Takdir Cinta [49]

246 8 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen di part ini

Selamat Membaca

"Hati-hati Om anteng!"

Dev tersenyum melambaikan tangannya ke arah Dara setelah gadis kecilnya berteriak memberikan peringatan padanya supaya berhati-hati saat pulang nanti."Om pulang dulu sayang?" Teriak Dev tersenyum lalu melajukan mobilnya pergi meninggalkan rumah Naya.

Naya! wanita itu tadi tak menyambutnya, bahkan ibunya mengatakan bahwa dia sedang tidak ada di rumah. Dev percaya saja, karena baginya yang lebih penting saat ini adalah bertemu dengan gadis kecilnya. Padahal dia takut di tolak dan di usir secara tak berperikemanusiaan dari rumah itu setelah apa yang di lakukannya, tapi nyatanya sambutan hangat membuat dia merasa beruntung karena bisa lebih mudah bertemu dengan Dara.

Saat mobilnya melaju pelan di jalanan sepi tak ada lampu jalanan yang biasanya berjajaran rapi menyala memberi cahaya jalanan supaya tak membahayakan pengendara di malam hari. Namun malam ini semua lampu tak ada yang menyala satupun membuat Dev merasa heran.

Bunyi suara rem terdengar begitu keras dan ada sepeda motor melaju kencang berbelok menghadang mobilnya yang melaju pelan.

Dev masih terdiam di dalam mobilnya menatap siapakah pria itu yang saat ini sedang turun dari motornya dan melepas helm di kepalanya lalu bergerak mendekat ke sisi mobilnya dan mengedor keca pembatasnya dengan keras.

"Buka? Aku ingin membicarakan sesuatu kepadamu." Teriak pria itu yang masih belum di ketahui siapakah sosok itu yang begitu nekat menghadang mobilnya di jalanan gelap seperti ini.

Dev mencermati daerah sekeliling takut ada segerombolan temannya yang bersembunyi di sekitar untuk membegalnya dan mengambil mobil miliknya. Mengingat hal itu Dev bergidik ngeri dan tak menggubris teriakan pria itu yang terdengar semakin frontal.

Jemari Dev malah menstarter mobilnya dan ingin pergi dari daerah ini karena tak ingin hal apapun terjadi padanya. Tak di sangka, saat Dev melajukan mobilnya. Pria itu malah bertindak nekat melompat hingga berada tepat di depan mobilnya.

Dev mengernyit heran saat melihat wajah pria itu sangat jelas. Ternyata dia adalah calon suami Naya. Ngapain dia ada di sini?

"KELUAR!!! Atau aku bertindak nekad?" Tekan pria itu dengan wajah penuh amarah.

"Maaf aku tidak mengenal anda? Jadi silahkan minggir dari hadapan mobil saya." Ujar Dev yang di buat sesopan mungkin karena ia tak ingin membuat masalah dengan pria di depannya ini. Meski mereka tak saling mengenal.

"Keluar apa nggak? Aku yakin kamu masih ingat wajah ini bukan." Pancing Arfan seraya menunjuk wajahnya."Aku ingin membuat perjanjian yang bisa saja akan menguntungkan mu." Lanjutnya yang semakin membuat Dev tak mengerti dengan apa yang di katakan pria itu padanya.

Kalau dirinya nggak keluar juga pria itu tak akan pergi dari hadapan mobilnya. Tak ingin berbasa-basi lebih lama lagi, Dev akhirnya membuka pintu mobilnya dengan tatap wajah menatap Arfan yang saat ini juga berjalan mendekat ke arahnya."Apa mau mu? Kenapa bisa bertindak nekat seperti ini." Tanya Dev yang saat ini sedang menutup pintu mobilnya.

Arfan terkekeh."Jauhi Naya dan keluarganya?" Tegasnya.

Dev terkekeh dengan menggelengkan kepalanya pelan."Aku hanya bertemu dengan Dara saja, tak lebih dari itu." Jelasnya."Tanya saja sama Naya, apakah aku menemuinya?" Lanjutnya santai karena memang tujuannya adalah menemui dara setelah sekian lama tak bertemu.

"Apa aku salah menemui anakku sendiri?"

Arfan menggelang.

"Kamu tahu itu! Lalu tujuanmu menghadang ku di jalanan sepi seperti ini apa, apa nggak ada hal yang lebih penting dari ini?" Ejek Dev seraya menyilangkan kedua tangannya di dadanya.

Dan satu tinjuan keras Arfan mengenai rahang pria itu hingga ada darah segar yang mengalir di sudut bibirnya."Maksud mu apa?" Sentak Dev tak terima, dengan satu gerakan mampu membuat Arfan langsung tersungkur di hadapannya.

"Jangan main kekerasan seperti ini! Aku nggak suka, kalau ada masalah kita bicarakan baik-baik jangan pakek kekuatan seperti ini." Tegas Dev jongkok di antara tubuh Arfan yang masih tersungkur di pinggir jalan.

"Aku hanya memberi peringatan padamu supaya kamu tak menemui mereka lagi... Kamu ingat sebentar lagi Naya akan menjadi milikku!" Tegasnya mengkalim bahwa sebentar lagi Naya akan menjadi miliknya.

Dev hanya terkekeh."Sebentar lagi kan? Dan dia masih belum menjadi milikmu, Jadi aku masih ada sedikit harapan dong untuk merebutnya dari mu, meski harapannya setipis tisu." Ujar Dev santai namun terdengar sedang menantang Arfan saat ini.

"Jadi kamu masih mencintainya?" Tanyanya dengan raut wajah meringis kesakitan karena pukulan Dev begitu menyakitkan.

"Aku selalu mencintainya dan sampai kapanpun aku akan tetap mencintainya. Hanya saja waktu itu kalau mama merestui hubungan kami, mungkin saat ini kami sudah bersatu. Namun kejadian itu membuat kami memilih jalan lain dengan berpisah lagi. Hingga aku sadar aku tak akan pernah bisa hidup tanpanya. Tetapi saat papa kembali ke sini, beliau merestui hubungan kami.. saat aku datang ke sini, ternyata kamu lebih dulu melamarnya dan aku gak lagi bisa apa-apa tanpanya." Lirihnya namun lagi dan lagi terjangan Arfan begitu kencang memukuli tubuh Dev membabi buta.

Dev tak bisa mengelak dari pukulan Arfan karena ia tak sadar bahwa pria itu tengah memancingnya hingga tak bisa berbuat apa-apa."Aku akan menghabisimu, supaya bisa menjadikan Naya milikku seutuhnya tanpa ada kamu di pikirannya." Tawa sumbang Arfan saat melihat Dev tak berdaya di aspal jalanan.

Dev hanya bisa merintih kesakitan memegangi seluruh sendinya yang nyeri hebat karena pukulan Arfan terlalu kuat. Dia berusaha menetralkan nafasnya sebisa mungkin untuk bisa kembali bangkit dan membalas apa yang di lakukan Arfan terhadapnya.

"Aku nggak akan tinggal diam." Tekan Dev berusaha bangkit secara perlahan. Tatap matanya menatap murka pria di depannya yang berlagak angkuh.

Namun yang terdengar hanya sebuah kekehan seolah-olah malam ini adalah malam terakhirnya. Dev mendekat ke arah Arfan dengan langkah pincang seraya memegang dadanya yang terasa sangat nyeri. Tetapi ia berusaha bertahan untuk beberapa menit ke depan untuk membuktikan bahwa apa yang di katakan pria itu tak akan terjadi.

Jari telunjuknya menunjuk tepat di depan wajah Arfan yang masih menunjukkan senyum sinis terhadapnya."Apakah kamu layak di panggil ayah oleh Dara dengan kelakuan busuk mu ini?" Ucap Dev menahan rasa sakitnya di sekujur tubuhnya."Apakah itu pantas? Padahal aku sudah berusaha ikhlas karena Naya lebih memilih mu untuk menjadikan pendamping hidupnya demi Dara, tapi kelakuan busukmu ini membuat aku berfikir ulang dan tak akan pernah rela Naya bersanding dengan pria seburuk dirimu apalagi untuk gadis kecil ku." Jelasnya lagi dengan nafas ngos-ngosan.

Dan lagi-lagi Arfan kembali melayangkan pukulannya di rahang Dev hingga pria itu kembali tersungkur di tengah-tengah jalanan.

Namun saat itu juga ada dua wanita yang kini berlari dengan air mata yang mengalir deras saat melihat dengan jelas pertengkaran Dev dan Arfan di depan matanya.

"Stop!"

Jangan lupa vote dan komen di part ini.

Terima Kasih.

Takdir Cinta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang