Takdir Cinta [20]

262 10 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen di part ini.

Terima kasih

Suara gemericik air yang berasal dari jatuhnya air terjun dari atas ke bawah di sertai beberapa kicauan burung mampu mengusik seorang wanita yang saat ini masih terlelap dalam tidur nyenyaknya di bawah gulungan selimut tebal yang menutupi tubuh polosnya.

Perlahan kedua mata berbulu lentik nan indah terbuka sempurna, ada rasa aneh di sekitar pondok saat tak mendapati keberadaan Dev di sampingnya. Naya bangkit dari tidurnya, kedua jemarinya sedikit menggenggam erat ujung selimut untuk menutupi tubuh polosnya, kepalanya clingak-clinguk ke segala arah mencari keberadaan Dev, namun kedua matanya tak kunjung menemukan pria itu.

Dimana dia?

Naya berjalan pelan mendekat ke arah pintu untuk melihat keadaan di depan sana. Takutnya ada Bu Neneng dan pak Danang ada di depan rumah.

Saat tak mendapati keberadaan mereka, Naya langsung bergegas memakai pakaiannya yang tergeletak di samping kasur. Setelahnya, ia keluar mencari keberadaan Dev di depan sana, ternyata pria itu kini sedang duduk di kursi depan pondok sambil menyesap kopi hitam di cangkir yang ada di genggaman jemarinya.

"Dev?" Panggil Naya, pria yang merasa namanya terpanggil itu langsung menoleh dengan senyuman lebarnya."Sini?" Dev balas memanggil Naya sambil menunjuk ke samping kursi yang masih kosong.

"Kopi dari mana?" Tanya Naya penasaran seraya mendudukkan bokongnya tepat di samping Dev.

"Dari Bu Neneng? Saat aku duduk di sini. Eh, Bu Neneng langsung muncul membawa secangkir kopi dan memberikannya padaku." Jelasnya seraya menyesap kopi panas itu secara perlahan, lalu menggerakan kopi itu ke arah Naya dengan gerakan menawar kopi untuk Naya."Rasanya enak, di pagi-pagi gini. Tetapi gak senikmat buatan kamu kok." Bisik Dev pelan tapi mampu membuat pipi Naya blushing."Karena buatanmu itu tak tergantikan oleh siapapun?" Lagi- lagi Naya semakin salah tingkah di buatnya.

Gemas dengan tingkah Naya yang salah tingkah, Dev mendekatkan wajahnya mendekat. Dan.

Cup.

Bibir merah sedikit pucat pasi itu mengecup pelan pipi Naya dari samping, lama sekali kecupan Dev di pipi Naya. Rasanya bibir pria itu ingin berlama-lama di sana, sebelum wanita itu berontak karena kelakuannya. Namun hal yang di takutkan tak terjadi, Naya hanya terdiam menerima kecupan itu dengan memejamkan kedua matanya.

Dev tersenyum senang saat mendapat lampu hijau dari wanita yang di cintainya, meski rasa itu masih belum terbalas. Tetapi Dev akan berusaha jika wanita itu sedikit memberinya celah, namun jika tak ada sedikit pun harapan di sana maka Dev akan mundur dan gak akan berusaha mengejarnya. Meski Naya hanya diam saja saat ia mengungkapkan semua perasaannya tadi malam, setelah percintaan panas mereka, saat Naya kembali menyerahkan tubuhnya kepadanya.

Di situlah rasa Dev semakin yakin bahwa Naya selama ini masih memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Ia melepaskan kecupan itu, menjauh mengkikis jarak di antara wajah cantiknya yang selalu membuat seluruh hidupnya tak karuan.

"Ehmmm."

Naya berusaha menetralkan suasana yang tampak tegang setelah beberapa saat. Lalu tatap matanya sedikit melirik sekilas ke arah Dev yang kembali menyesap kopi itu lagi. Hingga Dev menoleh ke arahnya menatapnya lagi dan lagi mampu membuat menggaruk tengkuknya yang tak gatal untuk sedikit menetralkan perasaan nervousnya.

"Dev.... Aku ingin bicara sesuatu padamu?" Ucapnya menoleh pada Dev yang menaruh cangkir di meja depannya. Ada rasa bimbang di dalam hatinya saat ini, saat ia ingin menceritakan semua kebenaran tentang dara bahwa gadis kecilnya adalah putri kandungnya. Apakah ini adalah waktu yang tepat?

Takdir Cinta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang