***
Ayam berkokok saat aku terbangun di pagi buta. Tanpa ragu, kubuka jendela untuk menyaksikan pemandangan sekitar. Taman asoka nampak jauh, begitu pula dengan danau hitam yang membuat jantungku seperti mau jatuh ke tanah. Aku ndak tahu kenapa.
Dari sini dapat kusaksikan kabut yang berarak menutupi langit serta awan yang diiringi guntur.
"Dingin ..."
Siapa? Suara ... siapa? Kok tiba-tiba ada yang bicara? Di dalam bilikku kan hanya ada aku?
Bulu kudukku berdiri sampai membuatku mengusap-usap lengan dan tengkuk. Entah mengapa rasa curigaku jatuh pada anggrek putih yang kuletakkan di atas meja riasku.
Walau aku masih yakin bahwa tak ada seorang pun yang bisa membuat bunga berbicara, bagiku kejadian ini bukanlah kebetulan semata. Sebab terjadinya lebih dari satu kali, eh?
Aku jadi semakin sangsi saat melihat sesuatu muncul dan bertengger di kelopaknya.
Oh yha, benda itu tampak seperti gading gajah berukuran kecil.Sebentar, sebentar. Ada gading gajah di dalam bunga? HAH? Gimana? Masa iya, anggrek putih ini punya gading? Masa iya, nanti ada belalainya juga? Ndak masuk akal.
Meski jantungku tak berhenti berdebar, aku tetap beranjak menghampiri pot anggrek karena penasaran.
"Ini ... apa? Kayak kuku eh? Tiba-tiba muncul dari dalam bunga anggrek," kernyitku seraya menimbang-nimbang. Haruskah kusentuh gading gajah kecil ini, atau tidak?
Berbagai macam perasaan mengerubungi jiwaku. Ketakutan yang tak berdasar tertawa di atas gemetarku. Dalam batinku, aku meyakinkan diri bahwa kejadian barusan bukan pertanda buruk.
Angin dinginlah yang berhembus di tengkukku. Namun, aku sudah kepalang parno. Padahal, anggrek putih berpendar dalam gelap dan diselimuti oleh cahaya putih.
Yha, aku beruntung karena pada akhirnya pikiran-pikiran buruk itu berhasil kutepis dari kepalaku.
Lalu dalam sekejap aku teringat akan perjalananku dengan Suma Tikta tempo hari untuk mencari gua di gunung Padma.
Nggak terasa yho? Sekarang lho, kami sudah kembali ke tempat singgah masing-masing? Aku di kediamanku, sedangkan dia di penginapan seberang. Sebenarnya ndak ada masalah yang berarti semenjak kepulangan kami. Namun aku merasa bahwa anggrek putih pemberian Baning bukanlah untukku. Selain itu, bukankah Suma Tikta lebih membutuhkannya yho?
Aku tahu. Biasanya hal-hal kecil yang terjadi di hidupku cuman hadir untuk numpang lewat. Aku yha tertegun kok, karena aku masih mengingat salah satu jawaban dari puisi teka-teki yang kami temukan, yaitu anggrek. Anggrek Putih.
'Apa lebih baik bunga ini kuberikan saja, yha, pada Suma Tikta?'
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMA JINGGA
FantasiaMARI BERKELANA MENUJU DUNIA DONGENG. Di dalam buku usang ini, kamu akan bertemu dengan Dewa, bidadari, manusia, dan lainnya. Temukan AKU dan KAMU di sini, Suma. *** Sebuah roman komedi yang bikin sakit hati, "SUMA JINGGA." *** Semua orang yang ting...