♪ 𝔗𝔴𝔢𝔫𝔱𝔶 𝔑𝔧𝔫𝔢

1K 153 16
                                    

『Ⓗ︎Ⓐ︎Ⓟ︎Ⓟ︎Ⓨ︎ Ⓡ︎Ⓔ︎Ⓐ︎Ⓓ︎Ⓘ︎Ⓝ︎Ⓖ︎』

Dua tahun telah berlalu. Mengukir banyak kisah dan perjalanan di dalam sana. Hari, minggu, bulan, dan tahun yang berganti pun, meninggalkan banyak cerita di sana.

Disini, kita lihat sosok gadis yang sudah menginjak kepala dua tengah duduk di balkon apartemen sembari menikmati langit malam bersama satu botol anggur merah.

Rambut panjang indahnya tergerai bebas dan bergoyang mengikuti irama angin yang berhembus.

Asap rokok berterbangan bebas ke angkasa. Wangi khas tembakau tercium oleh indera penciumannya itu.

Tangan lentik itu kemudian meraih gelas yang berisikan cairan merah pekat. Meneguknya hingga tandas dan mengisinya kembali.

Hingga suara pintu yang di buka secara paksa membuat ketenangannya terusik.

Kepalanya menoleh ke sumber suara. Iris teal miliknya menatap seorang perempuan bersurai pirang yang sedikit bergelombang tengah berdiri di ambang pintu.

"Kau!" Perempuan itu menjeda ucapannya. "Sudah ku katakan jangan terlalu banyak minum!"

Perempuan itu berjalan mendekat. Meraih botol wine itu dan mengambil paksa batang rokok dari mulut perempuan bersurai hitam itu.

"Kau menganggu, Kak Aika," ucapnya mendengus kasar.

Perempuan itu- Aika, berdecih. Ia kemudian melempar berkas-berkas yang ia bawa ke atas meja, lalu duduk di depan perempuan itu.

Melipat kedua tangannya di depan dada, Aika menatap dalam sang lawan bicara. "Ku tanya dirimu. Mau bermain di liga internasional tidak?"

Hendak saja perempuan itu berbicara, namun Aika kembali menyelanya. "Jawab iya atau tidak, dan jangan memberikan banyak alasan," ucap Aika penuh penekan.

Gadis itu tertawa pelan. Ia kemudian mengambil satu batang rokok kembali dan membakar ujungnya menggunakan korek api. Menyesapnya dan menghembuskan asanya ke udara.

"Berani membayar berapa kalian?" tanyanya sembari menyilangkan kakinya.

Iris cokelat muda miliknya berputar jengah. "Aku berikan berkas ini untuk kau baca bodoh, bukan sebagai pajangan," ujar Aika dengan tatapan sinis.

Terkikik geli sembari meraih berkas yang diberikan oleh Aika, lalu membacanya. Dengan benar ia membaca tiap baris dan paragraf. Meneliti dan mengolah tiap-tiap kata yang tersaji dalam lembaran itu.

Hingga nama dan nominal uang tercantum disana, ia berhenti membacanya. Menyimpan lembaran kertas itu, lalu beranjak dari duduknya untuk mengambil pena dan kembali ke tempat.

Aika memperhatikan gerakan gadis yang tengah menandatangani berkas tersebut. Ketika ujung pena terangkat, tangannya langsung meraih lembaran kertas itu.

"Puas dengan bayaran mu?" Ia melayangkan tatapan tajam padanya. Sedangkan yang ditatap membalasnya dengan tatapan rendah.

"Cukup, bahkan sangat cukup." Gadis yang menjadi lawan bicaranya itu menumpu wajahnya di atas kedua tangannya. "Tapi aku tanyakan satu hal padamu. Kenapa berani sekali kalian membayar ku dengan bayaran yang mahal itu?"

Senyuman penuh paksaannya tak pernah lupa terpatri di bibirnya. Juga asap rokok yang keluar dari dalam mulutnya.

"Karena kami tahu kau kau punya performa yang bagus ketika bermain. Dan faktor kedudukan mu sebagai pemain voli nomor dua di dunia," jelas Aika.

Gadis pemilik lautan hijau itu nampak berfikir sejenak. Ia baru ingat selama berkarir menjadi pemain voli di organisasi White Eagle, kedudukannya semakin bergerak lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya ketika masih menduduki bangku sekolah.

𝐓𝐫𝐨𝐮𝐛𝐥𝐞 𝐌𝐚𝐤𝐞𝐫 : 𝐌. 𝐊𝐚𝐢𝐬𝐞𝐫 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang