Selamat membaca
••🦖🦖••
Tandai typo bray:)
Marifolote (follow dan vote)
Semuanyaaa yang mungkin singgah di cerita ini, tolong vote yaaaaa, itu sangat berhargaa kalian jangan mau bacanya doang dongg:( sekian terima vote!!!👊💋💋
Angin memberi tanda kehidupan disana, kedua insan itu masih setia berdiri di depan pintu kelas. Menunggu jawaban Aldara perempuan yang sekarang sedang di curigai oleh Algares.
"Ambil nih, kenapa malah diem? Nggak ngerti bahasa gue?" sentaknya, merasa tidak tahan ingin mendengar ucapan jujur dari mulut Aldara.
Aldara menatapnya, ia meraih gelang yang sekarang sedang di antung-antung oleh laki-laki itu. Ia mengepalnya dengan erat dan memperlihatkan kepalan tangan terhadap Algares. "Iya, gue katakan ini punya gue. Jangan memperberat riwayat gue sekarang. Al, karena ini bukan urusan lo." Mata dan mulut saling bersama berinteraksi memberi penekanan kepada Algares.
Dorrr!!
Curiga terpecahkan, dan ternyata semua ini benar bukan hanya fitnah.
"Muka lo mau di taro dimana? Nggak malu atau itu semua sengaja di pamerkan?" timpal lawan bicaranya yaitu Algares.
"Lo pikir itu pameran? Aurat gue mahal dan hanya kelak suami gue nanti yang boleh tahu, kalo mau ngomong filter dulu, imbasnya kena orang bisa bikin sakit hati."
"Terus apa kalo bukan pamer? Lo melakukan HS itu juga udah bikin nama sekolah malu dan hancur. Bego jangan di pelihara tolol!" pekiknya dengan nada bicara tinggi.
Ternyata Algares ini tidak sebaik apa yang Aldara fikirkan, pertolongan pada tempo hari itu gagal membuat Aldara salah menilai orang.
"Lo nggak tahu apa yang terjadi di hidup gue. Jadi tolong jangan seenaknya aja kalo ngomong, ucapan lo itu udah berhasil gue simpulin." Tunjuknya ingin menampar wajah sialan Algares.
"Ucapan gue barusan emang seimbang dengan kelakuan lo. Kalo mau gituan jangan sekolah, udah langsung nikah aja, katanya auratnya mahal."
Blak ketiplak dua insan itu sedang adu bicara. Masalah itu malah menyebar luas karena Algares yang menyaksikan lontaran ucapan Aldara yang sebenarnya.
"Pe-rem-puan, mu-ra-han ..." Algares mengeja-eja kosakatanya dengan jelas.
Ucapan Algares tersebut membuat hati Aldara ada bekasnya, rasa sakit hati membuat lubang semakin besar di dalamnya.
PLAKKK ...
Tamparan tangan Aldara sukses mendarat di pipi Algares, memberikan sebuah warna merah disana. Yang artinya sedikit memberi rasa nyeri.
"Tamparan ke satu, lo udah berani mengucapkan ucapan haram lo itu"
PLAKKK ...
"Tamparan ke dua, lo udah bikin urusan lo semakin lanjut season dua. Terimakasih banyak ..."
Dengan tegar dan berani, nyali Aldara sangat tinggi. Bukan hanya Algares saja yang tidak ingin di remehkan dan di rendahkan, bahkan Aldara juga tidak ingin seperti itu. Dimana manusia yang ingin di rendahkan oleh manusia lagi yang sama derajatnya di mata Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are The Winner [REVISI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW DAN VOTE SEBELUM OR SESUDAH BACA! JANGAN BACA DOANG KALO VOTE ENGGAK, BELAJAR MENGHARGAI KARYA ORANG LAIN] Hidup penuh luka-liku, kecewa akan selalu ada, rasa adalah utama, penyesalan akan selalu ada. Kisah remaja yang menjalankan...