Seminggu setelah MPLS selesai, kegiatan belajar-mengajar langsung berjalan normal. Mahen sudah tidak sibuk kesana-kemari sebagai ketua OSIS dan hanya fokus menjadi anak kelas 11 yang menyicil nilai agar bisa masuk UGM jalur SNBP.
Kenapa harus UGM?
Simple, karena papa-mamanya lulusan sana. Mereka jatuh cinta saat sedang mengikuti KKN. Makanya Mahen jadi mau masuk UGM juga! Siapa tau kan dia ketemu jodoh di sana?
Tapi selain itu, Mahen juga percaya kalau Jogja punya kisahnya sendiri yang menarik. Vibe Jogja di mata Mahen itu seperti kota kuno dengan beragam ke-aesthetic-annya
Jadi sudah jelas kan? Bukan cuma karena UGM-nya, tapi juga karena Jogja-nya.
"Pagi!"
Mahen menyapa orang yang lokernya bersebelahan dengannya. Lelaki itu cuma mengangguk sebelum pergi
Memang Mahen ini mencoba untuk membuat citranya sebagai ketua OSIS menjadi sosok yang friendly dan berwibawa.
Ia membuka loker miliknya untuk mengambil buku pelajaran hari ini. Tetapi ia mengerjapkan mata ketika melihat bukan hanya satu melainkan lima susu kotak di sana.
Mahen malah bengong, sejak kapan dia punya stok susu?
"Banyak tuh susu"
Mahen menoleh dan mendapati Zara yang tengah sibuk dengan lokernya juga.
"Gue ga tau ini dari siapa" Jawab Mahen, ia mengambil dua kotak dan memberikan satu untuk Zara "Nih. Lo suka yang stroberi kan?"
Zara menerimanya dan langsung meminumnya tanpa banyak berpikir. Paling ia hanya menerka-nerka perasaan orang yang memberikan ini untuk Mahen, apakah ia akan menjadi sasaran kebencian?
Karena mengingat saat ia resmi berpacaran dengan Juan saja, kebencian yang didapatkan Zara sudah di luar nalar. Terlebih karena ia harus melawan kakak kelas super hitz yang sekali ngomong sambel geprek aja kalah pedes!!
Di sepanjang koridor, Mahen bertemu dengan banyak orang. Beberapa kali ia harus bertegur sapa, dan beberapa kali pula sapaannya diabaikan.
Tidak apa-apa, selain fans, haters Mahen juga lumayan banyak.
Tetapi di antara banyaknya siswa yang ada di koridor lantai dua ini, tatapan Mahen malah tertuju pada empat orang yang sedang berkumpul di tembok pembatas.
"DIKIT LAGI ITU! LONCAT AJA KENAPA SI?!"
"KALO GUE MEROSOT DARI GENTENG GIMANA, BANGSAT?!"
Mahen menghampiri ke-empatnya, kemudian ia mencoba memahami apa yang terjadi
"Ada apa sih?" Tanya Mahen yang langsung dibalas tatapan oleh keempat orang di situ
"Ada kucing bang, takut merosot ke bawah" Jawab Jevano sambil menunjuk kucing yang tengah tiduran di atap lantai satu
"Ya udah diambil aja" Ucap Mahen sambil mengerdikkan bahunya
"Lo aja yang ambil gimana? Itung-itung ucapan terimakasih karena kita udah nemuin Kinara kemaren." Haikal menaikan satu alisnya
"Loh? Kok jadi gue?" Mahen membulatkan matanya
"Oh jadi ternyata Ketua OSIS SMA Cadudasa itu ga ngerti cara berterimakasih ya?" Haikal melipat kedua lengannya di depan dada
"... Fine. Gue ambil." Mahen memberikan buku-bukunya pada Haikal untuk dipegangi, kemudian ia memanjat tembok pembatas dan langsung menjatuhkan diri di atas atap lantai satu.
Perlahan tapi pasti, Mahen mendekat ke arah kucing yang sedang leha-leha di pinggir atap, seolah nyawanya ada sembilan betulan.
"Pus~ Sini pus~" Mahen mencoba meraih dari tempatnya berdiri tetapi terlalu jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 From : Mahen
FanfictionPernahkah kamu mencintai seseorang yang kamu fikir ga akan pernah membalas perasaan sukamu sampai kapanpun? Karena rasanya terlalu mustahil. Dan di titik terlelah mu, apakah kamu akan berhenti, atau terus mencintai meski tak mungkin? Pilihannya cuma...