CHAPTER XXII

162 22 6
                                    

"Niki ada di rumah sakit sekarang, aku harus segera ke sana."

⭐⭐⭐⭐⭐

Seoul International Hospital

Tok..... Tok..... Tok.....

"Permisi Tuan, saya ingin mengantarkan makan siang." ujar seorang perawat yang baru saja masuk.

Tak ada sahutan apapun dari si pasien.

Sesekali ia melirik ke arah lelaki tampan berwajah pucat yang kini sibuk dengan laptopnya.

"Sudah puas memandangi wajahku?"

Perawat yang sejak tadi meliriknya segera bergegas untuk keluar.

"Tunggu!!!"

Perawat tersebut perlahan menoleh ke arah si pasien.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya perawat itu dengan suara yang begitu pelan.

"Panggilkan Dokter Nicholas ke sini."

"Baik, Tuan."

Dengan cepat si perawat langsung keluar dari ruangan yang menurutnya begitu menyeramkan.

Tak lama kemudian, Nicholas pun masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Ada apa adik kecil? Kau butuh sesuatu?" tanya Nicholas.

"Hyung!!!"

Tawa Nicholas kini memenuhi ruangan tersebut.

"Baiklah, kali ini aku akan bertanya dengan serius."

"Apa yang Tuan Nishimura Riki ini butuhkan?"

"Kapan aku bisa pulang?"

"Pulang? Kau saja baru dirawat selama 2 jam."

"Aku baik-baik saja, Hyung."

"Lihat wajahmu di kaca sekarang! Kau sudah seperti mayat hidup!"

"Aku hanya kurang tidur saja."

"Makan tidak teratur, jam tidur kurang, bekerja dari pagi hingga tengah malam. Kau ingin merusak tubuhmu?" sinis Nicholas.

"Kau tau sendiri aku terpaksa melakukan itu semua."

"Terpaksa? Tidak ada yang memaksamu untuk melakukan semua ini!"

Niki hanya terdiam tanpa balasan apapun.

"Mau sampai kapan?"

"Apa?" tanya Niki.

"Mau sampai kapan kau terus begini? Sudah 2 tahun, Niki. Tidak bisakah kau merelakannya?" lirih Nicholas.

Niki hanya tersenyum miris mendengarnya.

"Hyung."

"Kau tau apa penyesalan terbesar dalam hidupku?"

Tanpa sadar, kini setetes air mata mulai meluncur dari mata lelaki rapuh tersebut.

"Malam itu, seharusnya aku tidak meninggalkan dia sendirian."

"Itu takdir, Niki. Bukan salahmu!"

"Kau tidak pernah tau rasanya harus terjaga di setiap malam dan terus terbayang tentang rasa bersalah, Hyung."

Matanya kini memandang kosong ke arah gedung-gedung besar di luar sana.

Nicholas kini merasa menyesal karena sudah membahas masa lalu itu.

Seharusnya, ia tidak membahas hal tersebut di saat kondisi Niki sedang tidak baik-baik saja seperti saat ini.

"Lupakan saja apa yang tadi aku katakan."

My Fault's | HEESEUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang