Part 12

553 67 10
                                    

Rexion membanting pintu kamar dengan kencang sampai terdengar bunyi 'bedebum' yang sangat keras. Setelah beberapa saat lalu Sofie telah memindahkan barang-barang pribadi dari kamarnya, Rexion merebahkan tubuhnya ke atas kasur, melepas penat.

Tangannya bertumpu di atas mata, terlihat gusar. Setengah mempercayai bahwa gadis yang baru ditemuinya di taman itu benar-benar Sofie.

Dengan bodohnya pun Rexion membiarkan Sofie melihat tampang dungunya. Apa yang bakal dipikirkan gadis itu nanti? Rexion tidak mau memikirkan atau menebak-nebak lebih jauh. Ia merasa lelah dan butuh istirahat sekarang. Yang sudah berlalu biarkan berlalu.

Merasa pasrah, tiba-tiba Rexion mencium wangi jasmine manis yang sama persis dengan wangi yang dikeluarkan tubuh Sofie.

Tubuh Rexion bangkit seketika.

Apa ia berhalusinasi?

Rexion menoleh ke kiri-kanan, memeriksa setiap sudut kamar dan memastikan bahwa tidak ada Sofie yang bersembunyi di kamarnya.

Menyadari kekonyolannya, Rexion mengusap wajahnya dengan gusar. Kepalanya bergeser menatap sprei dan springbed yang terpasang lalu menyadari dari sana lah wangi jasmine itu berasal.

Tanpa pikir panjang Rexion turun dari kasur, menghampiri pintu, membuka pintu, lalu berteriak kebawah lantai dasar, "Xeviar! Ganti sprei dan springbed di kamarku, sekarang!"

***

Sofie masuk ke dalam kamar Evelyn setelah membawa sisa-sisa barang yang belum sempat dipindahkan kemarin.

Karena kamar Rexion dan Evelyn bersebelahan, ia bisa mendengar suara pintu kamar yang dibanting dengan sangat keras.

Sekedar berjaga-jaga, Sofie mengunci kamarnya agar Rexion yang kalau-kalau ingin membalas dendam, tidak bisa masuk ke dalam kamarnya dan melemparkannya keluar jendela. Itu kan sangat mengerikan.

Menghela nafas, Sofie menaruh alat tulis dan peralatan mandi yang dibawanya dari kamar Rexion ke atas meja. Karena merasa energinya terkuras habis, Sofie memanjat kasur dan langsung tiduran di atasnya.

Ia menatap langit kamar kosong yang membosankan, lalu tiba-tiba sosok Rexion pagi itu melintas di kepalanya begitu saja.

Ternyata Rexion masih membencinya sama seperti dulu. Fakta itu nampaknya tidak akan pernah berubah. Tapi Sofie tidak menyanggah setelah mengingat kembali apa saja yang sudah dia lakukan padanya.

Merebut posisi adiknya, mengusirnya, bahkan memprovokasinya hingga ia menyimpan dendam dalam jumlah yang berlimpah. Wajar kalau Rexion membencinya.

"Kalau bertemu lagi aku harus minta maaf." Sofie memejam mata, bertekad akan berdamai dengan masa lalunya, tapi ...

"Kau adalah tikus kotor tidak tahu diri yang merangkak ke tempat yang tidak seharusnya kau tempati."

Perkataan Rexion pada saat itu masih menjadi kenangan paling buruk yang tertanam kuat di alam bawah sadarnya. Bahkan, saat masih kecil, Sofie seringkali memimpikan mata gelap Rexion yang menatap tajam padanya, seolah-olah sorot mata itu mengambil seluruh pasokan udaranya. Di tengah malam, ia akan terbangun dengan napas tersengal-sengal.

Sofie kembali memandang langit-langit kamar. Untuk kedua kalinya, sosok Rexion, atau lebih tepatnya siluet tubuh Rexion, muncul dalam pikirannya.

"Dia ... sudah berubah."

Otot-otot bisep, dada, dan perut yang terlihat menonjol di balik kaus hitam tipis itu tidak pernah terlihat oleh Sofie sebelumnya.

Sebenarnya saat masih kecil pun Sofie tau Rexion itu tampan. Walau memang tidak setampan Alaric atau Pieter yang berdarah campuran, namun Rexion memiliki struktur wajah yang tegas. Kombinasi dari fitur wajah yang simetris dan proporsional. Ia memiliki rambut hitam yang rapi dan mata yang tajam, memberikan kesan penuh percaya diri. Postur tubuh yang tegap, Rexion memancarkan kesan karisma dan daya tarik.

Claiming You BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang