Takdir Cinta (22)

204 14 2
                                    

Hufft, akhirnya bisa kembali update, meski malam-malam begini.


Sebenarnya otak lagi buntu tak berfikir apalagi ngembangi cerita jadi sedikit ngaret, padahal sudah berhari-hari gak update tetapi udah ada sekitar 1k kata di draf padahal kan di tambah sedikit lagi bisa kan, tetapi mau gimana lagi pikiran gak ada mood buat nulis ya jadi ngaret sedikit lama.

Tapi tadi sekitar jam 8 malam coba ngetik perlahan, akhirnya mood nulis kembali datang, eh malah keterusan hampir 2K kata lebih.


Jadi jangan lupa beri vote dan komen di setiap part cerita ini ya, untuk menambah rasa semangat buat nulis dan bisa update tepat waktu.




Terima kasih.

Setelah selesai menerima panggilan dari Dara, Naya langsung bergegas menuju ruangan Dev. Wanita itu menepuk dahinya pelan karena tadi ia tak sempat bertanya dimana ruangan inap Dev pada keenan. Kenapa kamu bisa seceroboh ini sih. Naya terus berjalan melewati beberapa koridor rumah sakit untuk mencari ruangan Dev, namun ia tak kunjung mengetahui dimana ruangan pria itu berada.

Bahkan ia seperti seorang wanita penguntit yang mengintip di beberapa ruangan untuk mencari keberadaan ruangan inap Dev. Untunglah tak sengaja kedua matanya mendapati sosok yang begitu di kenalnya sedang mengobrol dengan dokter Almara, dokter kandungan yang dulu menjadi tempat konsultasinya saat ia mengandung hingga Dara lahir ke dunia.

Dia adalah mamanya Dev, yang saat ini sedang berjalan bersama dokter Almara menuju ke sebuah ruangan VIP yang tak jauh dari pandangannya. Naya mendekat ke ruangan itu setelah pintu ruangan itu tertutup rapat, kepalanya sedikit mendongak mengintip di antara sela-sela ventilasi jendela ruangan.

Benar di sana terlihat Dev berbaring di ranjang rumah sakit dengan pakaian khusus pasien. Lega, hatinya saat ini benar-benar lega. Setelah mengetahui bahwa keadaan pria itu saat ini sudah di katakan cukup membaik terlihat dari suara yang di keluarkan cukup keras sehingga terdengar hingga ke daun telinganya.

Beberapa saat ia terdiam bersandar di antara dinding berkeramik kehijauan untuk mendengar obrolan ringan sebelum ia memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan itu. Meski, ada sedikit rasa risau saat berjumpa dengan mamanya Dev untuk pertama kalinya sejak perceraian.

Obrolan di ruang inap Dev semakin terdengar sedikit menegang saat Tante Ratna membahas masa kecil antara Dev dengan dokter wanita itu. Naya berusaha menguatkan hatinya untuk mengintip kembali keadaan di ruangan itu, terlihat saat ini Keenan sudah duduk di sofa. Ya, mungkin tak mengerti dengan obrolan yang sedang mereka bicarakan antara anak ,ibu dan juga wanita cantik yang berusaha menjomblangi putranya dengan seorang wanita sukses yang tak lain adalah teman masa kecilnya.

"Apaan sih mama ini? Bikin malu aja."
Terdengar suara Dev berusaha mengingatkan supaya mamanya tak membongkar aibnya terlalu dalam.

"Kalau mengingat masa kecil kalian itu gemes banget. Bahkan dulu mama mengira kalian adalah jodoh di masa yang akan datang, dan sekarang kalian bertemu di saat kalian berdua masih sendiri dan belum memiliki pasangan masing-masing." Lagi-lagi Tante Ratna mencoba mengingatkan masa lalu mereka untuk membuat Dev semakin teringat ke masa kecilnya.

"Mah?" Terdengar suara Dev yang terdengar memohon untuk membuat mamanya berhenti tak lagi membicarakan masa lalunya.

Tetapi semua itu sia-sia saat Tante Ratna kembali menanyakan sesuatu yang mampu membuat hatinya semakin merasa tak terima tetapi tak bisa bertindak apa-apa selain berdiam diri mendengarkan semua obrolan mereka di dalam sana.

Takdir Cinta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang