Selamat membaca
••🦖🦖••
Setiap air hujan turun temurun, memberikan bukti saksi bisu disana. Mereka semua anggota Alaska gang mengiringi sang ketua untuk mengantarkan Aldara ke rumahnya. Pengalaman pertama bagi Aldara, jalan bersama dengan orang yang merupakan ketua gang motor Alaska.
Hujan bagi mereka semua bukan lah masalah. Tapi ini adalah anugrah dari Tuhan, setiap langkah perjalanan mereka sudah biasa dengan cuaca yang seperti ini. Petir bersuara dari arah timur dan barat. Suara bergemuruh sudah biasa mereka dengar, tapi mereka rela seperti ini. Kita jangan lemah karena kita masih muda.
Cuaca seperti itulah yang sedang mereka lalui sekarang. Apalagi disana ada Aldara yang ikut menyempil di kisah perjalanan Alaska.
"Gue minta maaf karena ngerepotin lo beserta temen-temen lo di belakang" ujar Aldara disana
"Nggak perlu minta maaf, gue nggak tega biarin lo sendirian disana, apalagi lo siswi baru" jawab Algares
25 menit kemudian ...
Kini saatnya tiba mereka semua mengantarkan Aldara
"Makasi udah mau nganterin gue" ucapnya seraya melepaskan helm "Iya sama-sama" jawab Algares.
"Mau masuk dulu?" tawar Aldara
"Nggak dulu deh, kita ada kerjaan soalnya" sahut Kanaga
"Makasi atas tawarannya" kata Alex
Mendengar jawaban dari Alex dan Kanaga. Aldara mengangguk paham, lalu kemudian ia memasuki pintu rumah mewahnya itu.
Kriet ...
Aldara membuka pintu rumahnya. Jujur saja ia merasa takut masuk rumah, dikarenakan takut dimarahi oleh mamanya. Sikap mamanya itu terhadap Aldara tidak seperti sikap ibu kandung. Melainkan seperti ibu tiri, alasannya karena Aldara bukan anak yang dia mau dan Aldara di cap sebagai anak pembawa sial di rumah itu. Ibu Sintia yupss dia adalah ibu kandung Aldara.
Mata Aldara menengok kanan dan kiri, ia harap bu Sintia tidak melihatnya apalagi dengan suasana hujan petir seperti ini.
"Dari mana aja, kenapa baru pulang?" tanya bu Sintia dengan ekpresi wajah jutek, penampilan rambutnya pendek sesuai dengan watak yang ia miliki.
Deg!
Spontan mendengar suara yang tidak asing di kepala Aldara. Dia langsung membulatkan bola matanya. "Ma-ma-maaf, diluar hujan" jawabnya sembari memundukan kepala
"Terserah saya tidak peduli, piring udah numpuk. Gih sana cuci piring" suruh Bu Sintia dengan nada tingginya
"Tapi kan mah, di rumah ini ada bi Suti" jawabnya
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are The Winner [REVISI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW DAN VOTE SEBELUM OR SESUDAH BACA! JANGAN BACA DOANG KALO VOTE ENGGAK, BELAJAR MENGHARGAI KARYA ORANG LAIN] Hidup penuh luka-liku, kecewa akan selalu ada, rasa adalah utama, penyesalan akan selalu ada. Kisah remaja yang menjalankan...