06.

6 1 3
                                    


🌨🌨🌨🌨🌨🌨🌨

Pulang dari Volly, Jean segera bergegas ke rumah Gio untuk nongkrong. Sampai disana teman-temannya sudah berkumpul semua di teras belakang. Ada yang gitaran, ada yang ngerokok dan yang nonton film juga ada.

Rumah Gio itu luas dan enak kalo di jadiin tongkrongan. Ngga heran pada betah main disini. Bundanya juga baik dan ngga cerewet.

Jean bertossan dengan Gio dan yang lain. Melirik Bulan-Sahabat Gio yang merupakan temannya juga sedang menonton film horor bersama Keynzo menggunakan layar tancep. Entah kelakuan siapa yang niat buat layar tancep malem-malem.

"Anteng lu pada," ucap Jean duduk lesehan di sebelah Theo dimana cowok itu sedang ngerokok sambil gitaran.

"Kirain ga dateng," dengus Keynzo. "CW kan sibuk abis,"

CW itu singkatan dari sekolahnya yaitu Chandrawinata.

"Gua abis balik volly ini juga," Jean mencomot sate padang yang ada di depannya. "Siapa yang niat buat layar tancep?"

"Marvel," jawab Gio.

"Bocahnya dimana?" tanya Jean sambil memasukkan satu tusuk sate ke mulutnya.

"Di atas main ps sendiri," Gio mengapit rokoknya di bibir lalu menyalakan korek. "Rokok Theo manis banget anjir,"

Theo melirik Gio sekilas sebelum kembali dengan gitar dan bibir yang masih menghisap rokok. "Enakan manis," tuturnya.

"Rokok gua juga manis," timpal Jean. "Lagi suka yang manis,"

Bulan yang mendengar itu pun tertawa geli. "Ngakak anjir denger Jean ngomong gitu."

Jean menautkan alisnya. Menatap Bulan heran. "Salah emang?"

"Bulan mikirnya kan kemana-mana," Keynzo menoyor kepala Bulan. "Sapuin anj otak lo,"

"Dih," elak Bulan. "Gua ngga mikir kesana anjir padahal."

"Boong betul ni anak,"

Jean kembali memakan sate padang dengan lahap. "Mending lo bedua fokus nonton aja sana,"

"Gitu dia mah ngga mau ngajak ngobrol kita," Keynzo berbisik sinis dengan Bulan.

"Gua lempar sate mulut lo, Jo," ancam Jean.

Keynzo terkekeh geli lalu kembali fokus pada filmnya.

"Mie isi 3 lagi viral apa gimana?" Theo berucap membuat Gio dan Jean menatapnya mendengarkan. "Cewek gue minta di beliin itu,"

Jean mengangguk polos. "Kayaknya iya, Indri juga BM itu dia."

"Ya kan." Theo berdecak sebal. "Padahal apa bedanya sama indomie anjir tinggal beli indomie tiga biji aja ribet,"

"Gua pernah beli mie isi dua, asli isinya dikit njir," kata Gio sembari menyembulkan asap rokoknya. "Jadi mending masak mie yang isi satu tapi masaknya 2 bungkus mie."

Theo menggenjreng senar gitarnya lumayan kuat. Membuat Bulan dan Keynzo yang fokus nonton The Conjuring jadi kaget sambil mengumpat. "Mending indomie isi satu. Lagian ngapain si cewe BM gituan? Gua nyarinya susah."

"Gua di indomaret aja ada," Jean tersenyum mengejek. "Itu mah lo aja yang gamau nyari,"

"Mata lo suek," Theo memutar bola matanya malas. "Oliv nyari yang mie isi tiga tapi pedes,"

"Emang ada? Bukannya original rasanya?" tanya Gio.

"Gua beli rasa original sih, gatau ada yang pedes malah." Jean tiba-tiba melongo polos. "Anjir, jangan-jangan Indri mesen yang pedes lagi,"

Perahu KertasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang