♪ 𝔑𝔦𝔫𝔢𝔱𝔢𝔢𝔫

1.2K 194 20
                                    

『Ⓗ︎Ⓐ︎Ⓟ︎Ⓟ︎Ⓨ︎ Ⓡ︎Ⓔ︎Ⓐ︎Ⓓ︎Ⓘ︎Ⓝ︎Ⓖ︎』


(Name) menyeka keringatnya kasar. Nafasnya memburu dengan langkahnya yang berlari kesana-kemari untuk mencari beberapa celah untuk menyerang.

Matanya yang tajam itu melirik ke seluruh bagian lapangan lawan yang terlihat tiada celah baginya untuk menyerang.

Pandangannya tak pernah luput untuk menatap gadis blasteran Jepang-Inggris itu. Dia memiliki pergerakan dan refleks yang cepat dalam responnya.

"Karla...." Gadis itu berucap dengan nada datar.

Karla Adaline. Gadis berambut pirang yang menjadi rivalnya sejak dari kelas satu sekolah menengah pertama.

Otaknya sebelas dua belas dengannya. Cerdik dan licik, jangan ditanya. Keduanya adalah perpaduan yang nekat jika di satukan.

"(Name)! Terima ini!" Naeva berteriak sembari memposisikan dirinya di sebelah ujung net dengan ancang-ancang memberikan umpan padanya.

Gadis yang di panggil namanya itu langsung berlari, lalu menumpu kedua kakinya sebelum akhirnya melompat untuk memberikan smash.

Namun sayang. Lagi-lagi ia gagal memberikan poin untuk tim-nya. Bola yang ia smash ternyata dapat di blokir, yang pelakunya tak lain adalah Karla.

"Anjing," umpatnya kesal.

Saat itu suara peluit berbunyi dan waktu di set pertama telah habis. Set pertama ini di menangkan oleh tim lawan.

Tatapan kedua orang itu saling beradu sekilas. Karla menyinggungkan senyuman liciknya sembari mengangkat kedua bahunya.

"Baru pemanasan. Jangan keliatan lemah di depan gue, (Name)," ucap Karla sembari berjalan keluar dari lapangan voli.

(Name) berdecih sebelum akhirnya ikut meninggalkan lapangan untuk menepi melakukan time out.

Dengan wajah masamnya ia menepi dan memilih untuk berdiri di sebelah sang pelatih yang kini tengah menyampaikan strategi barunya.

"(Name), kau selama dua set dilarang untuk bermain. Dan kau Naeva, gantikan posisi (Name) yang sebagai tosser."

"Lalu kau Zeva, gantikan middle bloker, dan kau Haruka, bermainlah di posisi wing spiker bersama Azumi dan Hizaki." ucap Aika pada empat gadis bersurai cokelat tua dan hitam itu.

"Dan Reina. Sebagai libero, kau harus perhatikan baik-baik bola dan benar-benar menjaga lapangan." Aika menunjuk gadis bersurai abu-abu panjang itu.

"Lawan kali ini lumayan berat bagi kalian. Perhatikan baik-baik, jangan sampai kalian lengah dengan mereka semua."

Usai penjelasan sekilas itu, mereka semua kembali berkumpul di lapangan tanpa adanya (Name) disana. Gadis itu hanya diam di bagian bangku pemain cadangan.

Ia sudah dapat menebak di babak final ini ia tak akan bermain full set karena ada satu lawan yang pastinya membuat kewalahan. Hal itu mempengaruhi kinerja otaknya dan mampu membuatnya hanya diam sepanjang waktu berjalan.

𝐓𝐫𝐨𝐮𝐛𝐥𝐞 𝐌𝐚𝐤𝐞𝐫 : 𝐌. 𝐊𝐚𝐢𝐬𝐞𝐫 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang