Takdir Cinta [47]

173 8 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen cerita ini.

Selamat Membaca

Dari kejauhan Naya melihat kedua orang tua Dev sedang merenung di kursi tunggu yang berada di depan ruang inap pria itu.

"Kenapa terdiam? Ku harap kamu bisa memanfaatkan waktu yang telah di beri calon suamimu." Suara dokter Almara membuat Naya langsung menatap wanita cantik yang kini kembali mengingatkan tentang waktu penting yang di berikan mas Arfan."Dev saat ini sedang butuh kamu kedatangan mu, meski hanya lima menit, ku rasa waktu itu sudah lebih dari cukup."Ujarnya lagi.

Naya mengangguk dan mulai mengikuti dokter Almara yang saat ini sudah berjalan mendekat ke arah kedua orang tua Dev.

Bu Ratna langsung shock melihat kedatanganya bersama dokter Almara. Wanita paruh baya itu langsung beranjak berdiri menatapnya dengan kedua mata sembab di iringi lelehan air mata yang terus mengalir dari pelupuk matanya.

Saat Naya mencoba menanyakan keadaan Dev, tak di sangka Bu Ratna langsung merengkuh tubuhnya dengan isakan yang terdengar begitu menyakitkan. Hingga dia pun ikut menentukan air matanya.

"Maafin mama Nay? Mama nggak tahu kalau kamu sangat berarti bagi kehidupan Dev, maafin mama yang membuat hubungan kalian hancur hingga membuat Dev menjadi seperti ini." Ujarnya dengan isakan yang terdengar histeris.

Naya hanya bisa menggeleng, bahwa apa yang di katakan Bu Ratna tidaklah benar."Tidak Bu, ibu nggak bersalah. Akulah yang bersalah?" Gumamnya lirih seraya membalas perlukan erat itu.

"Ibu ingin kamu kembali bersama Dev dan ibu akan merestui hubungan kalian berdua." Ujarnya, lalu Naya mencoba melepaskan pelukan itu saat sadar mas Arfan bersama dara yang saat ini sedang tertidur di pundaknya kini mendekat ke arah mereka.

"Naya nggak akan pernah kembali bersama pria brengsek itu." Semua mata kini tertuju pada mas Arfan."Karena sebentar lagi kami akan menikah." Jelasnya lagi lalu mencoba menggenggam jemari Naya dan menarik wanitanya pergi dari tempat ini.

"Sayang waktu 5 menit sudah habis... Makanya aku susul kamu ke sini karena aku tak mau lagi kamu berurusan dengan mereka semua." Mas Arfan mencoba mengingatkannya dan menunjuk mereka semua yang ada di depannya.

Naya menatap sendu kepada mas Arfan."Tapi mas? Aku belum menemuinya, beri aku 5 menit lagi dan aku janji akan menepati semuanya." Pinta Naya penuh harap seraya menggenggam erat jemari pria itu untuk menyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Tapi?"

Naya mengedipkan kedua matanya sebagai tanda bahwa tak akan terjadi apa-apa dan dia juga berjanji akan menepati semua apa yang di ucapkannya.

"Aku janji mas." Ujarnya seraya mengacungkan jari kelingkingnya. Hal itu membuat Arfan mau tak mau menuruti permintaan calon wanitanya.

Dan akhirnya mas Arfan mengangguk mengijinkannya untuk pergi menemui Dev meski hanya lima menit."Hanya lima menit dan jangan lama-lama, kalau bisa jangan sentuh dia atau berbicara dengannya." Naya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya tak mengerti dengan sikap posesif yang di berikan pria itu padanya, sehingga membuat dia tak menggubris apa yang di ungkapkan mas Arfan. Naya langsung memasuki ruangan Dev.

Satu kata yang di dapatnya saat kedua kakinya sampai di ruangan sunyi itu seperti tak ada seseorang yang berada di sana. Kedua matanya menatap nanar pria yang kini terbaring di ranjang dengan kepalnya menatap kosong ke samping kiri sehingga tak menyadari kedatanganya.

"Selamat siang? Waktunya makan siang." Ujar Naya asal karena tak tahu apa yang ingin di ucapkannya. Dia juga tak mungkin berdiam diri mematung menatap tubuh lemah Dev yang gak kunjung menyadari keberadaanya, di sisi lain dia tak ingin membuang waktu terlalu banyak yang telah di berikan mas Arfan padanya. Waktu lima menit itu bukanlah waktu yang lama baginya sehingga membuat dia tak ingin menyia-nyiakan waktu emas ini karena menurutnya pertemuan ini adalah pertemuan yang terakhir kali dan mungkin tak akan lagi bisa bertemu lagi.

Takdir Cinta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang