♪ 𝔖𝔢𝔳𝔢𝔫𝔱𝔢𝔢𝔫

1.3K 193 12
                                    

『Ⓗ︎Ⓐ︎Ⓟ︎Ⓟ︎Ⓨ︎ Ⓡ︎Ⓔ︎Ⓐ︎Ⓓ︎Ⓘ︎Ⓝ︎Ⓖ︎』

"Kita bertemu lagi, sayang."

Suara khas seorang Kaiser menyapa pendengarnya. Memberikan sebuah pertanyaan di benaknya.

"Apa?" mulut gadis itu refleks berucap seperti itu dengan wajah datarnya.

Sang kakak yang berada di sampingnya membuat muka sembari berdecih. Menyembunyikan rasa kesalnya ketika melihat wajahnya.

"Ikut gue," ucapnya dengan tangannya yang hendak meraih lengan gadis di depannya. Tapi sesegera mungkin di tepis oleh Sae.

"Berani lo megang adek gue?" Sae menatap nyalang objek di depannya. Sang kakak kemudian maju ke hadapan sang adik untuk melindunginya sebagai tameng.

Kaiser menyunggingkan senyum miringnya. Tangannya kemudian menyilang di depan dada. "Oh maaf kakak ipar. Ku kira dia bisa aku pegang dengan seenak jidat ku," ucapnya yang membuat kening Sae mengerut heran.

"Pergi lo sialan. Gak usah deketin adek gue lagi." Sae berucap penuh kebencian pada Kaiser.

Perasaannya begitu kesal dan selalu ingin marah ketika bertemu dengan sosok Kaiser. Ketika ia tahu laki-laki berdarah Jerman itu menjalin hubungan dengan adiknya, ia selalu menyimpan rasa benci pada Kaiser. Mengingat perilakunya yang selalu berganti-ganti gadis di tiap saat.

"Maaf, tapi aku ada urusan dengan adik mu," ucap Kaiser sembari melepaskan kedua tangannya yang sebelumnya tersimpan di depan dadanya.

"Tidak ada ac-"

"Kak, izinin aja. Lagian kan dia cuman ngobrol ataupun ada sesuatu penting sama adek," ujar sang adik menyela ucapannya.

Sae membuang nafas kasar. "Yasudah. Kalau ada apa-apa langsung telepon aja."

Sang bungsu Itoshi itu mengangguk pelan. Kemudian tubuh sang kakak pergi dari hadapannya. Membuat sosok Kaiser kembali terlihat di matanya.

Gadis itu kemudian meraih tas yang di bawa oleh sang kakak sebelumnya. "Adek langsung bawa aja Bang. Biar nanti beres sama Kaiser, Adek langsung ganti baju."

"Hmm," jawabnya. Laki-laki itu kemudian melenggang pergi meninggalkan parkiran yang kini menyisakan (Name) dan Kaiser di sana.

Tak lama kemudian, kedua insan berbeda gender itu ikut pergi meninggalkan parkiran dan mulai memasuki gedung olahraga tersebut.

Atensi para penghuni di tiap lorong-lorong beralih kepada dua insan yang tengah berjalan beriringan itu.

Sesekali hijaunya lautan itu melirik para peserta yang tereliminasi. Juga menatap lapangan yang menampakkan peserta yang tengah bertanding.

Hingga sebuah tarikan tangan membuat tubuhnya masuk ke dalam interior kamar mandi. Tubuhnya yang mungil tersudut pada dinding kamar mandi. Hendak mulutnya berteriak, namun sebuah tangan membekap mulutnya.

"Jangan berisik," ucap Kaiser sembari melepaskan telapak tangannya pada mulut sang gadis.

"Mau apa lo?" tanya sang gadis ketika mulutnya kembali terbebas.

Laki-laki itu tak menjawab. Tanpa aba-aba kepala miliknya terjatuh mengenai bahunya yang mungil. Yang dari jauh pasti akan terlihat seperti ibu jari dan jari kelingking.

Kedua tangannya kemudian melingkar pada pinggang rampingnya. Membuat tubuhnya bertabrakan dengan tubuh kekar milik Kaiser.

Kaiser mendusel-dusel di leher sang gadis. Anak rambutnya yang menggesek permukaan kulitnya menimbulkan rasa geli yang tak tertahan.

𝐓𝐫𝐨𝐮𝐛𝐥𝐞 𝐌𝐚𝐤𝐞𝐫 : 𝐌. 𝐊𝐚𝐢𝐬𝐞𝐫 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang