Bab 16 - Pulang

298 29 4
                                    

Anca samar melihat Stela yang baru selesai solat di musola menangis sendirian. Anca jarang solat, entah kapan terakhir ia solat. Bahkan rasanya bacaannya pun Anca juga sudah lupa. Anca langsung menebak jika Stela menangis karena David yang membentaknya dengan ucapan yang begitu kasar tadi. Anca tak tau bagaimana Stela tapi yang jelas menurut Anca apa yang dilakukan David cukup keterlaluan.

"Vid, Stela nangis tuh!" tegur Anca yang ingin meminta David meminta maaf pada Stela.

"Terus kenapa?" tanya David acuh tak acuh. Sungguh David kesal karena Anca yang tiba-tiba menaruh perhatian pada Stela begitu besar.

"Ya minta maaf, dia kan niatnya bantuin. Dia jatoh kan gak sengaja juga..."

"Lu kenapa jadi ikut campur sama urusan Stela?" tanya David ketus dan sedikit menaikkan nada bicaranya.

"Vid..." Anca tak bisa berkata apa-apa lagi. Semua orang menatapnya dan David yang tiba-tiba cek-cok. Tak selang lama ponsel milik Stela yang ada disamping David berdering yang menghentikan ketegangan antara David dan Anca sejenak.

David melihat nama Maminya tertera disana. "Mami buruan jemput Stela dong, dia bikin ribet disini!" ucap David kesal pada Maminya.

"Mami baru mau ngasih tau kalo Mami ke Jogja, istrinya kakakmu melahirkan. Mami mau kasih tau kalo Stela pulangnya bareng kamu," ucap Indah yang membuat David makin kesal dan langsung mematikan sambungan telfon di ponsel Stela.

Sita yang samar-samar mendenfar pembicaraan David dan Maminya juga Anca barusan langsung pergi ke musola menunggu sampai Stela selesai solat. Sita langsung memiliki ide brilian untuk menyingkirkan Stela dari sana dan membuat Kinan lebih leluasa lagi untuk PDKT dengan David.

"Mas Anca..." panggil David lalu menghela nafas berusaha meredakan emosinya. "Jangan terlalu deket sama Stela, jangan nyoba ngedeketin Stela..." David mengusap wajahnya begitu sulit baginya sekarang untuk menyembunyikan kecemburuannya dan berterus terang pada Anca soal Stelanya.

Anca memalingkan wajahnya namun ia malah melihat pantulan tubuhnya di cermin. Anca mulai melihat tubuhnya yang tanggung, terlalu gemulai jika disebut sebagai pria namun terlalu berotot untuk disebut sebagai wanita. Anca berada ditengah-tengah, berada dalam kebingungan. Bahkan untuk menentukan hal sederhana, sesederhana ia ini laki-laki atau perempuan saja terlalu sulit ia lakukan.

Anca dan David melihat Stela yang datang bersama Sita dari musola. Anca merasa sudah begitu lancang dan tidak taudiri sempat menaruh hati hanya karena Stela sedikit mirip dengan Mbak Azizah. Bahkan rasanya sedari awal memang ia tak taudiri untuk menyukai seorang wanita sementara gendernya sendiri masih mengambang dan penuh kebingungan.

"Stela, Mami bilang..."

Stela langsung mengemasi barang-barang yang ia bawa lalu mengambil ponselnya yang ada diamping David.

"Gapapa Mas, maaf aku ngerepotin," ucap Stela lalu keluar sambil membawa barang bawaannya yang tak seberapa itu.

"Kamu mau kemana?" tanya David.

"Pulang," jawab Stela singkat.

David menggenggam tangan Stela dengan cukup kuat. Namun sadar ia tak hanya berdua dengan Stela disana David langsung melepaskan genggaman tangannya dari Stela tanpa berkata apa-apa lagi. Tak berselang lama juga Toni sudah bersiap kembali di ikuti dengan yang lainnya yang sudah siap untuk kembali take. David langsung pergi ke set bersama Anca dan Kinan juga.

"Makasih ya Mbak udah dikabarin," ucap Stela begitu tulus pada Sita sambil berjalan keluar hendak menunggu jemputan dari mertuanya diparkiran seperti sebelumnya saat ia baru datang.

Stela menunggu sendirian sambil melihat bintang-bintang dan sesekali menepuk nyamuk yang mencoba mengigit kakinya. Sempat ada satpam yang mengajaknya bicara, namun tak selang lama satpam itu pergi untuk keliling jadi tinggal Stela sendiri yang ada disana. Menunggu mobil atau motor jemputan dari mertuanya bersama tas besar berisi peralatan makan yang sudah ia cuci tadi dan beberapa sisaan makanan yang sayang jika dibuang.

The AktorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang