SEVEN

10K 1K 78
                                    

|HAPPY READING|

Vote! Vote! Vote!

Tandai bila typo!

Pagi setelah sarapan, kini Kala duduk di sofa sembari menonton TV ditemani Bryan.

Fyi, Bryan ini sahabat Kala dibangku menengah atas. Namun mereka terpisah setelah lulus, padahal Bryan benar-benar kalap ketika ditinggal oleh Kala.

Sahabat satu-satunya yang sangat ia sayangi, dan sudah seperti kakak baginya. Pasalnya semasa mereka berteman, Bryan serasa memiliki seseorang yang selalu memperhatikannya, membantu dirinya mengerjakan tugas, mengingatkan dirinya untuk makan, sangat khawatir ketika Bryan sakit, apa kaga sayang Bryan pada Kala?!

"Ada yang mau daddy bicarakan," Ken berjalan mendekati sofa setelah turun dari tangga.

"Bicara apa?" Tanya Kala.

"Hal ringan saja," sahut Elle yang baru datang dengan nampan berisi minuman dan beberapa camilan.

Bryan menatap orangtuanya selidik, ringan? Tak mungkin, ia tau bagaimana perangai orangtuanya, terlebih sang ibu.

"Daddy ingin kau memanggilku Daddy, dan menjadi putraku, aku tak menerima penolakan," ucap Ken menatap Kala dengan senyum terulas dibibirnya.

"Tapikan Kala punya keluarga," bingung Kala.

"Apakah kami terlihat peduli?" Ucap Elle menatap Kala dengan tatapan tajam dan menyeringai.

"Mom!" Bryan tak habis fikir dengan kedua orangtuanya.

"Jangan ikut campur bri! Bukankah kau juga menyayangi nya? Jangan munafik!" Bryan menunduk, ucapan Elle benar.

"Kala mau? Daddy akan segera mengurus surat suratnya agar kamu bisa seutuhnya menjadi bagian dari keluarga ini," ucap Ken.

"T-tapi-"

"Kala bisa meminta syarat apapun, mommy akan mengabulkannya. Bagaimana?" Elle berupaya bernegosiasi, ia masih berucap secara halus.

"Kumpulin bukti bahwa Kala ngga bersalah atas kematian kakak Kala, lalu kirim buat ponakan Kala. kalian bisa? Kala pusing buat ngurus itu, kepala Kala rasanya sakit kalo buat mikir yang berat-berat!" Bibir Kala mencebik, ia jadi kesal mengingat bahwa ia dibenci keponakannya.

Terutama Sultan si mulut tajam! Ucapan Sultan layaknya samurai tajam yang bisa menusuk hati Kala yang mungiel dan lucu kapan saja.

"Ada yang lain?" Kala menatap Ken yang bertanya.

"Sayangi Kala," balas Kala.

"Hanya itu?" Elle mengelus pipi Kala lembut.

"Ya, semoga tidak mengecewakan."

|KALVIN|

Sedangkan di tempat lain, lebih tepatnya di mansion Dirgantara. Nathan benar-benar pusing sebagai sulung, adik bungsunya sangat rewel karena pamannya tak kunjung ditemukan.

Mau marah dengan keluarga Arghaza pun ia tak ada keberanian, Dirgantara masih berada di bawah Arghaza, bahkan salah satu keluarga Dirgantara menyebabkan Arghaza kehilangan bungsu kesayangan. Dari segi mana Nathan bisa memberanikan diri? Bahkan dirinya saja sedikit ragu apakah akan melanjutkan pencarian atau tidak.

Rasa benci itu masih ada, walaupun perlahan memudar.

"Aman Ala kemana sih? Abang calinya nda benel ya?!" Selidik Raven pada sang kakak.

"Ya bener lah. Kamu itu yang ngga bener, harusnya sekolah kok dirumah," Nathan berusaha acuh, dahal gemes banget sama Raven yang mogok sekolah.

Ada aja alasannya.

KALVIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang