Akhirnya ketiga manusia yang berpisah dalam jalan dan bertemu di parkiran rumah sakit sudah sampai di lorong kamar VIP. Manusia-manusia tersebut tak lain adalah Havina, Kiana, dan Aruna yang nampak tenang menyusuri lorong, cukup membingungkan pasalnya tiga perempuan tersebut hampir tidak pernah sehening ini saat berkumpul.
Ketiganya sampai di depan ruangan dengan nomor ruangan B.26, cukup jauh dari bibir lorong dan hampir berada di pojok, hanya tersisa beberapa kamar lagi di sebelahnya.
Setelah berunding singkat, akhirnya sosok Kiana lah yang membuka pintu. Kiana memutar knop pintu secara perlahan dan mendorongnya pelan.
Pemandangan yang pertama kali mereka lihat adalah Bima dan Damar yang tertidur di sofa dengan satu bantal--dengan dua sisi yang berbeda dari sofa. Keduanya duduk di sofa pojok yang memiliki dua arah kursi, hingga keduanya nampak memanfaatkan sofa tersebut. Juga Gasha yang sedang menyuapi Alen.
"Lo jangan nanya macem-macem dulu," ujar Gasha langsung melarang sahabat-sahabatnya yang memiliki mulut anti sensor tersebut.
Havina melirik Gasha dengan sinis sembari menyahut dengan nada sinis juga, "dih ngapain nanya-nanya." Aruna yang menyaksikan hal tersebut hanya bisa geleng-geleng kepala, sementara Kiana sudah meletakkan buah yang mereka bawa di meja samping brankar.
"Reaksi pukulannya gimana, Sha?" Bisiknya melirik Alen yang nampak kebingungan.
"Hilang ingatan sementara," jawaban tersebut membuat Kiana mengangguk paham--sedetik kemudian ia langsung terbelalak dan menutup mulutnya mencoba tidak berteriak.
"Hah? Beneran?" Ujarnya tak percaya, Gasha mengangguk.
"Lo inget, dia?" Tanya Gasha menarik Kiana--tepatnya menyeret bahu anak tersebut dengan tidak ramah. Alen menggeleng sebagai jawaban.
"Gak ada yang dia inget kecuali Bima sama Damar di sini," ujar Gasha apa adanya lalu melanjutkan kegiatannya menyuapi Alen.
"Kegiatan sekolah lo terakhir ngapain?" Tanya Aruna mencoba mengetes kapan ingatan terakhir yang masih dimiliki Alen.
Alen nampak diam sejenak, "pemilihan ketua osis," jawabnya apa adanya. Ia jujur sangat terkejut saat membuka mata, saat di mana ia tak bisa menyadari dimana posisinya sendiri dan siapa orang-orang yang berada di dekatnya, yang ia ingat terakhir kali adalah ia baru pulang dari sekolah setelah kegiatan pemilihan ketua osis dan baru sampai, setelahnya ia tak ingat apa-apa lagi.
Namun mendengar penjelasan dari perempuan yang mengenalkan dirinya dengan nama Gasha membuatnya merasa mengerti keadaan sekarang. Gasha bilang ia mengalami amnesia sementara dalam jangka tertentu, maka dari itulah ia tak bisa mengingat apa yang terjadi sebenarnya pada dirinya. Ditambah fakta jika dirinya saat ini sudah menjadi murid kelas sebelas, serta menunjukkan roomchat grub kelas miliknya yang dengan jelas menunjukkan bahwa dirinya sudah kelas sebelas membuat ia semakin yakin, jika memang sesuatu terjadi hingga membuatnya amnesia.
Sementara Damar dan Bima nampak masih pulas dalam tidurnya hingga Havina yang tak sengaja menjatuhkan kaleng minuman dingin yang menimbulkan suara yang nyaring membuat keduanya sontak terbangun--apalagi Damar yang langsung terduduk dengan ekspresi serius. Wajar jika Damar waspada, bukan hal yang baru jika kedua orangtuanya bertengkar hingga melempar barang kaca dan semacamnya dan selalu membuat refleknya semakin waspada.
Ia mengerjab beberapa saat lalu kembali melanjutkan tidurnya, merasa tidak ada yang terjadi. Ia juga sempat mengusir kepala Bima yang membentur kepalanya karena terlalu banyak bergerak.
"Ajaib banget tuh orang," gumam Aruna terkejut karena ternyata sosok Damar memiliki sisi ajaib seperti itu.
Setelahnya suasananya tenang hanya berisi perbincangan singkat sembari mereka menyaksikan Gasha yang menyuapi Alen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Im Yours.
Fanfiction"Percintaan itu memuakkan," ujar Aleena Gasha Zinantya. "Gak punya pacar tapi punya support system itu asik," ujar orang lain yang berakhir terikat dengan hubungan 'kekasih', Aruna Rumantara. "Jomblo itu asik," ujar seorang lain yang tetap menjomblo...