Dalam ruang kerjanya yang lapang dan elegan, Rexion duduk di belakang meja besar yang tertata rapi. Dengan laptop terbuka di depannya, dia tengah tenggelam dalam berkas-berkas dan laporan keuangan. Langit-langit tinggi ruangan itu memberikan nuansa prestise yang mendukung posisinya sebagai Manager Pengembangan Properti di perusahaan milik ayahnya. Posisi sementara sebelum menjadi direktur utama.
Pintu ruangan terbuka perlahan, dan langkah-langkah ringan terdengar mendekat. Lydia, sekretaris setia yang selalu tampak profesional dan anggun mempesona, masuk dengan senyuman hangat di wajahnya. Dia membawa beberapa berkas yang perlu ditinjau oleh Rexion.
"Selamat sore, Pak Rexion. Ini beberapa berkas yang perlu Anda tinjau terkait proyek baru di kawasan Greenview."
Rexion mengangkat kepalanya, matanya menatap Lydia dengan tajam namun ramah.
"Terima kasih atas berkas-berkas ini. Tolong berikan saya waktu sejenak."
Lydia meletakkan berkas-berkas tersebut di atas meja Rexion. Tatapannya yang penuh perhatian tampak menyiratkan bahwa dia selalu siap membantu dalam setiap tugas yang diberikan.
"Tentu, Pak. Jika Anda membutuhkan sesuatu, jangan ragu untuk menghubungi saya."
Rexion mengangguk sekenanya.
"Ya, terima kasih, Lydia."
Lydia berbalik untuk meninggalkan ruangan, namun pandangannya masih tertuju pada Rexion. Ada ekspresi hangat di matanya yang sulit dia sembunyikan.
"Lydia, kamu lihat pintunya di belakangmu."
Lydia, dengan sedikit terkejut karena Rexion bicara begitu tiba-tiba, berbalik cepat dan melihat pintu yang tertinggal terbuka.
"Oh, maaf, Pak Rexion."
"Tidak apa-apa. Ada apa?" tanya Rexion menyadari tingkah aneh sekretarisnya yang tampak enggan keluar.
"Ada yang salah?"
"Ehm, tidak, Pak. Saya hanya... belum makan malam."
Rexion, tanpa banyak perhatian, bertanya, "Jadi?"
Dengan sedikit kegugupan Lydia berkata, "Saya hanya ingin memastikan apakah ... Anda ingin saya ambilkan sesuatu?"
Rexion, dengan sedikit keheranan, melihat Lydia sejenak sebelum menjawab.
"Oh, tidak, terima kasih. Saya bisa mengurusnya sendiri."
"Baiklah, Pak. Maaf mengganggu. Saya akan kembali bekerja." lanjutnya dengan nada terdengar kecewa.
"Tidak masalah."
Sambil menghela nafas dalam-dalam, Lydia akhirnya meninggalkan ruangan dengan perasaan sedikit kecewa. Tidak ada yang mengetahui niat terselubungnya yang ingin mengajak majikannya itu makan bersama.
Selepas kepergian Lydia, Rexion sepenuhnya fokus dalam pekerjaannya, namun pikirannya tiba-tiba teralihkan oleh peristiwa kemarin malam. Komentar Sofie tentang hubungan mereka yang tak pernah benar-benar seperti kakak dan adik terus terngiang di telinganya. Dia merenung pada kata-kata Sofie yang terasa begitu tajam dan menghantamnya dengan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Claiming You Back
Teen FictionSetelah kehilangan putrinya di kecelakaan kapal pesiar 3 tahun yang lalu, Anna Winston didiagnosa mengalami gangguan jiwa. Ia selalu kabur dari rumah untuk mencari putrinya yang hanyut. Di pesisir pantai saat matahari hampir terbenam, Anna bertemu d...