Seperti biasa, bengkel keluarga Kim menjadi tempat Im Dae Han melarikan diri dari permasalahan hidupnya. Sebuah ruang di ujung bengkel yang di sewa sebagai studio seninya itu kini hanya terdengar suara ketikan keyboard dari sosok lelaki lain yang menekuni layar komputer.
"Kenapa lagi?" Teman Dae Han yang bernama Roh Yoo Shin itu bertanya setelah satu jam saling berdiam diri.
"Tau tempat jual lukisan palsu nggak? Yang berani bayar banyak?" Sahut Dae Han.
"Ke pasar gelap aja," sahut Yoo Shin pelan.
Dae Han menggelengkan kepala tidak setuju. "Setidaknya yang mau bayar 175 miliar untuk satu lukisan?"
Yoo Shin terbatuk dan menoleh kaget mendengar jawaban temannya itu. Dae Han yang menyadari tatapan Yoo Shin pun hanya bisa mengusap wajah kasar, mati-matian menahan air mata.
"Utang lagi, buat main judi," gumam lelaki itu, menjawab pertanyaan yang tidak terlontar dari teman akrabnya. Yoo Shin tidak mengatakan apa-apa, sama sekali tidak bergerak dari posisinya selama beberapa saat.
"Mau cari mafia atau semacamnya?" Tawar Yoo Shin kemudian. "Tapi lukisanmu harus mirip lukisan terkenal yang nilainya besar."
"Kira-kira lukisan kayak apa?" Dae Han bertanya, tertarik tapi memikirkannya dengan hati-hati.
"Dae Han! Bisa tidak kalau parkir itu yang bener?" Salah satu mekanik bengkel yang juga temannya tiba-tiba masuk sambil mengomel.
"Bisa nggak, kalau masuk itu ketuk pintu dulu?" Balas Dae Han menatap perempuan yang memakai baju mekanik dan rambut di cepol tinggi itu sabar.
"Tok! Tok!" Seorang lelaki yang memakai baju montir menyahut, berdiri di belakang perempuan itu sambil nyengir lebar. "Bro, tolong mobilnya di pinggirin. Ada towing mau masuk tapi nggak bisa," katanya.
"Mobilnya mogok, jadi nggak bisa di geser kemana-mana," sahut Dae Han.
"Ck! Kenapa beli mobil tua gitu, sih? Buang-buang uang buat biaya perawatannya tau, nggak?" Perempuan itu mengomel. "Dan ngerepotin!"
Dae Han tidak bisa menyahut selain mengangkat bahu. Itu adalah mobil peninggalan kakeknya, satu-satunya hal yang bisa menopang hidupnya selama ini. Meski benar kata perempuan itu, merepotkan dan butuh banyak uang untuk merawatnya.
"Hei! Hei! Ayo, kita dorong. Biar aku bantu betulin," kata montir lelaki, melambaikan tangannya pada Dae Han hingga membuat lelaki itu tersenyum.
"Terimakasih, Rae Hyun," ucap Dae Han tulus.
"Awas kalau nggak bayar!" Perempuan itu mengancam Rae Hyun saat Dae Han melewati pintu.
"Jae Min," suara Yoo Shin yang memanggil membuat perempuan itu menoleh sambil cemberut.
"Apa?" Tanyanya galak.
Yoo Shin kembali mengatupkan bibir dan menggeleng. Lelaki itu kemudian kembali menekuni komputernya hingga Jae Min mendengus dan pergi. Tidak lama setelah itu, suara ponsel yang berdenting sekali mengganggu konsentrasi Yoo Shin. Lelaki itu tersenyum membaca pesan yang di dapatnya, lalu mengikuti langkah Dae Han untuk membantu mendorong mobil teman baiknya itu.
Yoo Shin agak kaget melihat sosok mantan pacar Dae Han muncul di bengkel milik keluarga Jae Min. Situasi canggung pun sempat muncul diantara Dae Han dan perempuan itu saat Rae Hyun bertanya apakah mereka saling kenal? Jae Min yang juga ada di sana ikut memperhatikan meski Yoo Shin tidak yakin kalau perempuan itu mengenal Jung Ae Rae.
"Kenapa kamu ada disini?" Yoo Shin memecah suasana canggung itu dengan sebuah pertanyaan tanpa nada.
Jung Ae Rae menatapnya kaget sebelum menunjuk mobil yang diangkut oleh towing. "Mobilku mogok," katanya. "Padahal sebentar lagi kelasku mulai."
Yoo Shin merogoh saku celananya. "Dae Han," lelaki itu melemparkan kunci motor saat temannya itu menoleh. "Pakai itu untuk mengantarkannya."
"Apa? Kenapa aku?" Dae Han melotot pada Yoo Shin, yang dibalas dengan satu alis terangkat tinggi. Tanpa menjawab lebih, Yoo Shin balik badan sambil melambaikan tangan, kembali ke ruang studio Dae Han.
###
Yoo Shin kaget bukan main saat tiba-tiba Rae Hyun menerobos studio dengan wajah panik.
"A-ada debt collector nyari Dae Han," katanya sambil menunjuk ke area bengkel. "Dae Han belum pulang dari anter perempuan tadi! Gimana dong? Mau berantakin bengkel soalnya. Mana Jae Min nantangin lagi?"
Yoo Shin segera meninggalkan komputernya untuk menemui debt collector yang Rae Hyun sebut. Sekitar sepuluh orang lelaki berbadan besar memang sedang bersikap semena-mena pada mekanik bengkel sambil mencari Dae Han.
"Dae Han tidak ada disini," ucap Yoo Shin keras hingga para preman itu menoleh ke arahnya. "Silakan cari ke tempat lain."
"Kemana dia?" Salah satu preman itu bertanya.
"Gangnam, sedang bertemu orang untuk menjual lukisannya," jawab Yoo Shin asal. Para preman itu langsung saling pandang, kemudian salah satu di antara mereka mendekati Yoo Shin.
"Lokasi tepatnya?" Preman itu berusaha membuat Yoo Shin tertekan, tapi lelaki itu justru mengembangkan senyum.
"Hah! Berarti dia punya cukup uang! Ayo kita ke sana!" Pemimpin preman itu mengajak teman-temannya pergi.
Jae Min segera berlari ke arah Yoo Shin dan Rae Hyun begitu keadaan kembali aman.
"Kamu gila, ya? Gimana kalau mereka balik ke sini lagi karena nggak ketemu Dae Han dan malah ngamuk di bengkel?" Protes Jae Min, melotot galak.
"Mereka tau tempat ini aja udah aneh," jawab Yoo Shin tenang. "Biar aku yang urus mereka."
"Mau kemana?!" Cegah Jae Min saat Yoo Shin mulai beranjak.
"Memastikan mereka nggak ke sini lagi," jawab Yoo Shin tenang.
"Beneran gila? Nggak liat badan mereka sebesar apa? Dan satu lawan sepuluh orang?" Jae Min terdengar tidak terima.
"Cara nyingkirin mereka nggak cuma dengan berantem," kata Yoo Shin, melepaskan cekalan tangan Jae Min di lengannya.
"Kalau gitu, aku ikut!" Ucap Jae Min, membuat Yoo Shin menoleh." Rae Hyun juga!"
"Eh? Aku???"
Yoo Shin tidak mengatakan apa-apa, lebih memilih untuk menelpon Dae Han dan memastikan posisi lelaki itu. Dae Han masih setengah jalan mengantarkan Ae Rae ke kampus. Tanpa mengatakan masalahnya, Yoo Shin segera mematikan sambungan telepon dan memanjat naik ke salah satu mobil yang tersedia di bengkel.
"Yoo Shin sialan! Sembarangan saja pilih mobil milik customer!" Jae Min memaki, tapi ikut naik ke mobil yang dipilih Yoo Shin. Di belakangnya, Rae Hyun mengikuti sambil memasang ekspresi masam.
"Menurut kalian, dari mana para preman itu tau tentang bengkel dan studio?" Yoo Shin bertanya sementara Rae Hyun menyalakan mesin mobil.
"Orang tua Dae Han?" Rae Hyun menjawab asal.
"Orang tuanya tau kalau Dae Han punya studio seni?" Jae Min menyahut, penasaran.
"Bisa jadi, kalau mereka punya waktu untuk memata-matai kegiatan Dae Han," jawab Yoo Shin.
"Gila!" Dengus Jae Min menimpali.
"Kita ke rumah Dae Han lebih dulu," ucap Yoo Shin pada Rae Hyun.
###
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.