Hello para readers setia author :3 I'm Comeback hehehe.. Maaf banget ya aku baru bisa ngelanjut soalnya aku sibuk US dan nanti Mei, Author mau UN :'3 /kokcurhat/. Baiklah, kita langsung saja ke ceritanya.....
.........................................................
Virdian Castle Family's Room at 10.00 am
"Jadi bagaimana dengan keadaan sekarang?" Tanya seorang laki-laki dengan suara khasnya.
"Sepertinya, keadaan sekarang semakin sulit untuk dipahami, Kaze-sama" Jawab pelayan laki-laki itu dengan hormat.
"Tapi, aku jadi penasaran. Kenapa dark vampire itu memaksa kami untuk berbicara dimana sang "kunci" berada" Ujar seorang perempuan dengan menopang dagunya diatas telapak tangannya.
"Rinne! Bukan kau saja kali yang penasaran, aku juga tau!" Sesal temannya itu, Fuyumi.
"Kalian ini, masih bisa-bisanya berantem disaat seperti ini" Keluh seorang perempuan dengan lensa matanya sky blue.
"Dasar, kau ini mengeluh saja, Haruka" Sinis Fuyumi.
"Kalian ini berisik sekali" Ujar laki-laki itu dengan sangat dingin.
"Kaze, aku sedikit bingung. Kenapa vampire itu mengatakan "kunci"?" Tanya Haruka dengan penasaran menatap mata sosok Kaze.
"Entahlah... itu lah yang sedang aku pikirkan sekarang ini" Jawabnya dengan menatap tajam suatu rak buku di ujung sudut ruangan.
"Apa yang kau lihat?" Tanya Fuyumi menatap balik rak buku dan lensa mata Kaze.
"Aku mengingat sesuatu.... mungkin buku itu bisa membantu" Seru Kaze dengan tenang berjalan ke arah rak buku yang sudah kelihatan tua itu.
Dia pun memilih salah satu buku yang sudah terlihat tua dan usang itu. Dia mengelap debu yang berada di atas buku itu, dan kembali ke tempat duduknya.
"Mungkin semuanya bisa terjawab dengan ini" Ujar Kaze sambil memegang buku itu.
"Kalau begitu, mengapa kita tak membacanya, kau saja yang membacanya, Kaze" Suruh Rinne dengan seenaknya.
Kaze hanya terdiam menatap mata mereka satu-satu, dan dia pun mengambil napas yang berat. "Buku ini tidak bisa dibaca olehku maupun oleh siapa pun, karena buku ini tak bisa di buka dengan sembarang orang"
"Ini buku kayaknya pelit banget" Ujar Fuyumi.
"Maka dari itu, kita coba satu persatu" Seru Kaze yang langsung mencoba membuka buku itu dengan sekuat tenanganya tetapi tidak bisa. Dia pun langsung mengoper buku itu ke Hibiki, tetap juga, dia tak bisa membukanya. Begitu juga dengan Fuyumi dan Rinne. Tinggal Haruka sajalah yang belum membukanya sama sekali. Haruka yang di tatap tajam dengan sekelilingnya menjadi sangat grogi untuk membuka buku ajaib banget.
"Tatapannya biasa aja!" Protes Haruka.
"Yoo, kayaknya ramai sekali disini" Sapa seseorang yang datang dengan santai tapi tetap dengan gaya coolnya itu.
"Kenzo!" Kaget Kaze dengan membelakkan matanya.
"Biasa saja melihatnya! Awas nanti bola matamu itu jatuh ke tanah!" Ejek Fuyumi sambil menahan tawanya.
"Hahahaha" Tawa mereka lepas terkecuali yang sedang ditertawakan, Kaze. Dia hanya diam dan menatap semuanya dengan tatapan tak sukanya itu.
"Haruka, apa yang sedang kau pegang?" Alih Kenzo sambil mendekati Haruka.
"Etto... ini buku ajaib yang bisa mengetahui semuanya, Kenzo-san" Jawab Haruka dengan tersenyum. Haruka pun langsung membuka cover itu dan cahaya yang sangat terang pun keluar dari isi buku itu.
"Jangan dibu...." Kata-kata Kenzo tak bisa menghindarkan kejadian ini. Haruka pun melihat sebuah tulisan dan mengucapkannya.
"Dua kembar yang terkutuk, salah satunya adalah cahaya kunci itu sendiri" Ujar Haruka membacanya dengan sangat lantang. Tiba-tiba, Haruka langsung tak sadarkan diri dan buku itu pun terjatuh dan tertutup sangat rapat.
Semua orang yang berada disana seketika langsung panik.
"Hoi, Kaze! Seharusnya kau tidak memberikan buku itu padanya!" Sesal Kenzo yang langsung mengambil buku itu.
"Memang kenapa? Itu hanyalah sebuah buku yang ajaib" Bela Kaze yang tak mau disalahkan.
"Ini akan membahayakannya!" Bentak Kenzo dengan menatap Kaze dengan tajam.
"Memang ada hubungannya dengan dia?" Tanya Kaze dengan nada tinggi.
"Ada!" Jawab Kenzo dengan lantang.
"SUDAH CUKUP KALIAN BERDUA!!!" Bentak Rinne dengan kesabarannya yang sudah habis.
Mereka semua pun langsung terdiam melihat Rinne dengan tatapan yang mengatakan ini perempuan ikut campur saja atau semacamnya.
"Rinne, suhu tubuh Haruka panas sekali!" Panik Fuyumi sambil memegangi dahi Haruka.
"Sudah kalian berdua jangan bertengkar! Bawa Haruka ke kamar tidur untuk tamu!" Suruh Rinne dengan emosi. Kaze maupun Kenzo dengan mantap mengangguk menurut dan langsung menggendong Haruka ke kamar tidur tamu.
................................................
*Haruka PoV
Mengapa buku itu bercahaya sangatlah terang? Itu membuat kepalaku pusing sekali, Batinku dalam hati.
Aku pun terbangun dan melihat lingkunganku dengan tatapan bingung dan aneh. Melihat sekelilingku yang musim salju dan tempat yang sangat asing bagi mataku, tapi bagi pikiran hatiku berkata lain. Saat itu aku melihat seorang anak perempuan yang kira-kira berumur 6 tahun sedang bermain salju dengan sangat riangnya. Aku pun melihatnya dari dekatnya, tetapi aku merasa di tak bisa melihatku.
Rambutnya yang berwarna coklat dan lensa bola matanya berwarna sky blue itu menatap langit yang menitikkan butiran-butiran kapas halus di telapak tangannya hang kecil itu. Dia tersenyum sangat manis sekali. Entah mengapa, anak itu mirip denganku.
"Rukaa!!!" Panggil seorang anak laki-laki yang kulihat sepertinya mereka seumuran. Aku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena suatu hal yang aku tak mengerti.
"Kakak, lihat! Salju turun begitu banyak di telapak tanganku!"Kata anak perempuan itu yang bernama, Ruka. Dia menunjukkan butiran-butiran itu kepada kakaknya.
"Kau sangat senang sekali ya, Ruka. Kakak juga ikut senang. Ayo kita pulang, Ayah dan Ibu sudah menunggumu" Ajak laki-laki itu dan menarik tangan adiknya itu dengan erat dan berlari entah kemana. Aku hanya melihat mereka dari belakang.
Tiba-tiba penglihatanku berubah, kini aku berada di sebuah bangunan yang sangat megah dan mewah itu.
Ini dimana?, gumamku dengan pelan. Aku pun langsung berkeliling bangunan itu dan ini sangat mirip dengan istana. Aku pun memasuki sebuah ruangan yang pintunya terbuka.
Disana, aku melihat kakak beradik itu sedang berkumpul dengan keluarganya. Aku melihat sosok seorang wanita yang sudah tua tapi tetap terlihat muda itu, dengan rambutnya yang berwarna blonde itu serta lensa matanya yang berwarna sky blue itu menatap halus dan lembut kearah kakak beradik itu. Serta, seorang pria yang tua tapi terlihat sangat tampan dan wajahnya yang terlihat sangatlah tegas. Aku tak bisa melihat matanya, entah mengapa aku tak bisa melihat lagi karna suatu hal yang aneh.
Tess.... tess.....
Ada sesuatu yang menetes dari daguku. Aku pun langsung menyentuh daguku, basah dengan beberapa titik air.
Mengapa aku menangis?, gumamku sambil menghapus dan tersenyum. Saat aku melihat ke arah mereka, ternyata wanita itu bisa melihatku dengan menatapku lembut. Aku pun bingung dibuatnya.Wanita itu pun mendekatiku dan menatapku dengan tatapan yang tak ku mengerti sama sekali. Saat aku memandangnya sangat lama, kepalaku menjadi terasa berat dan aku pun tak merasakan apa-apa lagi.
..........................................
Virdian Castle Bedroom at 3.00 pm
Semua terlihat sangatlah hening, penuh dengan ke khawatiran yang mendalam. Semua orang tak masuk kedalam kamar itu, hanya seorang laki-laki yang menemaninya. Laki-laki itu terlihat sangatlah santai sekali. Dia pun melihat pergerakan jari-jari manis gadis itu, dia pun menatapnya dengan senang sekali.
"Haruka? Kau sudah sa..." Kata-kata itu belum selesai terucap olehnya. Dia melihat pipi Haruka yang basah dilalui oleh setitik air mata.
Dia pun tersenyum dan menghapus titik air mata itu dengan lembut sekali. Haruka pun memulai membuka matanya. Dia pun memaksakan untuk terduduk, dia pun dibantu oleh Kenzo.
"Terimakasih, Kenzo-san" Ujar Haruka sambil tersenyum menatap Kenzo dengan lembut sekali. Kenzo pun membalas senyuman itu dan mengacak-acak gemas rambut Haruka. Mereka terlihat sangat bahagia sekali.
Toktoktok.....
Suara ketukan pintu terdengar dan pintu langsung terbuka dengan lebar. Fuyumi, Rinne, Hibiki serta Kaze memasuki ruangan itu dan mendekati mereka berdua.
"Kau ini bikin khawatir saja, Haruka!" Desah kesal Fuyumi.
"Maaf" Jawab Haruka dengan tersenyum
"Jadi bagaimana dengan keadaanmu? Apakah kau sudah membaik?" Tanya Kaze dengan nada lembut dan tersenyum.
"Hah? Keadaanku? Baik-baik saja" Jawab Haruka yang sedikit salah tingkah melihat perilaku Kaze yang berbeda.
"Wah... kalian sepertinya sangat cocok" Ujar Hibiki dengan polosnya. Semuanya pun langsung melototkan matanya kaget mendengar pernyataan seperti itu.
"Sepertinya kau benar, Hibiki" Ujar Rinne setuju sekali. Semuanya pun tertawa, terkecuali orang yang sedang dibicarakannya hanya bisa memalingkan wajahnya.
"Permisi, Kaze-sama" Kata seseorang dari luar pintu.
"Ya ada apa, Bryan?" Tanya Kaze dengan heran.
"Ada manusia yang terluka di depan, tampangnya dia adalah seorang laki-laki" Jelas Bryan dari luar pintu.
"Baiklah aku akan kesana" Jawab Kaze dengan tegas. Sebelum dia pergi, Haruka pun mencegahnya.
"Tunggu! Aku ingin melihatnya juga! Biarkan aku pergi melihatnya!" Pinta Haruka dengan memaksa.
"Tapi kau belum pulih! Sebaiknya kau tidur saja dulu!" Jawab Kaze yang secara tak sadar tangannya memegang tangan Haruka.
"Shut.. shut.. Fuyumi" Bisik Rinne dengan tatapan yang mencurigakan
"Ada apa?" Jawab Fuyumi bingung.
"Wah, lumayan kita mendapatkan tontonan gratis, drama romantik" Senyum jahil tergambar diwajah Rinne.
"Kau benar!" Ujar Fuyumi setuju dan dia pun ikut tersenyum jahil memandang pemandangan di depan mereka.
"Ekhem" Deheman Kenzo mematahkan kemesraan mereka dan tangan mereka pun langsung lepas dengan cepat.
"Kalian kalau bermesraan harus tau waktu dan tepat, lihat! Mereka seperti mengharapkan sesuatu" Tunjuk Kenzo sambil menatap aneh Hibiki, Fuyumi dan Rinne yang sedari tadi tersenyum-senyum sendiri tak jelas.
"Kenapa kalian senyum-senyum aneh seperti itu?" Tanya Kaze dengan sinis memandang mereka semua. Dia pun tak peduli dengan jawaban dari mereka, dan dia pun langsung mengikuti Bryan.
..............................
Virdian Castle Front Gate at 3.30 pm
*Kaze PoV
Aku tak bisa berpikir bagaimana manusia biasa menemukan tempat ini? Hanya vampire saja yang bisa kesini. Lalu mengapa ada manusia yang menuju kemari?, gumamku yang tak ada habis-habisnya dari kamar tamu mengikuti Bryan.
"Itu dia orangnya, Kaze-sama" Tunjuk Bryan ke arah vampire yang telah berkumpul melingkari dia.
"Minggir kalian semua!" Seruku dengan tegas dan nada dingin khasku. Ketika aku melihatnya, ternyata aku pernah bertemu dengannya.
"I-nikan K-ka-zzuki senpai" Ujar seseorang di sampingku dan langsung duduk di tanah untuk melihat keadaannya.
"Haruka! Kau seharusnya beristirahat!" Seruku dengan tegas.
"Kazuki-senpai! Apakah kau baik-baik saja? Kenapa kau bisa kesini?" Tanya Haruka yang terlihat sangat khawatir dengan seorang laki-laki yang ada di depannya.
"Hoi! Har..." Kata-kataku pun terpotong dengannya.
"Kaze! Tolong dia! Kumohon!" Pintanya dengan sangat memohon. Aku pun mengangguk dan menyuruh pelayan-pelayanku untuk membawanya ke kamar tamu dan mengobati lukanya. Haruka pun langsung mengikuti pelayan-pelayanku dengan cepat.
Aku hanya bisa memandangnya dari kejauhan. Dia terlihat sangat khawatir dengan temannya. Kenapa dia begitu khawatir dengan keadaannya? Apakah mereka mempunyai hubungan yang spesial antara mereka?, pikirku. Eh tunggu! Mengapa aku nemikirkannya? Cih tak sudi!, gumamku tak suka.
Tak...
Ada sebuah telapak tangan yang menepuk pundakku dengan kencang, aku pun membalikkan tubuhku, dan ternyata itu adalah Kenzo.
"Kau jangan sedih begitu" Ejeknya sambil mengacak-acak rambutku ini.
"Hey! Siapa yang sedih huh?" Tanyaku dengan emosi diperlakukan seperti anak kecil.
"Hahaha kau terlihat seperti tak berdaya melihat perilaku Haruka, Aku ingin berbicara denganmu, ini sangatlah penting" Tawanya dan dia pun langsung menunjukkan wajah yang sangat serius.
"Kalau kau ingin berbicara serius, janganlah bercanda dulu awalnya. Jadi kesannya tak serius sama sekali" Sesalku sambil menghembuskan nafas berat.
"Baiklah-baiklah. Apakah kau mengenal dia?" Tanya Kenzo yang tampaknya sudah serius.
"Dia? Ohh... setauku dia adalah orang yang tadi adalah temannya Haruka bukan?" Tanyaku balik ke Kenzo. Kenzo pun hanya menatapku seperti "kok malah nanya balik? Atau semacamnya lah"
" Hmm... aku sedikit curiga dengannya" Lanjut Kenzo dengan menatap curiga ke arah jendela kamar tamu.
"Kenapa kau bisa curiga? Pasti kau ada alasan yang kuat bukan?" Ujarku
"Aku hanya berpendapat, bukankah castlemu ini tak mungkin di masuki seorang manusia biasa bukan? Castlemu itu sudah diberi mantra untuk menghalangi manusia masuk. Apabila manusia itu akan memaksa, maka mantra itu akan menghancurkan manusia itu, terkecuali apabila manusia itu bersama vampire suruhanmu itu" Jelas panjang lebar Kenzo. Aku pun terdiam berpikir apa yang dikatakan Kenzo itu adalah benar sekali, mana mungkin manusia bisa memasuki wilayah castlenya sendirian. Ini patut dicurigai.
"Kau benar, lalu bagaimana?"Tanyaku dengan mengangkat salah satu alisku.
"Kau harus berhati-hati, kita harus memperhatikan gerak-geriknya" Kata Kenzo dengan serius.
"Memang kau tidak pulang?" Pertanyaan bodoh ini telah keluar dari mulutku. Kenzo pun menahan tawanya mendengar perkataanku.
"Aku akan menginap disini,baka" Jawabnya sambil tertawa dan memukul ringan bahuku.
"Baiklah, kita harus menghentikan rencana si pengkhianat itu secepatnya!" Seruku dengan dingin.
"Kau benar, kalau tidak ini akan berbahaya bagi kita semua" Kata Kenzo setuju.
"Oh ya, ada yang ingin aku tanyakan kepadamu" Ujarku yang sudah aku tahan selama ini.
"Apa itu?" Tanyanya dengan penasaran.
"Mengapa Haruka bisa membuka buku itu? Bukankah buku itu hanya bisa dibuka oleh orang-orang tertentu saja? Bahkan aku saja tak bisa membukanya" Tanyaku dengan menatap lensa matanya. Dia hanya terdiam menatapku kembali. Sial!, mengapa aku selalu tak bisa membaca pikiran Kenzo?, pikirku.
"Entahlah, mungkin suatu hari nanti kita akan tau jawabannya" Jawabnya dengan mengalihkan pandangannya dariku.
"Baiklah-baiklah, ayo kita masuk, kita harus memerhatikan gerak-gerik laki-laki itu bukan?" Ajakku yang langsung menghilang begitu saja.
.............................................
Virdian Castle Bedroom at 7.00 pm
Di suatu ruangan yang diterangi oleh cahaya lampu, terdapat Haruka yang sedang menemani Kazuki. Mungkin dia khawatir dengan keadaannya.
"Ha-Haruka" Panggil Kazuki samar-samar.
"Senpai! Kau sudah sadar?" Tanya Haruka yang langsung bangkit dari duduknya dan membantu Kazuki untuk duduk.
"Dimana ini?" Tanyanya dengan kebingungan.
"Ini di Castle milik Kaze, kau sudah ditolongnya" Jawab Haruka dengan ramah.
"Ohh.. yang terpenting kau, selamat Haruka" Kata Kazuki yang langsung memeluk Haruka. Haruka pun terkejut, pipinya langsung memerah bagaikan tomat yang matang. Dia cukup terkejut dengan di peluk oleh Kazuki. Detak jantungnya pun tak beraturan.
"Lepaskan aku, senpai!" Tegas Haruka sambil berusaha melepaskan pelukan Kazuki. Bukannya dilepaskan, pelukan Kazuki semakin erat.
"Ada yang aku beritahu padamu, Haruka" Ujar Kazuki dengan berbisik.
Haruka pun hanya terdiam. Kazuki pun langsung melanjutkan ucapannya.
"Aku sangat mencintaimu, Haruka. Dari pertama aku bertemu hingga sekarang cintaku bertambah dalam" Lanjutnya dan itu membuat Haruka tak bisa bernapas dengan leluasa, dia bingung apa yang harus dia lakukan.
"Etto, Senpai. Tolong lepaskan pelukanmu itu! Aku tak bisa bernapas!" Lirih Haruka, Kazuki pun melepaskan pelukan itu dan terus menatap lensa mata Haruka yang sky blue itu.
"Aku permisi keluar dahulu, senpai" Ujar Haruka sedikit menunduk malu. Tiba-tiba, tangan Kaze memegang tangan Haruka.
"Kau jangan pergi jauh-jauh dariku,Haruka. Temani aku malam ini disini" Pintanya kepada Haruka. Haruka hanya bisa terdiam dan berjalan keluar kamar.
Sesudah membuka pintu kamar, dan menutupnya, Haruka pun mengambil napas dengan cepat dan wajahnya yang sudah memerah total tak bisa ditutupi lagi.
"Apakah aku bermimpi?" Gumamnya sambil mencubit pipinya itu. Ternyata rasanya sakit.
"Ekhem.... bagaimana rasanya dinyatakan perasaan cinta olehnya, Haruka?" Deheman seseorang dari samping Haruka yang sedang menopang tubuhnya yang lebih tinggi darinya ke tembok. Haruka pun langsung memalingkan wajahnya ke arah sumber suara itu.
"K-ka-zze.."Ujarnya terbata-bata melihat orang itu.
"Jadi, kau bisa-bisanya bermesra-mesraan dengan dia? Sedangkan kau adalah aidenku huh?" Ujarnya sedikit mendekati Haruka, hingga haruka terpojok di tembok. Nadanya yang sedikit dingi dan kesal itu tercampur di dalam kalimat itu.
"A-aku tak bermesraan dengan dia!" Ujar Haruka terbata-bata yang ingin segera kabur dari tatapan ganas Kaze.
Tak....
Tangan Kaze pun memukul tembok itu dengan ringan, tujuannya agar Haruka tidak lari dari hadapannya.
"Jadi, kau sudah berani denganku, Haruka?" Tanyanya dengan nada dingin dan tatapan tajam yang menatap Haruka begitu dalam. Tangannya Kaze pun memegang dagu Haruka agar mendekat dengan wajahnya yang tinggal beberapa senti saja.
"K-kaze lepaskan aku" Kata Haruka yang terdengar samar-samar.
"Apa yang harus kulakukan padamu, My Aiden?" Ujarnya dengan tersenyum licik dan memperlihatkan taringnya itu.
Haruka pun hanya bisa memejamkan matanya itu, dia sudah tak bisa melawan. Tak dia sadari, cupp.. sebuah ciuman melayang di bibir manisnya Haruka dengan lembut. Haruka pun terkejut dan membuka matanya, dia melihat wajah Kaze dari dekat dan tiba-tiba kepalanya terasa berat dan dia tak sadarkan diri lagi.
....................................
Bulan yang bersinar terang dilangit, dihiasi teman-teman kecilnya menambah rupawan malam ini. Seorang laki-laki memandang langit dari atas castle yang megah dan mewah itu.
"Permisi" Ujar Seseorang dari belakang.
"Bagaimana dengan informasinya?" Tanya laki-laki yang berlensa sky blue itu.
"Aku telah mendengar, apabila anak buah sang pengkhianat sudah bergerak perlahan, kita harus berhati-hati, Kenzo-sama" Jelasnya dengan tegas.
"Kau selalu saja seperti itu, Rene, Gin" Jawab Kenzo dengan santai.
"Kita tak boleh tenang terus seperti ini! Apalagi ditambah ingatan "dia" cepat atau lambat akan kembali! Aku dapat merasakannya, Kenzo-sama!" Bela Rene
"Aku mengetahui itu, Rene" Jawab Kenzo sedikit menutup matanya.
"Lalu kau hanya diam saja? Kita harus melakukan sesuatu!" Ujar Rene.
"Rene, sudahlah, biarkan Kenzo-sama yang memikirkannya" Kata Gin.
"Kalian tenang saja, aku akan pasti melindunginya, sampai kapanpun" Jawab Kenzo sambil mengeratkan jari-jari tangannya.
"Izinkan kami melindunginya, Kenzo-sama!" Tegas Rene.
"Aku yakin sebentar lagi, dia akan kembali, walau menjadi dirinya yang baru, kita harus bersabar" Ujar Kenzo dengan tersenyum. Angin berhembus dengan pelan membuat wajahnya yang tampan terlihat sangatlah terang.
"Pemandangan yang indah, sepertinya musim salju akan datang" Kata Kenzo dengan coolnya, Rene dan Gin pun mengangguk setuju...
..........................TBC.................................
YEAYY:3 Selesai jugaaa... Mohon maaf yang menunggu sejak lama :') aku minta maaf ya... Maaf juga kalau ceritanya makin acak2an gajelas hehehe... duh pokoknya maaf banget. Dan lagi2 author mengingatkan, author akan jarang ngepost chapter selanjutnya karna Author sedang otw UN :'3 nanti kalau udah selesai, aku akan tuntas kan dengan cepat :) makasih lhooo... don't forget to Vote and Comment :3