17. [SELIMUT MISI TERSELEKSI]

36 9 0
                                    

      Selamat membaca

••🦖🦖••

"Setiap orang yang datang akan selalu memberi pelajaran dan kenangan, maka kita harus bisa belajar dari pengalaman. Jangan pernah menyesal yang kedua kalinya."

—Aldara Stephanie Sanjaya—

Jam 23 : 00 WIB

Tangisan air mata yang sangat mengecewakan kini mengeluarkan di tengah malam seperti ini.

Aldara memasuki rumahnya dengan penampilan yang masih memakai dres putih dan bandana putih. Dia manaiki tangga dengan keadaan sesak, taruhan ini sangat menyakitkan, hidup ini sangat berat.

Ia harus bisa melawan rasa sayang demi Papanya, kenapa Algares malah masih bisa bersikap seperti dulu? Padahal hubungan 2 tahun itu sudah usai keram.

Dia merebahkan badannya di kasur, ia melihat langit-langit rumah, dan lalu ia menoleh ke arah dinding samping. Disana terdapat pigura foto kenangan indah. Foto tersebut kenangan mereka dahulu, berpose romantis, Algares memegang kemeja putihnya lalu, memayungkan kepala Aldara, dengan tangan Aldara yang merangkul badan Algares.

Dia beranjak dari rebahannya, kemudian ia mengambil foto tersebut, seraya mengatakan. "Dulu kita manis, tapi untuk sekarang rasa sayang itu harus di musnahkan. Seberapa jauh pun lo singgah di hidup gue, perlahan gue akan melupakannya."

Dirt ...

Dirt ...

Suara notifikasi handphone Aldara bunyi, itu tanda ada pesan yang masuk.

08123******* : di mulai dari sekarang?

Aldarastp : iya, kerja sesuai yang saya suruh.

08123******* : baik, tunggu hasilnya.

Aldarastp : jangan berlebihan, sisanya biar saya turun tangan.

08123******* : siapp, tugas akan dilksanakan.

"Gue akan buat semuanya berantakan Al. Jangan harap lo akan bisa hidup tenang dengan nafas yang lega!" monolog Aldara dengan tangan yang di kepalkan.

Seseorang berjubah hitam suruhan Aldara, sekarang posisinya sedang memasuki area perkarangan rumah Algares yaitu rumah Bapak Ari yang terkenal sebagai kepsek SMANTESA.

Pranggg ...

Lemparan batu yang lumayan besar berhasil memasuki jendela milik rumah Pak Ari, batu tersebut menelusup memasuki ruang tengah.

Spontan Pak Ari langsung keluar dengan keadaan memakai piyama tidur. Ia barusan langsung terbangun dari tidurnya sesaat suara itu berhasil membuat telinga Pak Ari mendengarnya.

Baru pertama kali Pak Ari melihat seperti ini, apalagi sekarang ia di rumah sedang sendirian, di karenakan Algares belum pulang dari tadi.

Batu dengan selimutan kertas hvs yang dilumuri darah segar itu, menggelepar di permukaan lantai.

Pak Ari terlihat sedikit takut. Seketika melihat darah itu berkucuran di lantai, lalu ia perlahan membuka kertas tersebut.

You Are The Winner [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang