• O7 •

249 83 18
                                    

udah lama rasanya jeonghyeon nggak secapek ini waktu pulang sekolah. cowok itu biasanya emang nggak pernah merasa lelah sama apa yang dia kerjain. soalnya, sejak awal masuk osis, dia udah terbiasa menyibukkan diri sama sesuatu, makanya secapek apapun cowok itu, nggak bakal terasa.

lagipula alasan dia masuk osis bukan karena dia cocok di bidang itu. tapi, orang lain bilang kalau osis itu termasuk salah satu ekstra paling sibuk di sekolah.

jeonghyeon yang sengaja mau bikin dirinya sibuk, langsung aja masuk ke sana. dia bener-bener fokus sama yang namanya osis. jeonghyeon emang ga setengah-setengah kalau udah niat. dia enggak mau pikirannya berkeliaran kemana-mana, apalagi kalau sampai kepikiran kejadian itu.

jeonghyeon benci dirinya sendiri yang masih belum bisa lepas dari bayang-bayang masa lalu.

terus, waktu jeonghyeon naik kelas 11. ketua osis sebelumnya alias lee seunghwan justru nyerahin jabatan itu ke jeonghyeon. padahal jeonghyeon ga pernah ada pikiran mau jadi ketua osis.

tapi, ya namanya juga jeonghyeon, cowok itu iya-iya aja, nerima dengan lapang dada. malah bagus menurutnya. makin dia sibuk, makin sedikit waktu buat mikirin hal-hal yang ga penting.

dia anaknya emang anti-drama dan anti-ngeluh. buat apa ngeluh, toh ga bisa nyelesain masalah, begitu prinsipnya.

tapi, baru kali ini, jeonghyeon merasa secapek itu sampai matanya ga sanggup melek lagi. ngantuk berat. badannya juga lemes. tapi, jeonghyeon tahan sekuat mungkin supaya kejadian sebelumnya enggak terulang.

"bisa-bisanya tuh cewek senekat itu, tapi pas ditanya malah gemeter," gumam jeonghyeon yang lagi buka kancing kemejanya.

dia tau, kalau viera diem-diem ngelepas maskernya waktu tidur.

makanya, jeonghyeon jadi lebih waspada. viera lebih bahaya dibanding dugaan dia. jeonghyeon ketiduran sebentar aja, dia udah kecolongan.

"kenapa dia sepenasaran itu?" jeonghyeon natap dirinya sendiri lewat cermin, sambil narik ke atas poninya, bikin jidat cowok itu terpampang jelas.

jeonghyeon mengganti seragam sekolahnya dengan sweater ijo kesayangannya. jangan heran kalau liat dia sering pakai baju itu, soalnya emang baju sehari-harinya jeonghyeon kalau lagi di rumah.

dia bakalan pake baju lain cuma pas baju ijo itu di cuci. itupun gantinya pake kaos warna putih atau item. sesimple itu anaknya.

lalu, jeonghyeon beralih menatap gelang tali warna hijau di tangannya. gelang itu udah ada sejak jeonghyeon kecil, pemberian mamanya. tapi sampai sekarang masih awet dan nggak pernah putus.

"gimana sekolah lo? ada perkembangan, jeong?" tanya seseorang, menyembul dari balik pintu kamar.

"lumayan, bang," jawab jeonghyeon ke kakak cowoknya yang selisih 3 tahun, kyungjun namanya.

jeonghyeon lalu keluar kamar dan pergi ke dapur ngambil makan. awalnya jeonghyeon emang berniat langsung tidur, tapi perutnya laper.

"gimana aja perkembangannya?" tanya kyungjun dari ruang tamu.

"gua jadiin salah satu cewek di osis sebagai waketos sementara, sesuai saran lo," jawab jeonghyeon sambil nyamperin abangnya.

"bagus. terus-terus, lo ga ngehindar atau bikin dia takut kan?" tanya kyungjun bikin jeonghyeon diem seketika. bingung harus bales gimana.

"nah, itu dia masalahnya bang. gua nyoba ga ngehindar dari tatapan dia. tapi, malah dia yang takut. padahal perasaan gua natap biasa aja," jelas jeonghyeon bikin kyungjun menghela napas.

"itu mah bukan perkembangan, jeong."

"terus mau gimana lagi? masa gua yang salah lagi?" balas jeonghyeon ga terima.

venustraphobia • lee jeonghyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang