moving on (?)

511 74 48
                                    

Seminggu pertama setelah putus dari Geisha dan tidak mendapat kabar apapun, Mahen masih sering meratapi nasibnya. Apalagi semua orang terus bertanya-tanya soal statusnya saat ini.

Boro-boro mau menjelaskan, kalau ditanya hubungannya sama Geisha gimana aja Mahen bawaannya mau nangis!

Tapi airmata Mahen sudah kering hari ini, meski belum bisa terbiasa ketika melihat susu matcha atau piano di rumahnya.

"Kenapa mau ditaro basement lagi sih? Susah loh mas harus panggil tukang" Ucap Irena ketika anak sulungnya meminta agar piano tersebut kembali ke tempat asalnya

Mahen menggeleng "Gapapa, pianonya bikin penuh ruang tamu."

Jawaban Mahen itu tentu saja membuat Irena menghela nafas. Ia sudah tau soal Mahen dan Geisha yang putus karena anak sulungnya itu sempat demam karena begadang dan tidak mau makan. Setelah dicari-cari tau, ternyata dia putus cinta.

Tetapi Irena tidak pernah membahas soal Geisha sama sekali. Ia tidak akan bertanya kalau Mahen tidak memberitahunya lebih dulu.

"Kalau semisal mama tolak permintaan mas, mas keberatan ga?" Tanya Irena

Mahen mengangkat dua alisnya "Kenapa ditolak, ma?"

"Ya... Menurut mama piano itu ga ganggu sama sekali. Ga bikin sempit juga justru malah bikin ruang tamu kita makin cantik." Ucap Irena

Mahen menunduk sejenak "Ya udah gapapa, terserah mama"

Irena menarik nafas sejenak sebelum menatap Mahen dengan tatapan teduh "Mas boleh benci sama kenangannya, tapi mas ga boleh benci sama bendanya."

Mahen tanpa sadar menggenggam cangkir berisi coklat panas di tangannya lebih kuat.

"Aku ga benci ma... Justru sebaliknya... Setiap aku liat piano itu, yang ada di otakku isinya memori indah." Ucap Mahen

"Terus? Kenapa mas mau pianonya dijauhin?" Tanya Irena dengan dahi berkerut

"Buat apa kalau indah tapi ga bisa diulang lagi?" Mahen menjawab setengah bergumam, tetapi masih sangat jelas di telinga Irena.

"Mas mau beli gitar baru ga?"

Mendengar hal itu Mahen membuka matanya lebih lebar "Hng???"

"Mama perhatiin mas udah ga pernah main gitar di rumah. Rusak?" Irena bertanya

"Oh... Engga ma. Itu mas bawa ke sekolah" Ucap Mahen

"Ohhh... Ya udah mama beliin yang baru gimana? Sekalian temenin mama belanja" Ucap Irena

Tentu Mahen tidak akan menolak, berhubung ia memang sedang menabung untuk membeli gitar baru.

"Oke, aku siap-siap sebentar ya ma!" Mahen mengecup pipi Irena sebelum naik ke lantai atas untuk berganti pakaian

Irena tersenyum, ia tau bahwa musik memang menjadi hal yang mampu menyembuhkan Mahen. Melihat anak lelakinya itu tidak mendengarkan musik seminggu ini, membuat hati Irena ikut patah.

Irena tidak akan menghakimi siapapun, ia tidak akan menyalahkan Geisha atas rasa sakit yang dialami anaknya. Menurut Irena, jatuh cinta dan patah hati adalah hal yang sangat wajar terjadi di hidup anak muda.

Ia hanya menjalani tugasnya sebagai seorang ibu yang berusaha membuat anaknya terhibur lagi.

***

"Mas mau yang mana? Pilih aja. Mama tunggu di sini ya?" Ucap Irena yang sejujurnya sudah mulai pegal kalau harus berjalan lama, biasalah... Faktor usia.

Mahen akhirnya mengelilingi toko alat musik itu. Menatap beberapa vinyl yang kembali mengingatkannya pada Geisha. Kemudian ia juga melihat grand piano yang lagi-lagi juga mengingatkannya pada Geisha.

#1 From : MahenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang