42. Exhausted

6 2 0
                                    

"Aku hanya marah sama diri sendiri. Dan berfikir tidak pantas untuk memilikimu."

♡♡♡

"Tidak ada Abram, yang ada kamu harus belajar dulu sampai lulus dari perguruan tinggi dan memegang penuh kendali" ucap Anton

"Bagaimana kalau sementara ini saya serahkan perusahaan saya ke om? Nanti kalau saya sudah sanggup lagi untuk melanjutkan semuanya saya akan kembali. Saya mau Hiatus dari perusahaan dulu. Dan om adalah orang dewasa yang saat ini saya percayai. Untuk anak buah dan karyawan akan tetap sama hanya berbeda pemilik. Jujur, saya tidak mengharapkan imbalan lebih. Saya bisa hidup itu saja saya sudah bersyukur. Bagaimana dengan pendapat saya om? Apakah om mau?" Tanya Abram

"Kamu lagi stress sekolah ya?" Tanya Anton

"Bukan hanya sekolah om" kekeh Abram

"Baiklah kalau itu mau kamu, tapi untuk menghindari masalah, alangkah baiknya kamu membuat kontrak kesepakatan itu terlebih dahulu" ucap Anton

"Sudah saya siapkan, anda hanya tinggal tanda tangan saja" ucap Abram

Anton mengangguk dan menyetujui apa mau Abram.
Akhirnya masalah perusahaan usai juga. Meski harus dengan penyerahan. Abram tak memedulikan hal itu.

Setelah keluar dari ruang kerja Anton, Abram ditarik oleh Sindi menuju kamarnya. Karena ruangan yang terdekat darisana adalah kamarnya.

"Lo gila?! Kenapa Lo serahin perusahaan Lo ke papa? " Tanya Sindi

"Lo pikir gampang jalaninnya? Engga." Jawab Abram

"Gampang, Lo tinggal ikutin saja mau papa. Lo rajin hadir ke pertemuan bisnis itu dan semuanya akan baik-baik saja. Tanpa harus Lo serahkan semuanya ke papa" ucap Sindi

"Tau apa Lo tentang gue?" Ucap Abram dengan nada sinis. Kenapa nadanya seperti menahan amarahnya?

"Lo ga sayang sama nyokap Lo? Perusahaan itu kan milik nyokap Lo. Nyokap Lo yang bangun sendiri perusahaannya hingga pernah ke puncak jayanya. Tapi kenapa Lo dengan mudahnya memberikan hak itu ke orang lain?" Tanya Sindi

"Om Anton bukan orang lain, dia Bokap Lo. Dan Lo adalah Sindi. Orang yang benar-benar gue kenal" ucap Abram

"Terus?" Tanya Sindi

"Jadi, mau diapain nantinya perusahaan gue. Semua keuntungan juga akan mengalir ke kehidupan Lo. Makanya gue tenang" ucap Abram

"Terus kenapa Lo lepas kendali? Lagi stress kenapa? Sekolah juga gaada tugas yang susah-susah. Lo juga udah punya pacar. Apa lagi yang buat Lo ga bahagia?" Tanya Sindi

"Diri gue sendiri. Gue ga bahagia karena diri gue sendiri. Lo gatau apa-apa makanya diem aja" ucap Abram

"Kenapa Lo terlalu introvert sih Bram? Kenapa Lo ga cerita tentang apa masalah yang tengah Lo alami. Apa hal yang buat Lo menjadi stress kayak gini?" Tanya Sindi

Abram menggeleng dan tersenyum. Lalu dia berjalan keluar dari kamar Sindi dan pulang.

Kamar Sindi tidak kedap suara, jadi suara mereka bisa terdengar sampai ruang kerja Anton. Anton telah mendengarkan semuanya.

♡♡♡

Setelah hari itu, Abram jadi jarang mengirin chat lagi untuk Sella. Sella benar-benar bingung harus apa.

Dia menghampiri tempat duduk Abram dan duduk didepan bangkunya. Terlihat Abram yang tengah tertidur dalam meja.

"Bram, gue mau ngomong bentar sama lo" ucap Sella berusaha membangunkan Abram

Ternyata Abram tidak tidur, ia hanya berpura-pura memejamkan matanya.

"Gaada yang perlu diomongin lagi Sel, gue cape mau tidur" jawab Abram

Krisna mendengarnya. Lalu bertanya ke Sella tanpa suara.

"Kalian kenapa?" Tanya Krisna

Sella hanya mengangkat bahunya.

Bel istirahat berbunyi. Semuanya langsung beranjak menuju kantin. Laura langsung menarik tangannya Sella darisana.

"Ada apa?" Tanya Laura

Sella menggelengkan kepalanya

"Gaada apa apa" jawabnya tersenyum

Menyembunyikan kenyataan bahwa mereka berdua sedang tidak baik baik saja. Hanya saja, Sella masih belum tau alasannya.

Malam hari pun tiba, Sella telah berada di depan rumah Abram. Sambil mengetuk pintu itu beberapa kali, sambil berteriak memanggil nama Abram. Lama tak dibuka, ternyata Abram baru pulang. Dengan jaket yang masih menyelimuti seragamnya.

"Lo darimana aja? Kok baru pulang?" Tanya Sella

"Ga perlu tau" ucap Abram langsung mengambil kunci rumahnya yang selalu ia bawa dalam tasnya. Lalu membukanya.

Saat hendak masuk, tangan Abram diraih oleh Sella dan membuat cowok itu tidak jadi melanjutkan jalannya.

"Lo marah sama gue? Kenapa? Setidaknya kasih alasan yang jelas biar semuaa nya jelas" ucap Sella

"Engga gue ga marah sama lo" jawab Abram

"Berarti waktu itu lo cuman bercanda kan?" Tanya Sella

"Engga juga, gue udah beneran yakin kalau gue harus mutusin lo. Maaf, kalau lo ga terima lo boleh pukul gue sepuasnya" ucap Abram

Deg! Bagai dihantam oleh batuan besar.

"Why? Gue ada salah apa? Kalau lo ga marah sama gue, kenapa lo minta putus? Lo udah suka sama yang lain?" Tanya Sella

"Engga juga, gue marah sama diri gue sendiri. Gue hanya mikir, kalau gue beneran ga pantes buat lo." Ucap Abram

"Gaada yang bilang lo ga pantes buat gue bram, bahkan lo terlalu sempurna dimata gue Abram." Ucap Sella yang mulai rapuh

Matanya mulai berkaca-kaca saat terus menatap manik mata cowok yang ada didepannya itu.










♡♡♡

Hello Everyone!!👋

Gimana ceritanya? Suka?😍

Pantengin terus yaa😇

Jangan lupa Vote and Komen😘

LIBSA Lovers! Stay Read yaw 🤗

See you next chapter 💖💖

The Beauty Libsa🌹💟

LIBSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang