7

254 53 5
                                    

"Jadi, tato apa yang tadi kamu perlihatkan ke orang itu sampai membuat dia ketakutan?" Dae Han mengeluarkan pertanyaan yang sejak tadi mengusiknya begitu mereka sampai di studio yang sekarang juga menjadi semacam markas.

Ae Rae, Jae Min dan An Na yang masih ada di sana pun mendongak saat mendengar suara Dae Han. Rae Hyun lebih dulu menghempaskan pantatnya ke sofa dekat An Na.

"Tato apa?" Jae Min ikut bertanya, tampak penasaran.

"Ah, tadi kolektor yang mau membeli lukisan Dae Han mau menipu kami, lalu Yoo Shin menunjukkan tato dan orang itu ketakutan," jawab Dae Han, mengambil sepotong ayam goreng yang ada di meja.

"Menipu?" An Na menoleh ke arah Rae Hyun dengan satu alis terangkat tinggi.

"Dia cuma mau bayar dua juta won dari kesepakatan awal," sahut Yoo Shin menjelaskan.

"Dua juta won?" Ae Rae terkesiap kaget. "Tapi, bukannya kalian bilang lukisan itu terjual di harga dua puluh juta won?"

"Iya. Yoo Shin berhasil mengancamnya dengan menunjukkan tato itu. Orang itu janji mau mentransfer sisanya," sahut Rae Hyun.

"Coba kulihat! Tato apa sih?" Jae Min bangkit dari duduknya dan meraih lengan Yoo Shin. Semua orang berkumpul, kecuali An Na dan Rae Hyun. An Na bergerak menuju komputer Yoo Shin, sementara Rae Hyun memilih untuk menikmati ayam goreng.

"Sudahlah! Ini nggak penting!" Keluh Yoo Shin, mencoba menyingkir dari Dae Han, Ae Rae dan Jae Min yang penasaran. Meski begitu, Yoo Shin tidak menarik tangannya yang sedang di periksa oleh ketiga orang temannya.

"Shin, coba kamu hubungi nomer itu lagi," tiba-tiba suara An Na membuat perhatian mereka kembali teralihkan.

"Kamu khawatir orang itu melarikan diri, ya?" Tanya Rae Hyun.

"Kalian nggak bawa pulang lukisan Dae Han sebagai jaminan pembayaran, kan?" Balas An Na.

"Oh shit," guman Rae Hyun, pucat di sofanya.

Yoo Shin segera mencari ponsel dan menghubungi nomer kolektor yang baru saja mereka temui.

"Nomernya sudah nggak aktif," gumam Yoo Shin datar. Tak lama berselang, makian kasar memenuhi studio itu.

"Darimana sih kamu dapat nomer orang itu?" Jae Min memarahi An Na. "Karena kamu sembarangan memberi nomer klien, sekarang semuanya jadi begini! Bagaimana kamu mau tanggung jawab?"

"Yah, aku juga nggak mengira mereka bisa dibohongi dengan mudah," sahut An Na santai. Perempuan itu menoleh dari layar komputer dan memberi mereka pilihan. "Dae Han, kamu mau dapat lukisanmu atau sisa uangnya saja?"

"Kamu ada rencana?" Yoo Shin segera mendekati An Na, menilik layar komputer yang baru saja perempuan itu lihat.

"Rencana yang nggak menyenangkan," jawabnya, merengut ke arah Yoo Shin. "Sebaiknya aku dapat bantuan tanpa protes karena ini!"

"Apa?" Dae Han juga ingin tau.

"Kita akan bertamu ke rumah pribadi kolektor itu," ucap An Na.

"Kamu tau dimana rumahnya?" Tanya Ae Rae kaget.

"Dia adalah kontraktor yang cukup berhasil," ucap Yoo Shin, menyingkir sedikit agar teman-temannya bisa melihat informasi yang sudah An Na dapatkan.

Keempat orang lain bergantian melihat informasi itu dan mulai bersemangat. Mereka ingin membalas perlakuan klien pertama mereka.

"Jadi, apa rencananya?" Semua orang menatap An Na dengan sorot menunggu.

"Karena kita belum punya alat komunikasi khusus, terpaksa pakai earpod. Dan Jae Min, Rae Hyun, bisa buatkan efek kejutan? Aku agak nggak rela kalau orang itu cuma kehilangan uang dan lukisan. Dae Han, Ae Rae, aku harap kalian nggak keberatan menyusup sebagai pelayan? Shin, aku butuh kamu untuk --"

ACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang