The Chapter 8

523 41 2
                                    

Virdian Castle Front Gate at 9.30 am

*Haruka PoV

Aku harusnya tak boleh seperti ini, begitu lemah, terlalu rapuh. Walau aku berbicara seperti itu, nyatanya, aku hanya bisa berlari dan menangis. Otakku dan hatiku tak bisa diajak kerja sama lagi. Dan yang jelas sekarang, aku tak tau arah lariku kemana dan di belakangku, Rene dan Kaze memanggil-manggil namaku.

"Ruka-sama... berhenti!!" Teriak Rene yang berusaha mengejarku, aku menganggapnya bagaikan angin yang lewat begitu saja, jahat bukan?

Aku berlari tanpa melihat jalan yang aku tempuh, dan tepat sekali!
Bbuk....aku terjatuh terselandung batu yang lumayan besar. Aku terjatuh hingga terseret lumayan jauh, aku berusaha bangkit tapi sepertinya kaki kananku memar tak bisa menompang berat tubuhku

"Ruka-sama! Kau tak apa?", Tanya Rene khawatir yang langsung duduk melihat keadaanku.

"Pergilah! Jangan dekati aku!" Bentakku sangat tak suka.

"Ruka-sama.. kami minta maaf atas segala-galanya tolong jangan seperti ini.." Lirih Rene yang mulai menundukkan kepalanya di depanku.

"Sudahlah, Rene. Kau mau bersujud meminta maaf di depannya pun tak akan di maafkan" Ujar Kaze yang langsung menepuk pundak Rene.

"Kakimu tak apa?" Tanya Kaze yang langsung memegang kaki kananku yang memar.

"Cih! dasar sok baik! Pergi kalian! Aku bisa sendiri!" Ujarku sambil mendorong mereka menjauh, mereka terjatuh dan aku pun langsung berusaha untuk berdiri. Aku tak bisa berdiri! aku pun ingin terjatuh dan langsung di tahan oleh tubuh seseorang...

"Kau ini! Sudah ceroboh, Sok kuat, Sok pemberani, dasar!" Sindir Kaze yang langsung membuatku duduk dan dia pun duduk di depanku.

"Minggir!" Bentakku sambil mendorong tubuhnya itu. Tubuhnya pun mendekat kearahku, aku berusaha menjahuinya tapi tetap saja kekuatannya lebih besar daripadaku. Dia memelukku dengan erat, dia mengelus rambutku dengan sangat lembut.

Dag...dig...dug... Jantungku berdetak sangat cepat, mungkin wajahku pun sudah memerah semerah tomat yang matang. Pelukannya yang hangat membuatku hanya terdiam mematung. Wajahnya pun di dekatkan ke telingaku dan aku bisa mendengar deru nafasnya itu.

"Kau tak boleh ceroboh seperti itu, kini kakimu tak bisa digerakkan, kasihan orang-orang yang selalu menunggu mu", Bisik Kaze dengan lembut, nada bicaranya sangatlah berbeda, sangat halus dan membuatku sangat nyaman berada di dekatnya.

Tiba-tiba aku menitikkan air mata lagi-lagi dan lagi. Aku pun langsung mengumpatkan wajahku di dadanya. Tak terasa, kepalaku terasa sangat sakit sekali, semuanya tak bisa kudengar maupun kulihat, semuanya sangat gelap.
...............................................
"Hey!! Rukaa!! Kesini! cepat!" Teriak seorang anak laki-laki yang sedang menunggu temannya itu.

"Sebentar, Kak Hiiragi!" Jawab anak perempuan yang sedang berusaha mengejar anak laki-laki di depannya.

Saat itu, bukanlah asing bagi seorang Haruka melihat anak perempuan tersebut. Itu memang benar, dirinya sendiri saat kecil. Tapi, dia tak mengenal anak laki-laki di depannya. Haruka hanya bisa mengikuti anak-anak itu entah kemana.

"Tutup matamu ya, Ruka!" Serunya sambil membantu Ruka berjalan kedepannya.

"Kak! Apakah kita sudah sampai? Aku tak bisa melihat, jalannya gelap sekali" Gerutu Ruka dengan mengembangkan pipinya dan itu membuatnya sangat imut.

Anak laki-laki yang melihatnya menjadi salah tingkah sendiri, wajahnya memerah menahan malu, dan dia pun mencubit pipi Ruka dengan gemasnya.
"Kau jangan mengeluh terus nanti cantiknya hilang lho!"

CourageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang