|HAPPY READING|
Vote! Vote! Vote!
Avin terbangun, ia menatap sekelilingnya. Ia menghela nafasnya kasar saat dia masih ditempat yang sama.
Avin menatap pintu yang terbuka, seorang remaja terlihat memasuki ruangan.
"Kenapa lo ngga mati aja sih?" Gerutu remaja itu tanpa merasa bersalah.
"Mati?" Bingung Avin.
Avin tau bahwa ia bertransmigrasi, tapi ia tidak tau jika dikehidupan ini seseorang bahkan menginginkan kematiannya.
Hati Avin seolah tergores, dulu semua orang menyayanginya, bahkan disaat dirinya sendiri ingin mengakhiri hidupnya ia masih memiliki keluarga yang selalu mensupport dirinya agar tetap survive.
Disini Avin hanya sebatas tau bahwa ia bertransmigrasi dan disuruh jaga tiga keponakan pemilik tubuh.
Lah keponakannya aja ngga suka, ngapain dijaga?
"Kenapa? Takut mati lo?" Balas remaja itu.
Avin menggeleng, dari ingatan pemilik tubuh remaja itu bernama Sultan. Keponakannya yang kedua.
"Kata bang Nathan lo nanti harus pulang! Nih baju buat nanti lo pulang, gw buru-buru mau sekolah. Ngga akan ada yang jemput, nanti lo pulau sendiri!" Ucap Sultan sembari meletakkan paperbag dan beberapa lembar uang seratus ribu diatas nakas.
"Bye pembunuh!" Pamit Sultan kemudian meninggalkan ruang rawat Avin? Sekarang kita ganti menjadi Kala.
Sepeninggalan Sultan, Kala yang jiwanya diisi oleh Avin langsung saja meneteskan air matanya.
"Hiks... dasar manusia jahat! Ngga punya hati! Hiks... aku kan hiks... ngga ughhh..." Kala tercekat, ia meremat dadanya saat ia kesulitan menghirup oksigen.
"Tholongggh..." Kala berusaha menekan tombol darurat.
"Minimal kalo pindah jiwa tu ngga bengek lagi lah!" Ucapnya dalam hati merasa tertekan.
|KALVIN|
Kala memandang jalanan kota disore hari yang lumayan padat, diluar terasa cerah namun tidak dengan dirinya, suram.
Sebenarnya luka Kala ngga parah, dan sorenya ia bisa pulang sendiri. Tapi karena bengek, pihak rumah sakit mewanti-wanti agar pihak keluarga bisa menjemput.
Dan inilah yang terjadi, Kala yang sedari tadi terdiam takut saat tau yang menjemputnya adalah Nathaniel, keponakan pertamanya.
Wajah yang datar, tatapan tajam dengan alis tebal yang menambah kesan menyeramkan, rahang tegasnya yang terlihat sempurna bagi pria tampan bernama Nathaniel Gervan Dirgantara.
"Av-paman lapar, bisakah kita beli sesuatu terlebih dahulu?" Kala berusaha berbicara selembut mungkin, ia sangat takut bila nanti Nathan melemparnya dari mobil karena kesal terhadapnya.
"Tidak peduli, sampai kau mati kelaparan pun aku tidak peduli! Dasar menyusahkan!" Sentak Nathan fokus menyetir.
Kala yang berada di samping Nathan menatap Nathan tak percaya, "Semuanya jahat..." cicit kala pelan.
Nathan menoleh sekilas, ia menatap heran pria yang sialnya adalah pamannya. Nathan mengerutkan keningnya heran saat melihat Kala justru tertunduk lalu terisak.
"Kau gila?! Hentikan tangisan paman sebelum paman tak bisa bernafas lagi!" Bentak Nathan pada Kala.
Orang lagi santai nangis diem-diem Nathan justru membentak Kala, auto bengek lagi tu anak.
"Ughhh... ughhh..."
Nathan menepikan mobilnya, ia langsung mencari dimana letak inhaler.
Setelah menemukannya, ia langsung membantu Kala menetralkan pernafasannya kembali.
Setelah beberapa menit, nafas Kala kian membaik. "M-makasih"
"Menyusahkan!"
Nathan kembali melanjutkan perjalanan untuk pulang, sedangkan Kala memilih untuk tidur. Kala benar-benar takut dibentak lagi, di kehidupannya yang dulu ia tak pernah dibentak.
Setelah hampir setengah jam, akhirnya mobil milik Nathan sudah berada di depan mansion. Nathan menatap kesamping melihat pamannya yang tertidur, entah kenapa ia merasa ada yang aneh pada pamannya.
Kemana wajah datar itu?
Kemana tatapan tajam itu?
Kemana suara tegas itu?
Kini yang Nathan lihat hanyalah wajah tidur pamannya yang terlihat sedikit menggemaskan? Apalagi bibir kemerahan milik Kala yang terbuka saat tidur.
"Sial! Apa yang aku pikirkan!" Nathan menggelengkan kepalanya cepat.
"Menyusahkan saja!" Nathan menuruni mobil, lalu memutari mobil menuju kursi Kala.
Walaupun tak bisa dibilang pelan dalam mengangkat dan menggendong tubuh Kala, namun hal ini bisa dikatakan suatu keajaiban. Sejak kapan Nathan peduli terhadap Kala sang paman?!
Nathan memasuki mansion dengan Kala yang tidur digendongannya. Para maid dan beberapa penjaga menatap heran tuan muda mereka yang menggendong tuan besar mereka.
"Ck! Aku tak menyangka tubuhnya seringan ini!" Batin Nathan merasa tak ada beban saat menggendong bridal pamannya, kurang gizi kayaknya.
Nathan memasuki kamar Kala, lalu membaringkan tubuh Kala diatas ranjang. Tanpa kata, ia langsung meninggalkan Kala begitu saja.
Mendengar pintu tertutup, Kala langsung membuka matanya. Kala memegang dadanya yang berdetak cepat, "Keajaiban banget aku digendong Nathan!" pekiknya tak menyangka.
"Dahlah maw tidur lagi."
|KALVIN|
Lagi lagi Kala terdiam, ia fokus memakan makan malamnya. Dua pasang mata menatap tajam dirinya sesekali.
"Aman Ala kok diem teyus si? Biasanya kan malah malah?" Celetuk si bungsu, Raven.
Kala yang sebelumnya fokus pada makan malamnya langsung menatap Raven, "Raven suka paman marah-marah?" Tanya Kala dengan polosnya.
"Endalah! Lapen muak kalo aman malah-malah!"
Kala melototkan matanya kaget, siapa yang mengajari anak itu kosakata jelek itu?!
TBC!
KAMU SEDANG MEMBACA
KALVIN ✓
Random[MINIMAL VOTE LAH KALO BACA] Avin tak pernah menyangka jika ia masih di beri kesempatan hidup setelah kecelakaan yang ia alami. Naas, bukannya sadar di sambut oleh senyum teduh keluarganya. Avin justru terbangun di raga orang yang ia selamatkan. Jiw...