『Ⓗ︎Ⓐ︎Ⓟ︎Ⓟ︎Ⓨ︎ Ⓡ︎Ⓔ︎Ⓐ︎Ⓓ︎Ⓘ︎Ⓝ︎Ⓖ︎』
Mentari perlahan mulai naik dari ufuk timur. Memunculkan cahaya yang menghangatkan pagi hari yang sebelumnya terselimuti kegelapan malam.
Suara burung berkicau terdengar merdu menyapa pagi. Juga, membangunkan sosok si bungsu Itoshi yang sebelum masih terlelap dalam mimpi indahnya.
"(Name), cepat pergi untuk mandi dan sarapan. Sebentar lagi kau harus berangkat untuk olimpiade," ujar sang sulung Itoshi sembari membuka tirai jendela di kamarnya.
Sudah satu bulan lamanya berlalu. Dan hari ini, merupakan hari dimana ia akan bertanding dengan ratusan siswa dari sekolah lain yang ternama di negara Jepang.
"Hmmm..."
Gadis itu masih setengah nyawa. Kemarin hari hingga larut ia habiskan untuk mengerjakan berbagai latihan dan membuat rangkuman untuk olimpiade hari ini.
Padahal tidur terlalu malam sangat berisiko untuknya yang akan menjalani kejuaraan.
"(Name), cepat. Nanti kau akan terlambat." Kali ini sang kakak menarik selimut yang menyelimuti tubuhnya dan melipatnya.
Namun hal itu tak membuat sang empunya tersadar dan malah turun dari ranjang dengan keadaan setengah nyawa.
Gadis itu berjalan menuju kamar mandi dengan handuk yang mengalung di lehernya. Meninggalkan kakaknya, Sae, yang tengah membereskan kamar dan beberapa barang tambahan yang harus di bawa sang adik.
Terdapat dua tas yang akan di bawa oleh gadis itu. Satunya berisikan buku-buku dan satunya berisikan perlengkapan untuk kegiatan volinya.
Iris hijau laut laki-laki itu mengedar dan menangkap jersey milik sang adik yang masih menggantung. Buru-buru ia mengambilnya, melipatnya dan memasukkannya ke dalam tas.
Cukup selama lima menit ia habiskan di dalam kamar sang adik. Sae kini tengah membawa barang-barang adiknya untuk di simpan di ruangan tengah dan menyiapkan bekal sang adik.
"Bang," sang anak tengah memanggilnya.
"Hm?"
"Nitip cokelat buat (Name)," ucapnya sembari menyimpan sebatang cokelat yang di sana terdapat sebuah surat di atas meja makan.
"Masukin aja ke tas yang isinya buku-buku," titahnya yang di jawab helaan nafas berat.
"Males."
Saat itu terdengar pintu kamar mandi yang berderit. Menandakan sang penghuni telah selesai dengan ritual mandinya.
Menampakkan sosok (Name) yang berlari ke kamar dan terbalut dengan jubah mandi.
Kedua penghuni di ruang makan itu sempat menoleh dan menatap sang adik yang berlari terburu-buru. Bahkan hampir terjatuh bila tak ada pembatas tangga.
"Bang," Si anak tengah kembali memanggilnya.
"Apa?"
"Nanti ikut nonton?"
"Iya," jawabnya singkat. Dirinya masih fokus menyiapkan nasi goreng pedas kesukaan adiknya.
"Bareng ya?"
"Hmm."
Selanjutnya tak ada lagi perbincangan. Hanya ada suara alat masak yang saling bergesekan.
Dan saat itu (Name) datang. Membawa beberapa buku tambahan dan juga beberapa topik untuk menghangatkan suasana.
"Abang Saeee, jadwal olimnya diundur jadi jam sembilan pagi," ucap sang gadis memecah keheningan. Ia duduk di sebelah kakaknya yang berbeda sepuluh menit itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐫𝐨𝐮𝐛𝐥𝐞 𝐌𝐚𝐤𝐞𝐫 : 𝐌. 𝐊𝐚𝐢𝐬𝐞𝐫 [ 𝐄𝐍𝐃 ]
Fanfic[ Completed ] ❝𝐊𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐠𝐮𝐞, 𝐥𝐨 𝐠𝐚𝐤 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐡 𝐛𝐚𝐡𝐚𝐠𝐢𝐚❞ -𝖬𝗂𝖼𝗁𝖺𝖾𝗅 𝖪𝖺𝗂𝗌𝖾𝗋 ❝𝐁𝐚𝐜𝐨𝐭 𝐥𝐨, 𝐜𝐨𝐰𝐨𝐤 𝐤𝐞𝐠𝐚𝐭𝐞𝐥𝐚𝐧❞ ☁︎ Berawal kisah dari sebuah rasa penasaran Kaiser yang membuat m...