Setelah kejadian dimana Jeffrey yang menyeret Jeno begitu saja dari arena pertandingan. Kini sepasang mate itu berada dalam kereta kuda milik Jeffrey. Di dalamnya hanya ada Jeno dan Jeffrey, saling mendiamkan satu sama lain.
Baik Jeffrey dan Jeno sendiri hanya sibuk memandangi pemandangan di luar jendela kereta kuda tanpa niatan membuka suara.
Hampir dua jam berlalu, keduanya masih dalam perjalanan. Jeno mengernyitkan dahinya pelan ketika menyadari kereta kuda ini hanya berjalan memutar. Pantas saja terasa begitu lama, seingat Jeno perjalanan menuju kediaman Kallistar atau Istana Kerajaan bahkan tak memakan waktu sampai satu jam. Lantas, kenapa mereka tidak sampai sampai.
"Kita akan kemana?" tanya Jeno membuka suara.
Dari sini dapat Jeno lihat, Alpha didepannya itu tampak tersentak pelan saat mendengar pertanyaannya. Melamunkan apa alpha itu hingga sebegitu kagetnya saat ia bertanya?
"Aku bertanya, kita akan kemana," ulang Jeno.
"Aku- tidak tau," balas Jeffrey pelan. Sorot matanya terlihat meredup ketika menatap sang omega. Alpha itu menundukkan pandangannya dengan tangan saling bertaut, meremas erat satu sama lain.
Jeno mengigit pipi dalamnya menahan gemas. Sosok Jeffrey yang seperti sekarang ini, sangat diluar dugaannya. Putra Athena yang terkenal angkuh itu sekarang terlihat seperti seorang anak anjing yang kehilangan induknya. Sama seperti Jack beberapa waktu lalu.
"Aku berjanji pada Jack untuk membiarkannya bermain degan Jeviel seharian," ujar Jeno membuat lawan bicaranya mendongakkan kepala. Menatap Jeno dengan tatapan berbingar walau hanya sedikit.
"Sungguh?"
Setelahnya, jangan salahkan jika wajah Jeno memerah padam karena tingkah alpha didepannya. Pasalnya, Jeffrey kini menatapnya layaknya seorang balita yang di iming imingi akan mendapat sebuah permen.
Omega itu mengangguk pelan, membuang pandangannya. Kemana saja! asal tidak menatap Putra Athena satu ini.
Tawa Jeffrey mengalun merdu melihat tingkah Jeno yang terlihat lucu di matanya. Wajah omeganya itu memerah hingga ke telinga.
"Kau menarik omega," ujar Jeffrey tersenyum manis. Memunculkan dua cacat pada pipi putra Johnny itu, membuatnya terlihat berkali kali lipat lebih mempesona.
"Aku tau!"
Kekehan pelan terdengar sebagai jawaban, "Andai kau menjadi adik kecilku. Aku pasti akan sangat menyayangimu."
Jeno menoleh, menatap sang Alpha yang kini juga menatapnya tanpa melunturkan senyuman.
"Aku bukanya menolakmu karena kau tidak pantas Jeno," ujar Jeffrey. Akhirnya dia memberanikan diri mengatakan hal yang selama beberapa minggu terakhir ini menganggu fikirannya.
"Menjadi seorang Lunar itu berat. Kau akan mendapat tekanan dari berbagai sisi yang akan menyulitkanmu kedepannya. Jika saja-
"Jika saja Lunarmu Pangeran Marven, maka dia akan lebih dari mampu untuk menanggung semua beban itu," potong Jeno. Dia tau betul isi fikiran dari Alphanya itu.
Jeffrey tersenyum sebagai tanggapan. Omeganya memang pintar.
"Marv telah dididik layaknya seorang Lunar sejak dia datang ke istana. Aku tidak tau apa tujuan Lunar Permaisuri melakukannya. Aku dulu, sempat berfikir bahwa Marv memang takdirku sejak awal."
Untuk beberapa saat, Jeno terdiam di tempatnya. Jika saja Marv bukan mate dari Eric, pasti akan susah jika harus bersaing dengan Marv untuk menjadi Lunar.
"Aku lebih dari mampu untuk berada di sisimu. Baik sebagai omegamu ataupun sebagai Lunar Permaisuri," ujarnya yakin.
Dia harus mendapatkan gelar itu untuk mempermudah segalanya. Dia juga harus dengan cepat menaklukkan alpha di depannya ini agar semua berjalan sesuai rencananya dan Eric.
KAMU SEDANG MEMBACA
kallistar dyke [end s1/s2 on going]
FantasyLegenda dari Kerajaan Enchancia. Kisah tentang Sang Alpha dan Lunarnya.