basecamp

739 94 61
                                    

"Lo semua tau pohon beringin di perbatasan komplek A sama B ga?" Tanya Haikal yang tiba-tiba membuka topik sore itu

Mahen mencoba mengingat-ingat "Pohon beringin yang katanya sarang kuntilanak itu?"

"Nah!" Haikal menjentikkan jarinya "Gue punya ide buat jadiin pohon itu sebagai basecamp kita!"

"Udah gila..." Laskar geleng-geleng kepala, tidak paham lagi dengan tingkah Haikal "Jelas-jelas tadi dibahas itu sarang kuntilanak! Masa kita jadiin basecamp? Lo mau kesurupan masal?!"

"Ya emang lo semua ada ide lebih bagus?" Haikal bertanya sambil berkacak pinggang

Kini semua orang mencoba berpikir.

"Atau kita renovasi aja rumah di komplek J? Rata-rata kan cuma rumah petak." Jevano memberi saran

"Berisik ga sih? Takut ganggu tetangga... Mereka kan antar rumahnya nempel" Ucap Laskar

"See? Mending bikin rumah pohon."

"Kenapa ga di rumah kita aja? Kayak... Rumah lo, atau rumah gue, atau rumah siapa gitu" Ucap Nalen

"Rumah gue ga bisa. Mama setiap hari di rumah, gue ga mau kalian berisik" Ucap Mahen yang menolak mentah-mentah

"Gue mau basecamp biar jarang di rumah, kalau di rumah gue jadinya sama aja dong?" Cibir Haikal

"Bunda gue galak." Laskar langsung mengangkat kedua tangannya

Kini semua mata tertuju pada Jevano dan Nalendra. Keduanya saling bertatapan karena sudah tau arahnya kemana

"Oke... Kayaknya kita bisa pake rooftop ga sih?" Tanya Nalendra pada Jevano

Kembarannya itu hanya bisa menghela nafas "... Kita tanya bunda dulu"

"Betul. Nanti gue bikinin proposal ke bunda, siapa tau diizinin" Ucap Nalendra yang membuat semua orang di sana merasa senang

Haikal berjalan ke arah pagar pembatas, kemudian ia menatap pemandangan dari rooftop sekolah ini. Angin menyapu rambutnya dan membuat dirinya tersenyum dalam diam.

"Jadi basecamp kita ada dua? Rooftop sekolah sama rooftopnya si kembar?" Tanya Laskar memastikan

"Jujur aja kalo rooftop sekolah gue bener-bener harus mohon-mohon sama Bu Ani biar diizinin! Besok gue juga harus ngirim proposal... Mending kalian sekarang bantuin gue" Mahen mengotak-atik laptopnya untuk membuat proposal peminjaman fasilitas sekolah

Memang sih, rooftop sekolah ini tidak pernah digunakan semenjak kasus bunuh diri seorang siswi yang melompat dari sini lima tahun silam. Makanya Mahen mencoba untuk mempergunakannya lagi, karena sayang sekali jika pemandangan sebagus ini disia-siakan!

"Oke... Supaya masuk akal, nama club kita apa?"

"Bumantara."

Mahen mendongak untuk menatap punggung Haikal, lelaki itu tengah menatap langit dengan tatapan menerawang

"Artinya?"

"Langit. Soalnya sejelek apapun diri kita sekarang, atau kemanapun akhirnya kita diterima... Kita asalnya tetep dari atas." Ucap Haikal yang masih memunggungi mereka

"... Kenapa si kampret itu jadi puitis?" Bisik Nalen

"Dia emang bocah senja." Jawab Laskar, selaku teman Haikal dari orok

"Ekhem... Oke... Bumantara. So... What are we? Ekskul? Klub? Sekte?" Mahen kembali mengetik di laptopnya

"Sekte pemuja kucing" Celetuk Laskar

"Oh!" Mahen menunjuk Laskar dengan mata membulat "Club pecinta kucing!"

"Setuju." Jevano menjawab datar, tapi tak terbantahkan

#1 From : MahenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang