Takdir Cinta [31]

167 8 0
                                    

Jangan lupa vote dan komentar sebanyak-banyaknya.

Tandain typoo yang berterbangan karena tak sempat mengecek ulang

Selamat Membaca




*****

Suara dentingan sendok dan piring menggema di ruang makan yang terdapat dua manusia berbeda umur yang sedang fokus dengan piring di depannya masing-masing.

"Sayang ... Pagi ini anterin mama  ke rumahnya almara ya dan sekaligus anterin dia ke rumah sakit." Ujar mamanya seraya memotong sandwich di piringnya.

Dev terdiam lalu berfikir sebentar."Kalau Dev anterin Almara, lalu mama ngapain di sana." Pikir pria itu menatap sang mama.

Bukanya menjawab, wanita paruh baya itu malah tersenyum senang dan bahagia."Ada aja lah? Yang penting kamu gak boleh tahu, ini rahasia mama." Dev melongo tak percaya.

"Ya, nanti deh, nanti Dev akan pikir- pikir lagi." Jawab asal putranya membuat sang mama melotot tak percaya."Kok nanti sih sayang, bentar lagi mama mau ke sana." Dengus mamanya. Dev hanya terkekeh geli menatap raut kecewa di wajah wanita yang sangat di cintai dan dihormatinya.

Dev memutar bola matanya malas."Lagian mama kalau di tanya jawabnya selalu rahasia terus." Cibirnya yang mampu membuat wanita paruh baya di depannya itu terkekeh menatapnya.

"Mama nggak mau tahu, yang penting saat ini kamu beres-beres dan anterin mama ke rumah almara." Titah mamanya tak terbantahkan sama sekali.

Hal itu membuat Dev kesal lalu beranjak pergi ke depan untuk menyalakan mesin mobil di garasi, setelah berhasil menyalakan mobilnya Dev membiarkan mobil miliknya menyala, dia duduk santai di kursi dekat taman kecil yang berada di rumahnya. Saat menyalakan ponselnya dia tak sengaja membuka pesannya dengan Naya yang mampu membuatnya tersenyum sendiri. Kok jadi kangen ya sama dia.

Tanpa pikir panjang, Dev menekan nomor Naya hingga berubah menjadi tampilan panggilan dan langsung menempelkan ponselnya di telinga. tak lama kemudian panggilannya terangkat dengan cepat dan suara pertama kali yang menyapanya mampu membuatnya tersenyum bahagia di pagi hari.

"Halo om anteng? Om anteng angen ama ala ya." Sapa dara yang mampu membuat Dev terkekeh geli dengan tingkah gadis kecilnya.

"Iya donk, Om kangen banget sama Dara." Balas Dev tersenyum dengan sendirinya saat membayangkan ekspresi Dara saat mendengar suaranya.

"Kapan om ke sini lagi? Ala gak sabal pengen ketemu om anteng." Celotehan gadis kecilnya itu mampu membuat dirinya semakin merasa bersalah, seharusnya dia selalu berada di sisinya dan dimana pun keberadaan mereka. Namun nyatanya dia malah
lebih asik dengan kehidupannya sendiri tanpa mencari tahu tentangnya. Mungkin inilah karma baginya dan dia harus rela bahwa dara tak mengenalnya sebagai ayah kandungnya.

"Telepon dari siapa sayang? Kok mama gak di panggil." Sebuah suara yang masih berasal dari panggilan teleponnya membuat dia sadar dari lamunannya.

"Dali om anteng ma? Atanya om anteng lagi kangen Ama ala." Jelas gadis kecilnya itu yang mampu membuat Dev tersenyum getir, ingin sekali dia pergi ke sana dan memeluk erat gadis kecilnya dan mengatakan bahwa dia adalah ayah kandung yang selama ini di rindukannya, tetapi dia gak ada sedikit pun nyali baginya. Entahlah dia merasa tak pantas di panggil ayah oleh dara dan berharap suatu saat nanti nayalah yang menceritakan semua itu pada gadis kecilnya. Ya, memang dia merasa tak ada hak atas itu, meski darahnya lah yang mengalir di tubuh mungil itu.

"Ada apa Dev? Kok tumben telpon pagi-pagi begini." Terdengar suara yang bersalah dari wanita yang sangat di cintainya ini mampu membuat dirinya mendelik. Masa iya dia gak boleh menelponnya, apalagi kemarin baru saja balikan.

Takdir Cinta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang