Sedikit cahaya matahari menembus kelopak mata. Seorang gadis tengah tertidur diatas timbunan salju yang empuk itu walau luka yang terhias di tubuhnya tak membiarkan sifatnya yang ceroboh dan keras kepala itu menghalanginya. Ia sangatlah merasa damai sekali, suasana hatinya yang mulai membaik sehabis menangis di depan seseorang yang berharga baginya.
"Suka banget kayaknya tidur disini" Sahut seorang laki-laki yang sangat familier bagi gadis itu.
"Lebih suka lagi kalau kau pergi sekarang, pengganggu ketenangan orang" Cibir gadis itu dengan kesal.
"Huh...kau ini, masih babak belur seperti itu sudah kemana-mana bagaimana mau sembuh?" Ujar laki-laki itu sambil mengeluarkan napas panjang.
"Bukan urusanmu, Kak Kenzo yang super cerewet!" Sesal gadis itu dengan membuka mata sebelahnya.
"Kau ini.... tak mau mendengarkan perkataan kakakmu ini, Ruka!" Ujar Kenzo dengan kesal melihat adiknya yang memang keras kepala.
"Kau juga tak mau mendengarkan perkataan adikmu sendiri" Sindir Ruka dengan memposisikan tubuhnya duduk diatas timbunan salju.
"K-kau... benar-benar keras kepala!" Sesal Kenzo dengan menahan amarahnya.
"Kakak yang cerewet!" Ujar Ruka yang tak mau kalah.
"Kau keras kepala!" Jawab Kenzo dengan geram. Ruka pun menghembuskan napas panjangnya.
"Kak, apakah kekuatanku ini akan membuat semua orang baik-baik saja?" Tanya Ruka dengan mengalihkan pembicaraan.
"Maksudmu?" Tanya Kenzo tak mengerti.
"Ya, aku hanya berpikir saja. Apakah kekuatanku akan bisa menyelematkan kalian semua atau malah membunuh kalian? Aku bahkan tak menginginkan kekuatan yang besar ini. Ini terlalu berbahaya" Jelas Ruka dengan menatap telapak tangannya yang kosong.
"Itu tergantung denganmu. Asalkan kau bisa mengendalikan pikiranmu dan kekuatanmu, itulah yang terpenting" Jawab Kenzo.
"Kau benar, kalau aku tidak bisa mengendalikannya?" Tanya Ruka dengan menatap Kenzo dengan serius.
"Percayalah pada dirimu sendiri, Ruka" Senyum Kenzo terukir jelas di wajahnya yang tampan itu. Ruka hanya bisa tersenyum apa adanya. Ia tak yakin pada dirinya sendiri.
Saat itu, Ruka pun berdiri dan meninggalkan kakaknya itu sendirian tanpa mengatakan sebuah kata-kata yang berarti.
"Hai, Ruka" Sapa seseorang dari kejauhan. Ruka pun berhenti melangkah dan mengalihkan pandangannya pada seorang gadis.
"Rinne? Ada apa?" Tanya Ruka dengan bingung.
"Apakah kau melihat Fuyumi kemana?aku tidak melihatnya sejauh ini" Tanya Rinne dengan wajahnya yang kebingungan.
"Entahlah, aku tidak mengetahuinya. Mungkin dia bersama Rene? Coba saja kau tanyakan dia kepadanya" Usul Ruka dengan sedikit berpikir.
"Hm...baiklah, terimakasih atas saranmu!" Jawab Rinne dengan tersenyum dan berlari sambil melambaikan tangannya ke arah Ruka. Ruka pun meneruskan perjalanannya menuju keluar istana, entah apa tujuan utamanya.
Sesampainya di luar istana, Ruka melatih kekuatannya terus menerus walau lukanya yang masih terasa sakit... ia tetap berusaha untuk mengontrol kekuatan yang besarnya itu, berharap tak ada satu pun yang terluka karenanya.
Hingga malam pun tiba, Ruka tetap melatih kekuatannya itu dengan sungguh-sungguh walau sedikit demi sedikit lukanya mulai meneteskan darahnya kembali. Akhirnya, Ruka pun mencapai batasnya dan pingsan di tumpukan salju tebal.
..................................
*Ruka PoV