Suara dawai yang mengalun asal samar-samar terdengar dari gitar kesayangan Mahen yang ia putuskan untuk membawanya ke basecamp Bumantara.
Pikiran Mahen terbang, menuju beberapa kejadian selama beberapa hari terakhir. Mulai dari rumor yang terjadi padanya, sampai pada kasus Fortuna keracunan.
Mahen berfikir, apakah ia sedang sial saja, ataukah ada hal besar dibalik semua ini.
Karena jujur saja, Mahen merasa ada yang janggal dan ia ingin cepat-cepat mencari tahu.
Soal Rio, ia tidak masuk sekolah sejak kejadian itu. Dan tiba-tiba saja ia dikabarkan pindah sekolah. Jujur Mahen curiga, tapi ia juga tidak bisa berbuat lebih jauh.
Seperti yang sudah-sudah, Mahen memang punya cukup banyak haters, tetapi tidak pernah ada yang sampai menjebaknya. Rata-rata dari mereka hanya menggunjingnya atau sekedar memilih menjadi murid nakal yang mempersulit tugas anggota OSIS.
Mahen tau, semua ini terjadi karena dia.
Mengingat wajahnya kembali, membuat Mahen memejamkan mata sejenak. Mengusir semua kenangan suram tentang lelaki itu.
"Hhh..." Mahen menghela nafasnya, sepertinya karena energi buruk di sini, ia jadi tidak bisa berpikir tenang.
Oh iya, alasan Mahen ada di atas sini karena ia sedang menunggu Geisha pramuka. Padahal bisa saja sih ia pulang duluan, gadis itu pun menyuruhnya begitu. Tetapi Mahen tetap saja menunggu di sini karena merasa memiliki tanggungjawab untuk mengantar Geisha pulang dengan selamat.
Tetapi sepertinya keputusannya untuk menunggu di rooftop seorang diri adalah keputusan yang salah. Entah karena energi negatif di sini atau bagaimana, Mahen jadi ikut-ikutan merasa tidak nyaman.
Jadilah akhirnya ia turun ke bawah, menunggu di tempat yang tidak terlalu ramai, tetapi banyak orang berlalu-lalang.
"Hadeuh capek"
Mahen menoleh pada gadis yang duduk di sebelahnya.
Itu Zara.
"Abis ngapain lo?"
Zara menunjuk ujung lapangan "Jalan dari situ"
Mahen ikut melihat ke arah yang ditunjuk oleh Zara, kemudian ia tau alasan mengapa gadis itu berjalan dari sana.
"Kak Juan mau turnamen lagi ya?" Tanya Mahen
Zara mengangguk "Tapi gue takut ga bisa nemenin dia latihan sih. Ya... Lo tau kan inten les hampir tiap hari"
"Gue kayaknya mau ikut inten juga nanti kelas 12" Mahen berseru
"Ck! Ngapain sih ah! Lo mau ngebalap gue ya?" Zara mendesis sebal
Karenanya Mahen mendecak "Heh, yang mau keterima PTN ga lo doang ya, Zar! Dikira UGM masuknya cuma pake shalom?"
Jawaban Mahen yang dibumbui emosi itu akhirnya membuat Zara mengalah.
Tumben tumbenan kan Zara ngalah?
"Oh iya... Lo udah denger kabar dari El belum?" Tanya Zara yang sukses membuat jantung Mahen berhenti selama sepersekian detik.
"... El?"
"Iya. Daniel."
"... Kabar apa?"
"Katanya dia udah balik ke Indonesia" Ucap Zara yang membuat Mahen terdiam
Setelah meninggalkan pernyataan Zara itu tanpa respon, Mahen mengeraskan rahangnya.
"Gimana bisa lo nyebut nama dia sesantai itu?" Tanya Mahen yang mengingat semua hal tentang Daniel laksana kaset baru yang terputar jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 From : Mahen
FanfictionPernahkah kamu mencintai seseorang yang kamu fikir ga akan pernah membalas perasaan sukamu sampai kapanpun? Karena rasanya terlalu mustahil. Dan di titik terlelah mu, apakah kamu akan berhenti, atau terus mencintai meski tak mungkin? Pilihannya cuma...