• 23 •

481 103 39
                                    

"ra."

setelah belasan menit berkeliling mencari viera. akhirnya jeonghyeon menemukan cewek itu lagi mojok di belakang sekolah. matanya udah sembab, hidungnya merah, bahkan sampai sesegukan. jeonghyeon jadi ga enak.

dia ga nyangka kalau viera bakalan sampai nangis begitu. yah, siapapun pasti bakalan emosi kalau diledekin abis-abisan sampai ga punya kesempatan buat ngomong. apalagi tadi cuma salah paham.

"viera," panggil jeonghyeon sekali lagi karena cewek itu masih belum mau jawab.

malah, viera yang lagi jongkok sambil meluk lutut, langsung nenggelamin wajahnya waktu liat jeonghyeon. seakan-akan cewek itu ga mau liat dia.

karena itu, jeonghyeon menghela napas lalu ikutan jongkok. tangannya bergerak, berniat menepuk-nepuk punggung cewek di dekatnya buat menenangkan.

tapi, menyadari kalau dia yang bikin viera kayak gitu, jeonghyeon narik kembali tangannya, kemudian berdiri.

"sekarang udah gapapa," ucap jeonghyeon, menenangkan cewek itu lewat kata-kata. akhirnya, viera mau angkat kepala.

"kak jeonghyeon sendiri ngapain di sini?" tanya viera, masih sesegukan.

jeonghyeon ngulurin tangannya. "udah terlanjur kacau, ra. ayo, berdiri."

viera ga langsung menerima uluran itu, karena waktu diperhatiin lagi, tangan jeonghyeon merah-merah. viera refleks mendongak, natap jeonghyeon heran.

seketika, mata viera melebar saat itu juga, menyadari kalau wajah jeonghyeon babak belur kayak habis ditonjok. ujung bibirnya luka, pipinya lebam, pelipisnya juga sama. apa yang sebenernya terjadi?

"aku tadi cuma mau bilang kalau kamu jalannya pelan-pelan. jangan terlalu jauh."

"kenapa?"

"itu ..." jeonghyeon sendiri bingung gimana harus jelasinnya.

"itu apa?"

"coba berdiri dulu," pinta jeonghyeon. viera cuma nurut kayak anak kecil.

"angkat tangan kamu," suruh jeonghyeon lagi. walaupun bingung, viera tetep nurut dan angkat tangannya.

jeonghyeon ngelepas jaketnya, lalu mendekat. viera udah kaget karena tiba-tiba jeonghyeon lingkarin tangannya ke pinggang cewek itu, kirain mau meluk, tapi ternyata cowok itu cuma mau ngelingkarin jaketnya di pinggang viera.

hal itu sukses bikin jantung viera serasa merosot dari tempatnya. jangan-jangan sedari tadi dia––

"sorry ga bilang dari tadi. tapi, itu ... uh, nembus." jeonghyeon ngalihin pandangan ke arah lain sambil menggaruk tengkuknya canggung.

viera refleks ngecek rok bagian belakangnya. panik, bung. ternyata bener kalau itu udah nembus. pantesan aja perutnya sempet sakit tadi, ternyata mau datang tamu bulanan. mau ditaruh di mana muka viera sekarang. mana ketauan jeonghyeon pula.

malu banget, mau nangis, mau pulang. mau ngubur diri.

demi apapun viera malu banget sampe rasanya pengen menghilang. udah satu osis salah paham, sekarang? ga perlu dijelasin lagi pun viera ngerasa kalau malunya dua kali lipat. kenapa harus pake nembus segala, sih?

untung tadi nggak ada yang nyadar di sana karena terlalu fokus sama kehebohan yang terjadi, walaupun tetep itu aja bukan sesuatu yang menguntungkan.

"aah, gimana dong ini." viera mulai merasakan air matanya yang hampir kering itu basah lagi. dia panik sekarang, karena nggak mungkin pulang nebeng temen atau naik kendaraan umum.

"viera, soal tawaran yang kamu sebutin sebelumnya ..." jeonghyeon kembali membuka suara.

"oh, soal itu? apa kakak ngerasa nggak nyaman gara-gara mikirin itu?" tanya viera cepat. "aku tau itu ga mungkin, jadi lupa––"

venustraphobia • lee jeonghyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang