• 14 •

321 94 36
                                    

pintu lift tertutup. viera tahan napas, sambil geser agak jauhan. cowok itu ikut geser juga ke arah sebaliknya. alhasil posisi mereka saling mojok, jauh-jauhan. untunglah, viera bisa napas lega. soalnya udah overthinking, takut dia cowok brengsek yang bakal deket-deket terus walau udah dijauhin.

"lama banget sih," gumam viera, mulai bergerak nggak nyaman.

daritadi viera terus ngerasa kalau lift yang dia naikin cukup lambat. padahal, dia pengen cepet-cepet keluar dari sana. soalnya tiap ga sengaja ngelirik cowok itu, viera refleks gemeter.

entah viera yang salah liat atau bukan, dari balik kacamata hitamnya, kayaknya cowok itu juga ngelirik viera diem-diem.

brak!

tiba-tiba kedenger suara kayak benturan keras, entah suara apaan itu. tapi persis kayak suara sesuatu yang rusak.

viera kaget, tapi ga berani bersuara.

setelah itu, lift bener-bener berhenti, ga gerak sama sekali. bikin viera melotot liatin sekelilingnya. cowok itu cuma diem, nunduk. sementara viera bingung harus apa.

padahal baru di lantai 4.

viera makin panik waktu lampu di dalem lift kedip-kedip sebentar lalu mati total setelahnya. bikin keadaan di dalam sana gelap gulita.

deg!

ini pertama kalinya viera dihadapin sama situasi kayak gini, jadi dia gatau harus apa. dia coba narik napas panjang buat tenangin diri.

"bener, di saat kayak gini harus tenang. tenang ... tenang, ra," gumam viera, ngasih sugesti ke dirinya sendiri buat tenang, seenggaknya itu lumayan ampuh.

viera nyalain senter dari hpnya dan ngeliat sekeliling. cowok itu masih mojok dan nunduk, ga berubah sedikitpun posisinya. entah apa yang dia pikirin soal keadaan ini.

sementara viera mulai mikir apa yang harus dia lakuin di situasi ini. kalau viera bilang ga panik, jelas itu bohong. telapak tangannya udah mulai basah sama keringet dingin sekarang.

seenggaknya, viera nggak punya ketakutan sama tempat gelap ataupun ruangan sempit, jadi cewek itu masih bisa sedikit tenang. nggak tau lagi kalau semisal viera takut gelap, udah nangis daritadi mungkin.

alih-alih takut sama keadaan gelap dan tempat sempit, viera lebih takut sama cowok nggak dikenal yang terjebak di satu ruangan sama dia. lagi-lagi viera ngelirik cowok itu.

masih diem ga berkutik sama sekali.

nggak panik kah? viera aja daritadi udah ga bisa diem saking paniknya.

tiba-tiba aja cowok itu mendongak. viera agak kaget karena pas banget dia juga lagi liatin cowok itu.

tapi bukan itu yang bikin viera kaget.

cowok itu tiba-tiba aja buka masker dan kacamatanya. lalu natap viera lurus. wajahnya yang pucat dan tangan yang gemeter bikin viera kaget bukan main.

"... viera," panggil cowok itu sambil mendekat dengan langkah gontai. agak terhuyung. viera buru-buru nahan bahu cowok itu supaya nggak jatuh.

tapi, karena tersadar akan sesuatu, cowok itu buru-buru mundur dan megangin kepalanya yang mulai terasa pening. pandangannya kabur dan seolah berputar.

"buat yang kemarin, gua minta maaf," kata cowok itu, bergumam ga jelas. viera cuma bisa nangkap kata maafnya doang.

karena keliatan oleng, mau ga mau viera bantu cowok itu buat tetep berdiri. karena dalam keadaan antara sadar dan ga sadar, cowok itu diem aja waktu viera narik tangannya buat ngerangkul bahunya. bukan ngerangkul sih, lebih tepatnya viera biarin dirinya sendiri jadi penyangga supaya cowok itu ga jatoh.

venustraphobia • lee jeonghyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang