11

284 46 5
                                    

Jangan lupa vote dan komen!! 💓

###

"Kamu tau, Nona Manis? Aku nggak bisa masuk ke club ini dan menikmati semuanya, kalau hanya mengandalkan orang tua," Jae Min mendengar pria itu bicara dengan nadanya yang tidak jelas karena mabuk.

"Oh? Ini masalah uang? Aku nggak tertarik. Uangku sudah terlalu banyak sampai aku pusing mau dibuang kemana!" Sahut Jae Min, yang mendapat respon seseorang menahan tawa.

"Kebetulan! Bagaimana kalau kamu ikut permainan? Aku jamin pusingmu akan hilang!" Pria itu tampak bersemangat, sampai Jae Min ragu apakah pria itu benar-benar mabuk.

"Permainan apa?" Tanya Jae Min memancing.

Pria itu bergerak mendekati Jae Min. Napasnya yang bau alkohol nyaris membuat Jae Min muntah.
"Ikutlah denganku, aku akan membawamu ke sana!" Bisik pria itu. Wajah pria itu mulai tampak menyeramkan, terlebih saat tangannya menjamah tangan paha Jae Min. Bolehkah dia memukuli pria itu sekarang?

"Sepertinya minumanmu terlalu banyak untuk dihabiskan berdua. Boleh minta satu?" Jae Min mendongak kaget saat tiba-tiba mendengar suara An Na.

Perempuan itu mengenakan minidress dari merk terkenal, tubuhnya agak berkeringat karena baru saja dari lantai dansa. An Na memberi sinyal kepada dua wanita penghibur yang masih di sana untuk pergi kemudian duduk di sisi lain pria itu.

"Nggak masalah kan kalau aku join?" An Na kembali bersuara saat tidak ada yang menyahutinya. "Kalian sedang ngobrol apa?"

"Dia bilang, dia akan bantu aku untuk bersenang-senang. Katanya ada permainan, tapi aku nggak tau permainan apa itu?" Jawab Jae Min. Pria di samping Jae Min memicingkan mata pada An Na.

"Siapa kamu?" Tanyanya curiga.

"Yun An Na, kamu tau keluarga Yun?" Jawab An Na singkat. Pria itu langsung duduk tegak dengan mata membelalak dan mulut ternganga.

"Aku pernah mendengar nama itu dari atasanku," gumam pria tersebut.

"Atasan?" Sahut An Na, bersitatap dengan Jae Min selama satu detik.

"Ah, ya, itu," Pria itu langsung mengalihkan pandangan seolah tidak mau membahasnya.

"Soal permainan tadi, gimana?" Jae Min kembali bertanya. "Katanya mau membawaku ke sana? Tapi itu permainan apa?"

"Ohh... Disana banyak permainan," janji pria itu, menatap Jae Min lagi.

"Kasino?" Tebak An Na tenang.

"Kamu tau?" Sahut pria itu, terdengar kaget.

"Mana ada tempat bermain yang asyik bagi orang macam kami selain kasino? Terutama saat ingin membuang uang," jawab An Na enteng.

"Nona, saya akan mengantar anda ke kasino terbaik di Seoul," lelaki itu nyaris sepenuhnya sadar dari masuk ketika mendekati An Na.

"Ck! Kalau aku menang, itu akan semakin merepotkan," balas An Na mendecak. "Kamu tertarik?"

Jae Min terkekeh kecil, mengikuti alur yang dibuat oleh An Na.
"Sedari kecil aku sudah diajari judi oleh keluargaku. Benar-benar membosankan. Aku bahkan belum pernah kalah sekalipun," sahut Jae Min.

"Eh, disana terkenal dengan orang-orang yang jago. Bahkan ahli judi pun bisa kalah disana! Apa kalian nggak tertarik? Aku bisa membawa kalian ke sana malam ini," orang itu tampak seperti sedang menahan gembira karena berpikir telah menemukan dua sumber uang yang besar.

"Tapi kamu bilang tadi, kamu hanya anak buah, kan? Apa aku bisa bertemu dengan atasanmu kalau aku pergi ke sana?" Tanya An Na. "Hanya sebagai jaminan kalau pemiliknya nggak punya hubungan apapun dengan ibuku."

ACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang