『Ⓗ︎Ⓐ︎Ⓟ︎Ⓟ︎Ⓨ︎ Ⓡ︎Ⓔ︎Ⓐ︎Ⓓ︎Ⓘ︎Ⓝ︎Ⓖ︎』
Tahun ketiga di sekolah menengah atas Kunci Biru.
Nampak wajah-wajah ceria para siswa menyambut hari pertama mereka masuk di tahun terakhir mereka sekolah.
Nampak pula seorang laki-laki bersurai pirang dengan beberapa helainya berwarna biru tengah berjalan menyusuri tiap loker untuk mencari nama seseorang.
Di tangannya, ia bawa satu batang cokelat dan secarik surat yang tersimpan di dalam amplop.
Langkahnya berhenti ketika batu safir miliknya menemukan nama yang sedari tadi ia cari. Melihat ke kanan dan ke kiri, memastikan tiada orang yang berjalan disana, ia a kemudian membuka loker tersebut. Menyimpan cokelat dan secarik surat itu di dalam sana dan menutup kembali usai dari itu.
Tersenyum tipis, Kaiser menutup kembali loker itu. Memang ia salah memendam perasaannya dari tahun pertama, namun jika ingin mengakuinya langsung pada gadis itu, rasanya ia tak pantas mengatakannya.
Tanpa disadari olehnya, ada satu orang laki-laki bersurai cokelat muda dengan ujung-ujung rambutnya berwarna ungu. Visualnya berjalan mendekat ke tempat berdirinya satu objek di sana.
"Dor!" satu ucapan dengan nada sedikit naik membuatnya tersentak dan menoleh ke belakang.
"Apa yang kau lakukan Kaiser?" tanya laki-laki itu dengan senyumannya yang tak pernah hilang.
Laki-laki bersama Kaiser itu mendecih. "Udah gue bilang jangan ganggu gue bangsat," jawabnya dengan nada kesal.
Laki-laki itu- Alexis Ness, tertawa pelan melihat perilaku temannya yang dari tahun awal tak pernah berubah.
"Ahh maaf kan aku. Oh iya, aku ingat kau belum ku beri satu tantangan pada mu." Kata-kata yang keluar dari mulutnya mengundang rasa penasaran di benak Kaiser.
Kaiser terdiam sejenak. Hari kemarin ia ingat, ketika klub sepak bola mengadakan permainan truth or dare dan saat itu ia belum terpilih dan membuatnya mau tak mau harus di pilih.
Saat itu ia memilih untuk di beri tantangan. Namun tak sempat lantaran pelatihnya, Ego Jinpachi datang lebih awal dari perkiraannya.
"Apa tantangan lo?"
Ness tersenyum hingga matanya menyipit. "Ini sangat simpel. Cukup kau miliki gadis yang kau sukai dan berpacaran dengannya selama satu tahun."
Kedua matanya melotot mendengar tantangan yang di berikan oleh Ness. Ia hendak berbicara, namun Ness memotongnya.
"Kalau kau tak mau melakukannya, maka posisi mu akan ku rebut," ucapnya dengan senyuman di bibirnya.
Kaiser terdiam dengan kedua matanya yang menatap nyalang Ness. "Kenapa harus dia? Kenapa gak cewek lain?"
Ness memiringkan kepalanya dengan jari telunjuknya menempel pada permukaan bibirnya. "Bagaimana yaa~, tapi aku ingin kau merasakan bagaimana rasanya tak pantas untuk seseorang."
Badan Ness menjadi berputar dan membelakangi Kaiser. "Dan juga, rasakan bagaimana kau berjuang untuk mendapatkan hati seorang gadis yang memiliki trust issue."
Usai mengatakan itu, Ness pergi meninggalkan Kaiser yang masih berdiri di depan loker milik gadis pujaan hatinya.
Kaiser diam bergeming. Perkataan Ness sebelumnya bersuara di dalam benaknya. Ia bimbang mau menerimanya atau tidak.
Jika memang ia tidak mau melakukannya, posisinya dalam permainan bola akan di rebut olehnya. Dan jika memang ia melakukannya, ia merasa tak pantas untuk memilikinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐫𝐨𝐮𝐛𝐥𝐞 𝐌𝐚𝐤𝐞𝐫 : 𝐌. 𝐊𝐚𝐢𝐬𝐞𝐫 [ 𝐄𝐍𝐃 ]
Fanfiction[ Completed ] ❝𝐊𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐠𝐮𝐞, 𝐥𝐨 𝐠𝐚𝐤 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐡 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚❞ -𝖬𝗂𝖼𝗁𝖺𝖾𝗅 𝖪𝖺𝗂𝗌𝖾𝗋 ❝𝐁𝐚𝐜𝐨𝐭 𝐥𝐨, 𝐜𝐨𝐰𝐨𝐤 𝐤𝐞𝐠𝐚𝐭𝐞𝐥𝐚𝐧❞ ☁︎ Berawal kisah dari sebuah rasa penasaran Kaiser yang membuat m...