|HAPPY READING|
Vote! Vote! Vote!
Tandai bila typo!
"Mi mi! Pi adi akal mam edas!" Teriak menggelegar Rara mencoba mengadukan apa yang ia lihat tadi siang pada sang ibu.
Rexa mengangkat tubuh gempal Rara pada pangkuannya.
"Papi mu tadi makan pedas? Saat mami bekerja?" Tanya Rexa memastikan lalu menatap Kala yang mati Kutu di sebelahnya.
"Huum, nanya melah!" Kala semakin tertunduk saat sang putri yang semakin memojokkannya.
"Abang liat?" Kenan yang semula fokus pada buku berhitungnya lalu menatap Rexa dan mengangguk lalu kembali fokus pada bukunya.
"Baiklah," Rexa mengeluarkan ponselnya.
"Mama jemput twins ya, Rexa titip semingguan sama mama," ucap Rexa di telefon.
"..."
"Suamiku memang selalu nakal ma."
"..."
"Hanya hukuman kecil mungkin," akhir Rexa lalu menutup ponselnya.
|KALVIN|
Sejak kepergian kedua anaknya yang dibawa oleh sang mertua membuat Kala frustasi. Rasanya Kala ingin menangis saat ini, setelah kejadian ia dilaporkan oleh putrinya memakan mie pedas istrinya bahkan tak sekalipun bersuara.
Kala sangat takut, diamnya Rexa adalah maut bagi Kala.
"Kenapa diam? Makan!" Sarkas Rexa menatap Kala yang sedari tadi menunduk tak segera menyantap makan malamnya.
"A-aku kan ngga suka ini," cicit Kala menatap salad sayur yang tersaji di piringnya.
"Apa aku peduli? Makan!" Rexa tak gentar, ia harus membuat suaminya jera.
"Ayang aku janji ngga akan makan pedas lagi~" pinta Kala dengan mata berkaca-kaca pada Rexa yang hanya menatapnya datar.
"Itu adalah menu makanan kamu selama seminggu! Cepat makan!" Rexa mulai mengabaikan Kala lalu memakannya salad sayur miliknya dengan tenang, ia suka.
Walaupun tak bersuara, Kala dengan air mata yang terus mengalir di pipinya dengan perlahan mulai memakan salad sayur miliknya. Perutnya bergejolak menolak makanan tersebut, namun Kala berusaha menahannya agar istrinya tidak semakin marah.
Hingga salad miliknya tersisa setengah, Kala sudah tak sanggup. Mual yang ia rasakan sudah tak bisa ditolerir.
Kala beranjak dari duduknya mencari wastafel, ia ingin memuntahkan sesuatu yang mengganggu diperutnya.
"Ughh huek huek!" Kala memuntahkan makanan yang baru ia makan.
Rexa memijit lembut tengkuk suaminya membantu Kala memuntahkan isi perutnya.
"Hiks huek ugh hiks srot!" Kala mengusap hidungnya kasar saat cairan kental mau keluar dari hidungnya.
"Menyesal?" Ucap Rexa masih memijit tekuk Kala.
"Hiks hiks sakit huhu maaf ini sakit," rengek Kala menunjuk lehernya, lebih tepatnya area tenggorokan.
Bolehkah Kala terlihat semenggemaskan ini?!
Pagi harinya.
Kala terbangun dan merasakan tubuhnya sakit semua, ia melirik disampingnya yang kosong. Rexa telah pergi bekerja mungkin.
Kala mendudukkan dirinya dan bersandarkan pada kepala ranjang. Matanya berkaca-kaca, ia tak bisa membendungnya lagi.
Ia sadar ia lemah
Tapi pantaskah dirinya dikekang seperti ini? Jika boleh jujur selama tiga tahun berumah tangga, Kala selalu mencoba untuk menerima segala perlakuan kasar dan otoriter Rexa.
Kala yang seharusnya sebagai kepala rumah tangga justru tunduk dibawah naungan sang istri. Ia seperti tak ada harga diri dimata Rexa, semua harus menurut Rexa.
Apakah Rexa hanya terobsesi padanya?
Apakah selama ini tak ada cinta Rexa untuknya?
"Sshhh," ringisnya saat luka yang diciptakan Rexa memenuhi seluruh tubuhnya.
Kala yang lemah mendapatkan istri seorang Rexa yang kasar.
Bercinta tanpa kekerasan? Bukan Rexa namanya. Selama ini Kala hanya pasrah, makanya Kala selalu berusaha untuk menghindar untuk berhubungan selagi bisa dicegah karena tabiat Rexa yang suka menyiksanya yang bisa dibilang parah.
Bila itu hanya sebatas tamparan ringan Kala bisa menerima, tapi yang dilakukan Rexa jauh dari itu. Hanya dengan bercinta Kala bahkan bisa pingsan entah karena rasa sakit yang ia dapatkan, ataupun saking lamanya mereka melakukan itu.
Kala mengusap air matanya kasar, ia berusaha berjalan menuju kamar mandi dengan kedua kakinya yang terdapat bercak darah yang mengering karena sayatan alat milik Rexa.
Kala memandang tubuh telanjangnya di kaca full body di kamar mandi. Kala tersenyum kecut, tidak terkejut namun masih saja menyakitkan.
Seperti biasa, tubuhnya akan se lukaable ini. Banyak bercak darah di sana sini. Maka dari itu Rexa selalu menuntut Kala untuk memakai pakaian panjang yang tertutup, agar semua luka yang Rexa ukir di kulit Kala tak bisa dilihat orang lain.
Kala segera membersihkan dirinya dengan cepat, walaupun perih tapi ia lagi lagi sudah terbiasa.
Tak butuh waktu lama, Kala sudah rapi dengan baju harian panjangnya. Ia berjalan keluar kamar menuju dapur.
"Haha, benar-benar salad lagi?" Monolognya melihat salad yang tersaji dengan sebuah sticky note diatasnya.
'Morning, jangan lupa sarapan. Habiskan!'
Kala meremat sticky note bewarna pink ditangannya, hanya didalam tulisan saja Kala bisa merasakan kemutlakan dalam kata demi kata itu.
Prang!
Sarapan yang telah Rexa siapkan jatuh berserakan di lantai.
"Aku juga bisa berlaku semauku!" Ucapnya emosional.
Kala mencari bahan makanan lain, ia akan memakan makanan yang ia suka.
Di lain tempat.
"Sudah mulai muak heh?" Seringainya melihat layar komputer miliknya.
TBC!
Kalo kaya gini, jadi lanjut ngga sih ceritanya? Atau udahan aja?
KAMU SEDANG MEMBACA
KALVIN ✓
Random[MINIMAL VOTE LAH KALO BACA] Avin tak pernah menyangka jika ia masih di beri kesempatan hidup setelah kecelakaan yang ia alami. Naas, bukannya sadar di sambut oleh senyum teduh keluarganya. Avin justru terbangun di raga orang yang ia selamatkan. Jiw...