"Ini serius gua yang bawa?" tanya Indri menatap Jean tak percaya. Cowok itu pun mengangguk yakin. "Je, seriusss?"
"Seriusssss."
Indri kemudian menatap motor besar Jean. Ia menggaruk rambut belakangnya padahal ngga gatel sama sekali. Ini gimana cara naiknya sedangkan kakinya aja kayaknya ngga nyampe.
"Kenapa? Ga berani?" ledek Jean.
Jean kalo udah mode begini nyebelin banget.
"Berani!" seru Indri tiba-tiba melakukan pemanasan. "Nih, kalo kita jatoh jangan salahin gue ya."
"Ya lo lah kan lo yang bawa,"
Indri yang di ledek hanya bisa menatap Jean kesal tanpa bisa mengumpat padanya.
"Buru katanya mau ke Githe," Jean pura-pura menatap langit jingga dengan wajah yang mual karena lelah menunggu.
Indri pun berdecak. Mau tak mau, dia menaiki motor Jean yang lumayan tinggi. Dan betul saja, kakinya tidak sampai dan membuatnya jadi oleng. Alhasil, dia menahan motor besar itu dengan satu kaki. Mana ni motor berat lagi.
Jean berdiri di tempat sambil cekikikan ngga jelas.
"Pendek," ejek Jean.
Indri menghujam tatapan menghunus. "Emang tinggi lo berapa sih?!"
"178,"
"Buat pemain volly itu pendek," balas Indri tersenyum miring.
"Ya setidaknya kalo lompat bisa tingginya ngelewatin net aja sih," angkuh Jean.
"Aaaa Jeje beratttt," Akhirnya Indri merengek juga. "Ini mau jatohhh ini..."
Jean pun dengan sengaja malah melangkah mundur. Pura-pura tidak mau membantu Indri yang lagi kesusahan menahan motornya.
"Jejeeee!!!"
"Jeje anjinggg ya!!"
Jean mendengar umpatan dari Indri pun meloncat kegirangan. Jean melangkah maju dan mengambil alih motornya sedangkan Indri turun dari motor dengan muka yang masam.
"Ngga jajan pedes mampus," ledek Jean saat sudah menaiki motornya dan Indri berdiri di sampingnya.
Ini termasuk salah satu permainan kesepakatan yang mereka buat.
Permainan dimana siapa yang mengucap kata kasar lebih dulu maka dia tidak bisa makan makanan pedas selama mereka pergi ke restoran.
Hal ini jelas menyiksa keduanya jika kalah dalam permainan karena mereka semua suka pedas.
"Githe kan lagi collab sama Mie Jahanam," ledek Jean tertawa. "Lo nanti minum bobba aja... gua yang makan pedes."
Indri menarik nafasnya kasar. Namun, sedetik kemudian wajahnya panik saat tak sengaja melihat jari-jari Jean yang makin memar.
"Ini ngga di kompres?" Indri memegang tangan Jean, mengelus pelan memar tersebut dengan jari telunjuk. "Je, ini parah lohhh... gimana sih?"
Jean yang niatnya mau mengejek Indri jadi terpaku menatap wajah paniknya dan merasakan hangat sentuhan dari jari telunjuknya.
"Pulang cafe mampir apotek dulu deh, nanti gua obatin." Indri mendongak menatap Jean yang masih terpaku. "Lo jangan bengong nanti kesambet."
Jean pun mengerjap pelan. Buru-buru ia tarik tangannya dan kembali memegang stir motor. "Ambil helm di satpam gih, gua nitipin helm disana."
Indri mengangguk. Lalu, berjalan ke pos satpam yang tak jauh dari mereka parkir.
Jean memutar spion ke arah wajahnya. Cowok itu menelan salivanya sangking gugupnya. Kemudian Jean memegang dadanya ketika jantungnya berdetak jadi lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Kertas
Teen Fiction"Kalo gua tiba-tiba pergi lo gimana?" Jean tertegun, pertanyaan sepele yang belum tentu terjadi tapi hatinya bak di lempar batu kuat-kuat. "Terus kalo lo yang pergi gua gimana?" lanjut Indri. "Ngga ada yang pergi, kita semua sama-sama disini saling...