Begitu kalap nya aran, dia membawa motornya dengan gila dan tiba'.....
BRUKK.
Motor aran menabrak truk yg sama' melaju dengan kecepatan tinggi.
Aran terpental agak jauh, tubuhnya sudah di penuhi oleh darah. Di tengah' kesadaran nya dia sempat mengucapkan nama istrinya.
Aran sudah di kerumuni oleh warga yg melihat kecelakaan itu. Dan di antara mereka ada teman' aran yg sedang menongkrong.
Flasback on.
"Weh do, lo kagak jemput cwe lo?" Tanya jidan.
"Nanti, cwe gua lagi ada urusan sama temen' nya" ucap aldo sambil menyesap kopi.
"Eh bro, liat tuh motor, itu bukan nya si aran ye?" Tanya zean.
"Lah iye, napa tuh dia? Bawa motor kek lagi kesurupan." Ucap jidan.
"Mungkin dia lagi bala..." blm sempat zean melanjutkan ucapan nya, sudah terdengar suara tabrakan.
Zean, jidan, aldo beserta anggota grandysky lain nya melirik, betapa terkejutnya mereka saat tau yg tabrakan itu adalah ketuanya.
"ARAN!" teriak mereka yg langsung lari mendekat kepada tubuh aran.
Flasback off.
"WOY! BAWA MOBIL LO ZEAN!" teriak jidan panik karna melihat tubuh aran yg sudah di penuhi oleh darah.
Zean mengangguk dan membawa mobilnya mendekati jidan. Jidan langsung menggendong aran dan membawa ke mobil milik zean.
Zean membawa mobil dengan kecepatan tinggi. Sedangkan anggota yg lain sedang mengawal mobil zean.
"Ran! Bangun, lo harus kuat bro, lo jangan lemah, lo jangan jadi pecundang kek gini!" Ucap jidan.
"Sabar ji, gw yakin si aran pasti kuat, dia kagak selemah itu" ucap zean walaupun hatinya juga sama' takut kehilangan ketua nya itu.
☆☆☆
Mereka sudah sampai di rs.
/skip sudah di periksa."Dok gimana keadaran boscil?" Tanya zean.
Dokter itu hanya diam, bukan karna tidak kenal yg di maksud mereka. Tetapi karna keadaan aran yg sangat miris.
"Apakah kalian sudah memberi tahu bu shani dan pak gracio?" Tanya sang dokter.
Ya, mereka lupa mengabari shani dan gracio. Mereka terlalu panik, hingga otak mereka tidak bisa di gunakan.
"Lebih baik kalian memberi tahu bu shani dan pak gracio serta istri nya mas aran terlebih dahulu" ucap dokter.
"Iya dok" ucap zean yg langsung mengeluarkan hp nya di dalam saku celana.
"Halo bund"
"...."
"Aran bund"
"....."
"Aran kecelakaan bund"
"...."
"Iya bund kita tunggu"
Tittt telpon di matikan. "Gimana zean?" Tanya jidan.
"Bunda sama papah, bakal segera kesini" ucap zean.
Mereka menatap nanar kepada ruangan yg diisi penuh oleh alat' besar, beserta aran.
Tidak ada satupun dari mereka yg berani melihat aran secara langsung, dengan alasan mereka takut menjadi lemah saat melihat ketuanya seperti ini.