Bab 3 - Pengajian

416 25 0
                                    

"Suamimu gimana? Baik?" tanya Romi yang melihat adiknya masih sering tinggal di rumah lamanya daripada tinggal bersama suaminya.

Stela langsung tersenyum dan mengangguk. "Baik. Cuma ini Mas David lagi sibuk syuting, aku juga udah minta ijin buat kesini," ucap Stela sambil melanjutkan aktifitasnya menanak nasi.

"Kalo misalnya kamu gak akur sama David, pisah aja gapapa. Kamu bisa ikut Abang..."

"Ikut ke Mesir? Ke Kairo? Meskipun aku ga bisa bahasa arab? Biar ngerepotin calon istrinya Abang?" sela Stela yang tak mau merepotkan keluarganya.

Romi terdiam mendengar ucapan Stela yang begitu menohok. Ia memang belum cukup mapan, ia juga tak kunjung menikahi Zulfa kekasihnya sampai sekarang karena memang belum mapan dan merasa tak sebanding dengan keluarganya. Romi bahkan terlalu sering di bantu Zulfa secara finansial yang membuat Romi merasa tidak enak hati.

"Enggak Bang, itu bukan jalan yang terbaik. Abah juga dulu bilang pengen rumah ini tetep ada biar anak-anaknya bisa ngumpul. Abah bangga Abang dapet beasiswa buat kuliah di Mesir, tapi Abah sering bilang kalo berharap Abang bakal pulang terus ngajar di Indonesia. Berguna buat masyarakat disini," ucap Stela lebih lembut dan tenang.

Romi terdiam. Ia sudah berencana untuk menjual rumah dan aset-aset milik Abahnya dari dulu sejak Abahnya sakit-sakitan dan sekarang ia juga berencana menjualnya agar bisa hidup lebih enak di Mesir. Bersama Stela tentunya, tapi dengan jawaban Stela yang seperti ini ia jadi merasa serba salah.

"Gak di Mesir, Abang mau pindah ke Turki habis lulus nanti. Beberapa temen Abang juga gitu. Abang juga udah ngajuin buat dapet beasiswa S3 disana. Jadi nanti bisa ajak kamu buat tinggal disana, kalo mau..." ucap Romi dengan suara yang semakin pelan.

Stela menggeleng. "Abang inget gak sih janji Abang ke Abah dulu? Abang bilang mau jadi dosen di UIN, mau ngajar di pondok juga. Abah bangga banget loh sama Abang, aku juga jadi gak nerusin S1 biar Abah bisa bayarin kuliah Abang sama kebutuhan Abang..."

"Kamu gak ngerti Stel!" bentak Romi kesal karena adiknya terus mengingatkannya pada janji-janjinya dulu yang sudah ingin ia lupakan dan ia buang jauh-jauh.

Stela terperanjat mendengar bentakan abangnya itu. Sekian lama ia mengenal Romi dan baru kali ini ia di bentak seperti ini. Abangnya yang biasanya hangat dan bijak seketika terlihat seperti orang asing di hadapannya saat ini, seperti kehangatan dan kebijakannya selama ini hanya sebatas topeng semata.

"Disini pengajar gak di hargain. Beda sama diluar, selama ini Abang bisa kirim duit buat pengobatan abah karena kerja disana. Gajinya lebih dari cukup buat hidup layak. Kamu tau itu kan Dek, biaya pendidikan di luar juga jauh lebih murah daripada disini. Nanti kamu bisa belajar bahasanya terus lanjut kuliah disana. Kamu kan pengen kuliah," jelas Romi dengan lebih lembut.

Stela menggeleng. "Aku dah nikah Bang, aku juga gak mau ninggalin tempat ini. Aku mau deket sama Abah, meskipun gaji jadi guru ngaji cuma dikit..."

Romi menyunggingkan senyum sinis di wajahnya. "Guru ngaji katamu?! Mau makan apa kalo cuma jadi guru ngaji? Liat!" Romi melebarkan tangannya. "Rumah Abah dah jelek, karena apa? Abah nolak buat ambil pensiunannya di KUA dulu. Liat dia lebih mentingin jadi guru ngaji. Kamu idupnya jadi susah, jangan terlalu naif jadi orang!"

"Sejak kapan Abang jadi serakah kayak gini?!" bentak Stela dengan suara yang sudah bergetar. "Abah bilang ke Abang dia gak mau ambil uang pensiunannya soalnya semua uang Abah di kirimin ke Abang! Abang gak tau apa-apa soal aku sama Abah. Abang gak tau betapa baiknya orang-orang yang belajar ngaji sama Abah. Abang gak tau kan kalo selama ini aku sama Abah hidup dan baik-baik saja dari uang honor guru ngaji itu?! Abang gak tau apa-apa selain bilang uang Abang habis gak sampe sebulan!" cerca Stela.

The AktorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang