Takdir Cinta [37]

147 7 0
                                    


Hay?
Akhirnya bisa kembali update lagi.

Sebenarnya part ini udah ada beberapa hari lalu, namun karena lagi terkena radang tenggorokan jadi buat ngelanjutinya sedikit ngaret karena tak bisa berfikir untuk part lanjutan.

Dan

Alhamdulillah, hari ini bisa kejar target bisa kembali nulis beberapa kata, meski jemari ini sampai kesemutan karena nulis part ini hingga selesai.

Jadi, jangan lupa beri vote dan komentar di part ini, supaya bikin semangat untuk kembali ngelanjutin part depan.





S E L A M A T M E M B A C A

*****

Suara bunyi ketukan keyboard menggema di meja kerja minimalis di iringi kelincahan jemari yang menari-nari di atas keyboard untuk mengetik beberapa kata penting dengan wajah fokus menatap layar komputer yang menyala terang menampilkan dokumen penting yang terlihat jelas sebelum dia print dan di serahkan kepada atasannya.

Fokus Naya sedikit teralihkan saat beberapa kali Dev keluar masuk dari ruangannya untuk mengambil sesuatu di pantry belakang kantor yang hanya berjarak satu lantai dari meja kerjanya. Pria itu terlihat menatapnya sesaat tetapi tak berniat untuk sekedar basa-basi menyapanya.

Sejak kejadian kemarin di rumahnya Dev sesekali menghubunginya dan hanya sekedar menyapanya lalu bertanya tentang dara. Itu saja yang di tanyakan pria itu tanpa mengatakan perihal apa yang sedang terjadi saat di rumahnya.

Sejak semalam Naya berfikir lebih panjang tentang masa depannya bersama gadis kecilnya dan juga Dev. Semua perkataan mantan ibu mertuanya membuat dia berfikir keras dan mencerna apa maksud yang di katakan wanita paruh baya itu. Meski hatinya terasa tersayat saat beberapa kata yang melukai hati kecilnya, namun semua itu terasa menguap begitu saja, saat tawa gadis kecilnya yang selalu menceritakan dirinya saat berada di rumah itu.

Dara mengatakan bahwa gadis kecilnya itu merasa begitu nyaman di sana, dia juga berkata bahwa Om antengnya selalu menuruti permintaan yang dia mau, Bahkan saat dara tak meminta Dev pun membelikan apa yang di inginkannya tanpa bertanya kepada gadis kecilnya. Mungkin pria itu begitu mengasihi dara dengan kasih sayang besar yang tak dia beri selama pria itu menyia-nyiakan waktunya selama ini.

Naya pasti berfikir tentang itu, tentang gimana keantusiasan pria itu saat dia begitu mudah mengizinkannya untuk membawa dara pergi untuk pertama kali ke rumahnya dan mengenalkannya kepada mamanya bahwa selama ini dia memiliki putri yang lucu dan menggemaskan.

Namun reaksi mamanya membuat Naya merasa begitu kecewa dan marah saat ada yang mencoba menguarkan rasa benci pada gadis kecil yang tak lain adalah cucunya sendiri, bahkan wanita paruh baya itu menuduh bahwa dara adalah bukanlah anak kandung Dev dan mengira bahwa dia adalah anak pria lain. Karena itulah semalaman Naya tak memejamkan kedua matanya sedikitpun sehingga membuatnya pagi ini saat bekerja rasa kantuk menyerangnya begitu kuat.

"Makan siang bersama yuk?" Naya langsung tersadar saat ada suara yang tiba-tiba membuat dia sedikit berjingkat terkejut.

Kepalanya mendongak ke atas dan kedua matanya mendapati sosok jangkung berdiri di depan mejanya dengan raut wajah lelah, kemejanya yang tadi pagi tampak terlihat tapi kini terlihat sudah acak-acakan tak karuan. Kedua lengan kemejanya sudah di singsingkan ke atas. Tatap matanya menatapnya dengan tatapan sendu tanpa ada kata yang terucap selain sapaan yang dilontarkan untuknya mengajak makan siang bersama.

Takdir Cinta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang