Indri di tarik Jean melewati koridor anak kelas 11 dan 10 yang lagi ramai-ramainya karena masih jam istirahat tanpa satu kata yang terucap dari mulut Jean.
Indri tahu cowok itu marah.
Tapi Indri ngga suka jadi perhatian orang banyak.
Dari awal mereka berjalan di lorong kelas CW aja semua memperhatikan mereka di tambah lagi dari raut wajah Jean yang keliatannya ngga enak. Karena hal itu sudah pasti akan menimbulkan banyak opini-opini yang simpang siur dengan tambahan bumbu supaya sedap ketika di dengar peminat gosip.
"Je, kita jalan biasa bisa ngga sih?" tanya Indri pelan menunduk menatap genggaman Jean.
Jean tidak mau mendengarkan. Cowok itu kalo udah marah telinganya memang langsung tertutup rapat. Semua ngga di gubris sama dia.
Mau tidak mau, Indri menurut saja mau kemana Jean membawanya pergi. Dan akhirnya mereka berhenti tepat di taman belakang yang lumayan sepi.
Jean melepaskan cekalannya. Dalam hati bertanya apa cewek ini kesakitan atau tidak, namun ego-nya terlalu tinggi.
"Je ──"
Jean memejamkan matanya sambil mengontrol nafasnya sesaat membuat lidah Indri jadi kelu untuk mengucap kata berikutnya.
"Gua mau lo putus sama dia," tegas Jean menatap penuh kedua bola mata Indri dengan yakin.
Indri yang tadinya mau membicarakan hal ini secara baik-baik pun langsung merubah raut wajahnya jadi tak suka dengan penuturan Jean barusan. Emosinya jadi tersulut karena Jean jadi lebih egois daripada yang dia bayangkan.
"Kok?"
Jean menunduk sebentar, ia tersenyum miring sambil menusuk pipinya dengan lidah secara angkuh. Perlu kalian ketahui, cowok ini mati-matian buat ngga marah.
"Gua gamau lo sama dia,"
"Alasan lo ga masuk akal, Je."
Mereka sama-sama terdiam beberapa saat dengan mata yang saling mengunci tatap.
Indri menelan salivanya, menarik nafasnya lumayan lama. "Okay, gue ngerti lo marah sama gue... tapi ngga seharusnya lo ngelarang gue buat ngudahin hubungan gue sama dia," jelas Indri melayangkan protes.
"Kenapa ngga boleh ngelarang?" tantang Jean.
"Ya lo ngga berhak ngelarang, ini kan hidup gue bukan hidup lo," jawab Indri geram sendiri.
Jean terkekeh sinis meski dalam hati sudah tersayat perih oleh kalimat Indri barusan. "Lo janji sama gua buat nyari pasangan yang baik kan? Dan dia ngga baik buat lo," sarkas Jean.
Indri diam tak habis pikir dengan perkataan Jean barusan. Cewek itu pun menatap tajam Jean dengan berani. "Lo tau apa, Je?"
Tanpa Indri sadari bahwa kalimat ini akan memicu perdebatan yang lebih jauh.
Jean melangkah maju membuat Indri reflek mundur. "Hugo kan cowok lo? Hugo kan yang nganter lo pulang? Anak Starlie yang ngedeketin cewek cuma seminggu terus nembak?"
Indri terbungkam habis-habisan karena Jean ternyata mengetahui semuanya.
"Gua sama lo 12 tahun, ndri. Gua tau kalo lo bohong, gua tau kalo lo lagi sedih, dan sekarang lo masih nanya taunya gua apa?" Jean mendengus pelan. "Lo tu sadar ngga sih kalo sekarang lo lagi di goblokin sama Hugo?"
Indri yang tadinya menatap objek lain pun langsung mendongak menatap Jean marah.
"Kenapa sih selalu nyimpulin semuanya sendiri?! Semua cowok yang deket sama gue lo bilang brengsek! Capek tau ngga Je dengernya!" teriak Indri sudah tak tahan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Kertas
Teen Fiction"Kalo gua tiba-tiba pergi lo gimana?" Jean tertegun, pertanyaan sepele yang belum tentu terjadi tapi hatinya bak di lempar batu kuat-kuat. "Terus kalo lo yang pergi gua gimana?" lanjut Indri. "Ngga ada yang pergi, kita semua sama-sama disini saling...