Sudah satu Minggu Bumantara tidak pernah lengkap. Kalau ada Nalen, pasti tidak ada Mahen, dan begitupun sebaliknya. Sebagai yang bertanggungjawab atas keutuhan geng, Haikal tentu saja tidak tinggal diam.
Akhirnya secara sembunyi-sembunyi ia membuat rencana dengan Jevano dan Laskar untuk menjebak dua orang itu agar mau berbaikan lagi.
"Duh, dua hari lagi ujian tengah semester... Kayak ga ada kegiatan lain aja sih?" Mahen memprotes ketika dirinya dipaksa untuk mencoba wahana escape room yang baru saja dibuka di salah satu mall
"Bang, kita tuh harus seneng seneng sebelum sengsara! Lu bisa belajar besok!" Haikal berseru meski sebenarnya ia juga ditentang kuat oleh Laskar dan Jevano yang sama-sama kutu buku.
Tapi demi kebaikan geng, Haikal harus menerima semua jenis protes dengan mental sekuat baja.
"Gue yakin lo tanpa belajar pun bisa, bang." Laskar berseru meski hatinya sudah meraung-raung ingin pulang.
"Ya udah Jevano mana?" Tanya Mahen sambil celingak-celinguk karena manusia itu tak kunjung datang
Syukurnya tak lama kemudian Jevano datang juga. Tetapi ia tidak sendirian karena ada Nalendra di sana.
Mahen dan Nalendra sama-sama bertatapan. Tetapi Mahen membuang wajah lebih dulu.
"NAH LENGKAP NIII" Haikal bertepuk tangan "Yuk beli tiketnya"
Haikal langsung menghampiri loket dan memesan dua sesi. Ia kembali dengan tiket di tangan.
"Karena ga bisa berlima, gue bagi dua tim ya. Tim satu gue, Laskar, Jevano. Tim dua—"
"Kenapa lo yang mutusin gitu?" Mahen berseru tak terima
"Bang! Kita butuh otak! Lu mau gue, Laskar sama Nalendra kaga bisa keluar?!" Haikal bertanya sewot.
"Ya kan lo bisa sama gue?????"
"Duh, udah terlanjur gue tulis nama lo! Kalau tuker harus bayar lagi!" Ucap Haikal sambil memasangkan gelang di lengan Mahen dan Nalendra.
Jujur saja, Nalendra sih ga protes sama sekali.
"Yuk bestie!" Haikal merangkul Jevano dan Laskar untuk berjalan lebih dulu ke dalam escape room.
Mahen dan Nalen diam dengan canggung.
"Mas-masnya room nomor berapa?" Tanya salah satu staff
"Ng... Tiga mbak." Jawab Mahen
"Oke, mari ikut saya"
Setelahnya Mahen dan Nalendra mengikuti sang staff pergi ke sebuah ruangan dengan angka tiga yang sangat besar.
Setelah dijelaskan peraturannya, Mahen dan Nalendra diminta untuk masuk dan pintunya segera dikunci dari luar.
Dari penampilan awalnya saja Mahen yakin 1.000% ini akan menyeramkan.
Mereka terjebak di sebuah rumah terbengkalai yang dipakai untuk ritual sekte. Mereka harus mencari 6 digit angka agar bisa keluar dari sini.
Terdengar simpel tetapi Mahen yakin ia mules duluan sebelum mencoba.
"Kemana dulu bang?" Nalen memecah keheningan yang canggung
Mahen menggeleng "Ga tau"
Sepertinya mereka tidak akan berbaikan semudah itu, pikir Nalendra.
Akhirnya Nalendra dan Mahen sedikit berpencar untuk mencari clue.
"OH FUCK!!!"
Nalen sangat terkejut ketika Mahen berteriak dan berlari untuk bersembunyi di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 From : Mahen
FanfictionPernahkah kamu mencintai seseorang yang kamu fikir ga akan pernah membalas perasaan sukamu sampai kapanpun? Karena rasanya terlalu mustahil. Dan di titik terlelah mu, apakah kamu akan berhenti, atau terus mencintai meski tak mungkin? Pilihannya cuma...