Havina.

Gasha mengangguk paham, saat itu memang cukup sibuk sih.

"Pas itu emang sibuk sih, berarti yang nganterin lo itu kosong ya?"

"Nggak kok, dia ngajak gue keliling sambil ngecekin ini itu. Katanya bagian ngecek ngecek makanya sekalian sambil ngenalin gue ke lingkungan."

Gasha mengangguk paham, masalahnya ia tak tahu siapa yang memiliki bagian dalam hal itu. Ia hanya mendapat bagian untuk menjadi osis sementara dan menyiapkan makanan bersama kelas art atau kelas Kiana. Itu saja.

"Sayangnya gue gak tau itu siapa," ujar Gasha lalu bangkit dan melangkah keluar kamar di susul oleh Havina.

"Hav, ayo pulang," ajak Alin, kakaknya. "Kakak ada jam habis ini," mengingat Alin yang sekarang maba di salah satu Universitas, maka waktu luangnya tak terlalu banyak.

Im Yours.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang